Lifestyle
Traveling Akhir Tahun ke Pantai Jangan Tinggalkan Sampah, Berikut Bahaya Plastik bagi Lautan
Bagi Anda yang ingin melakukan traveling akhir tahun ke pantai, perhatikan agar tidak meninggalkan sampah di tepi pantai.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Bagi Anda yang ingin melakukan traveling akhir tahun ke pantai, perhatikan agar tidak meninggalkan sampah di tepi pantai.
Sebab, plastik di laut bisa berdampak banyak pada kehidupan manusia sendiri.
Berwisata akhir tahun 2020 ke pantai, menjadi pilihan banyak warga, apalagi menginap pada tempat-tempat yang tidak jauh dari lautan.
Dengan sensasi suara ombak, membuat tidur seakan sedang berada di alam bebas.
Namun, jangan sesekali meninggalkan sampah plastik di lautan, sebab akan berbahaya bagi ekosistem di dalam laut.
Sebenarnya sampah plastik bukan hanya terlarang ditinggalkan di laut, pada tempat-tempat lain pun, yang bukan pada tempat pembuangannya, terlarang untuk ditinggalkan.
Berikut ini, ada beberapa dampak sampah plastik bagi laut seperti dikutip pada Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Baca juga: Simak 7 Tips Menjawab Dengan Tepat Pertanyaan Wawancara Kerja Soal Alasan di-PHK dari Pekerjaan Lama
Bahaya plastik di laut
Lebih dari 300 juta ton plastik diproduksi setiap tahun untuk digunakan dalam berbagai macam aplikasi.
Setidaknya 8 juta ton plastik berakhir di lautan kita setiap tahun, dan merupakan 80% dari semua sampah laut dari perairan permukaan hingga sedimen laut dalam.
Spesies laut tertelan atau terjerat oleh puing-puing plastik, yang menyebabkan cedera parah dan kematian.
Polusi plastik mengancam keamanan dan kualitas pangan, kesehatan manusia, pariwisata pesisir, dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Dampak plastik pada laut
Dampak yang paling terlihat dan mengganggu dari plastik laut adalah akan tertelan pada hewan laut sampai menyebabkan mereka mati lemas dan sebagainya.
Satwa laut seperti burung laut, paus, ikan, dan penyu, salah mengira sampah plastik sebagai makanan dan sebagian besar mati kelaparan karena perut mereka dipenuhi sampah plastik.
Mereka juga menderita luka robek, infeksi, berkurangnya kemampuan berenang dan luka.
Plastik terapung juga berkontribusi pada penyebaran organisme laut dan bakteri invasif, yang mengganggu ekosistem.
Baca juga: Tahun Baru 2021, Berikut Tips untuk Membantu Kamu Agar Lebih Sukses dalam Karir
Dampak terhadap makanan dan kesehatan
Plastik tak terlihat telah diidentifikasi dalam air keran, bir, garam, dan ada di semua sampel yang dikumpulkan di lautan dunia, termasuk Arktik.
Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam produksi bahan plastik diketahui bersifat karsinogenik dan mengganggu sistem endokrin tubuh,
menyebabkan gangguan perkembangan, reproduksi, neurologis, dan kekebalan pada manusia dan satwa liar.
Baca juga: Parodi Lagu Indonesia Raya, Kedubes Malaysia di Jakarta Angkat Bicara: Pelaku Akan Ditindak Tegas
Kontaminan beracun juga menumpuk di permukaan bahan plastik sebagai akibat dari kontak yang terlalu lama dengan air laut.
Ketika organisme laut menelan puing-puing plastik, kontaminan ini masuk ke sistem pencernaan mereka, dan lama kelamaan menumpuk di jaring makanan.
Perpindahan kontaminan antara spesies laut dan manusia melalui konsumsi makanan laut telah diidentifikasi sebagai bahaya kesehatan, tetapi belum diteliti secara memadai.
Baca juga: Tips Hilangkan Bau tak Sedap pada Kasur tanpa Harus Mencucinya, Hanya dengan Bahan Ini
Dampak terhadap perubahan iklim
Plastik, yang merupakan produk bumi, juga berkontribusi terhadap pemanasan global.
Sampah plastik yang dibakar akan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer sehingga meningkatkan emisi karbon.
Dampak terhadap pariwisata
Sampah plastik merusak nilai estetika tujuan wisata, yang menyebabkan penurunan pendapatan terkait pariwisata dan biaya ekonomi utama yang terkait dengan pembersihan dan pemeliharaan situs.
Apa yang bisa dilakukan?
Kepedulian global dan kesadaran masyarakat tentang dampak plastik terhadap lingkungan laut saat ini semakin meningkat.
Baca juga: 7 Manfaat Batu Apung, Angkat Daki dari Tubuh hingga Bersihkan Peralatan Rumah Tangga
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menganggap sampah plastik laut dan kemampuannya untuk mengangkut zat berbahaya sebagai salah satu masalah utama yang muncul yang mempengaruhi lingkungan.
Pada KTT G7 2015 di Bavaria, Jerman, risiko mikroplastik diakui dalam Deklarasi Pemimpin.
Upaya hukum telah dilakukan di tingkat internasional dan nasional untuk mengatasi pencemaran laut.
Daur ulang dan penggunaan kembali bahan plastik adalah tindakan paling efektif yang tersedia untuk mengurangi dampak lingkungan dari tempat pembuangan sampah.
Baca juga: Tips Mengatasi Wajah yang Terbakar Matahari dengan Bahan Alami
Sampah dan tempat sampah daur ulang yang cukup dapat ditempatkan di kota-kota, dan di pantai-pantai di daerah pesisir untuk mempercepat pencegahan dan pengurangan polusi plastik.
Pemerintah, lembaga penelitian dan industri juga perlu bekerja sama mendesain ulang produk, dan memikirkan kembali penggunaan dan pembuangannya, untuk mengurangi limbah mikroplastik.
Butuh solusi yang melampaui pengelolaan limbah, dengan mempertimbangkan seluruh siklus hidup produk plastik, mulai dari desain produk hingga infrastruktur dan penggunaan rumah tangga.
Baca juga: Cinta Sejati Dibalik 44 Hari Jadi Istri, Akhirnya Pengantin Wanita Meninggal Dunia
Untuk mengatasi masalah plastik laut secara efektif, penelitian dan inovasi harus didukung.
Ini juga akan mempercepat konseptualisasi teknologi, bahan, atau produk baru untuk menggantikan plastik. (Serambinews.com/Syamsul Azman)
Baca juga: BERITA POPULER - Kisah Pria Aceh Rawat Istri, BLT Dilanjutkan 2021 hingga Wanita Aceh Ditangkap
Baca juga: BERITA POPULER – Vespa Gembel Diusir Satpol PP, Aura Terlindas Truk Ayahnya,Taklukan 200 Ular Kobra
Baca juga: BERITA POPULER - Massa Usir Pendemo yang Menolak HRS, Ayah Gilas Anak, hingga Irwandi Pulang Kampung