Tanah Bergerak di Aceh Besar
Tim Prodi Teknik Geologi USK akan Selidiki Fenomena Tanah Bergerak di Kuta Cot Glie Aceh Besar
Tim Prodi Geologi Universitas Syiah Kuala akan berkunjung ke lokasi tanah bergerak di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Safriadi Syahbuddin
Di Meulaboh, saat gempa besar itu terjadi banyak sumur warga yang amblas, di samping banyak pula sumur yang airnya muncrat ke atas melampaui bibir sumur.
Di Banda Aceh kala itu, setidaknya dua bangunan besar amblas ke dalam bumi, yakni Hotel Kuala Tripa dan gedung studio Radio Flamboyant di pinggir Krueng Aceh.
Dalam penjelasan sebelumnya, Bambang pernah menyebutkan bahwa bangunan-bangunan yang amblas pascagempa itu salah satu bukti bahwa di Aceh pun pernah terjadi lifuefaksi pada tahun 2004.
Kemudian, peristiwa likuefaksi terbesar di Aceh justru terjadi di Pantai Manohara, Pidie Jaya, saat terjadi gempa tektonik pada 7 Desember 2016.
Bambang bersama timnya juga sudah melakukan pemetaan potensi likuefaksi di hampir seluruh Aceh. Dari data lapangan yang didapat, ternyata kawasan pesisir Aceh Singkil merupakan lokasi yang paling berpotensi likuefaksi di Aceh.
Disusul wilayah pesisir Kota Meulaboh dan kawasan Alur Naga hingga Gampong Pande, Banda Aceh.
Berdasarkan riset LIPI, untuk Kota Banda Aceh malah hanya Kecamatan Baiturrahman yang tidak rawan likuefaksi.
Kawasan Pusong, Kota Lhokseumawe, juga tergolong rawan likuefaksi.
Tanah bergerak di Kuta Cot Glie
Seperti diberitakan, masyarakat Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar dihebohkan dengan fenomena tak lazim yaitu pergerakan tanah hingga membentuk rekahan besar memanjang, Selasa (12/1/2021).
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar melalui petugas Pusat Pengendalian Operasi-Penaggulangan Bencana (Pusdalops-PB), Ikbal dalam keterangan tertulisnya yang diterima Serambinews.com menyebutkan, fenomena pergeseran struktur tanah itu terjadi di permukiman masyarakat Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie.
Menurut Ikbal, fenomena itu sudah terjadi sejak Minggu, 10 Januari 2021.
Dalam perkembangan selanjutnya, sebuah rumah di sekitar rekahan tanah terancam ambruk.
Mengutip keterangan warga setempat, pergerakan tanah itu semakin meluas dengan lebar rekahan antara 10 hingga 40 cm.
Merespons laporan tersebut, pihak BPBD Aceh Besar di bawah koordinasi Kabid Darurat Logistik langsung menuju lokasi kejadian untuk melakukan asesmen awal dan pendataan.