Berita Aceh Tengah
Muazin, Pemuda Peniup Suling Gayo dari Lembah Arul Latong
Suara serulingnya mendayu, lembut dan indah dalam nomor-nomor lagu Gayo, seperti 'Tawar Sedenge'. Suara serulingnya mengundang..
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
Yang membedakannya adalah, suling Gayo bisa melahirkan nada "sebuku" atau ratapan, yang tidak dimiliki oleh suling-suling lainnya.
"Nada sebuku terbilang sulit dan sangat khas Gayo. Saya bisa meniru nada suling Sunda, tapi mereka belum tentu bisa meniru nada sebuku," ujar Muazin.
Muzain selain mahir memainkan nada-nada Gayo, ia juga mahir memainkan nada suling Arab atau timur tengah serta suling dangdut. "Saya kebetulan juga sering diajak gabung dalam kegiatan gambusan," cerita Muazin.
Arul Latong, kampung kelahiran Muazin sedang berbenah menuju kampung wisata. Muazin siap mengambil peran dalam arus pengembangan Arul Latong. "Banyak hal yang bisa dikerjakan. Kita akan berbenah pelan-pelan," katanya.
Arul Latong salah satu kampung yang terkenal dengan kopi organik, memiliki sumber air panas dan air asin yang mengalir dari pinggang gunung.
Arul dalam bahasa Gayo berarti lembah. Latong nama tumbuhan yang bisa membuat kulit gatal. Konon di sana dulu banyak terdapat tumbuhan latong, yang kemudian ditabalkan jadi nama kampung.
Kelak apabila ingin mendengar lantunan seruling mendayu-dayu, menyusup diantara gesekan angin pada Lamtoro dan bunga kopi, datang saja ke Arul Latong. Sambil tentu saja menyeruput arabika organik, mengusir hawa dingin pegunungan.(*)
Baca juga: CPNS Aceh Barat Disarankan Jangan Ambil Kredit Bank Dahulu, Ini Manfaatnya
Baca juga: Jelang Akhir Tahun, MaTA Mempertanyakan Kasus Muara Situlen - Gelombang
Baca juga: Diskominfo Aceh Tengah Aktifkan Mobil Pelayanan Publik