Kilas Balik Tsunami Aceh 2004

16 Tahun Tsunami Aceh | Kisah Maisarah Gendong Puteri Semata Wayang Mencari Keberadaan Suami

Maisarah yang menggendong puteri semata wayangnya,menanyakan dimana ia bisa mencari tahu tentang ke beradaan suaminya.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Arsip Harian Serambi Indonesia
Arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Selasa 4 Januari 2005, atau sembilan hari setelah tragedi gempa dan tsunami. 

Hingga, datang bencana alam tersebut, Maisarah juga tidak mendapatkan firasat buruk lainnya.

Hanya, ketika ia mencoba untuk mengontak suaminya melalui sms, selalu saja gagal.

Tetapi ia tidak pernah berhenti mencari suaminya.

Baca juga: Kilas Balik Tsunami Aceh 2004 - Tong Sampah Selamatkan Dihra Dari Ganasnya Tsunami

"Saya hanya ingin tahu ke beradaannya saja. Kalau sudah dapat, saya lega," ujarnya.

Hal yang sama juga dilakukan Amirnudin warga Neusu, Banda Aceh.

Ditemui seusai shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Amir mengatakan dalam musibah tersebut ia kehilangan beberapa sanak saudara.

Baca juga: Tsunami Aceh 2004 | Penantian Seorang Ayah di Depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

"Sampai sekarang, saya masih terus mencari keluarga saya yang belum diketemukan. Saya terus mendatangi pos informasi dan posko-posko pengungsian.

Kalau-kalau, saya bisa ketemu salah satu dari mereka," terang pria yang mengakui keluarganya selamat dalam musibah tersebut.

Usaha yang dilakukan Maisarah dan Amir ini juga dilakukan beberapa warga Banda Aceh dan luar Banda Aceh yang terus ingin mengetahui keberadaan sanak keluarganya.

Dari pengamatan Serambi di beberapa pos informasi yang tersebar di beberapa titik di pojok Kota Banda Aceh, selalu didatangi orang.

Tatapan mereka tak lepas dari gambar-gambar yang terpampang di dinding-dinding toko serta papan pengumuman orang hilang.

Tidak hanya Itu saja, di kawasan Simpang Surabaya, foto dan kertas orang-orang yang hingga saat ini belum diketahui keberadaannya sudah mengumpul dan memenuhi dinding pertokoan.

Baca juga: Tsunami Aceh 2004 | Dahsyatnya Ombak Tsunami, Tiada Lagi Olele di Koetaradja

Di Palang Merah Indonesia (PMI) saja, diutarakan seorang relawan, Syamsul Arifin, Sabtu (8/1/2005), setiap harinya didatangi kurang lebih 80 orang setiap hari untuk memberitahukan sanak saudara mereka yang belum diketahui keberadaannya dan menanyakan perkembangannya.

Ini menunjukkan asa yang tidak pernah padam dalam mencari orang yang saat ini belum diketahui keberadaannya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved