Internasional

Banjir Rendam Fangak, Sudan Selatan Berbulan-bulan, Satu Juta Orang Terancam Kelaparan

Sekitar 1 juta orang di Sudan Selatan harus mengungsi dari area banjir yang telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini.

Editor: M Nur Pakar
AP
Seorang ayah dan putranya membawa sapi dari daerah banjir ke tanah yang lebih kering dengan menggunakan sampan, di daerah Old Fangak, negara bagian Jonglei, Sudan Selatan pada Rabu (25/12/2020) 

SERAMBINEWS.COM OLD FANGAK - Sekitar 1 juta orang di Sudan Selatan harus mengungsi dari area banjir yang telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini.

Di sebidang tanah yang dikelilingi banjir di Sudan Selatan, satu keluarga harus minum dan mandi dari air yang menyapu jamban.

Air mulai naik pada Juni 2020, menghanyutkan tanaman, membanjiri jalan, dan memperburuk kelaparan dan penyakit.

Negara termuda itu harus berjuang untuk pulih dari perang saudara dan saat ini, kelaparan sudah menjadi ancaman, seperti dilansir AP, Jumat (1/1/2021).

Wartawan The Associated Press (AP) pergi ke Old Fangak, negara bagian Jonglei yang terpukul parah.

Para orang tua berbicara tentang berjalan berjam-jam di dalam air setinggi dada untuk mencari makanan dan perawatan kesehatan saat penyakit malaria dan diare menyebar.

Regina Nyakol Piny, ibu sembilan anak, kini tinggal di sekolah dasar di desa Wangchot setelah rumah mereka terendam banjir.

"Kami tidak punya makanan dan hanya mengandalkan badan kemanusiaan PBB atau mengumpulkan kayu bakar dan menjualnya," katanya.

“Anak-anak saya sakit karena banjir, dan tidak ada pelayanan medis di tempat ini," ujarnya.

Baca juga: Seorang Pria Sudan Diculik Dari Warung Kopi, Lima Hari Kemudian Jadi Mayat

Dia berkata bahwa dia sangat menunggu perdamaian kembali ke negara itu, dengan keyakinan bahwa layanan medis akan mengikuti "itu bahkan akan cukup bagi kami".

Salah satu keponakannya, Nyankun Dhoal, melahirkan anak ketujuhnya ke dunia air pada bulan November.

“Saya merasa sangat lelah dan tubuh saya terasa sangat lemah,” katanya.

Salah satu payudaranya bengkak, dan bayinya mengalami ruam.

Dia menginginkan makanan, dan terpal plastik agar dia dan keluarganya bisa tetap berada di area kering.

Lumpur memaksa orang-orang berjuang setiap hari menahan air dan mencari sesuatu untuk dimakan.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved