Pemkab Aceh Besar Diminta Relokasi Warga dari Lokasi Tanah Bergerak di Kuta Cot Glie

Warga yang bermukim di tempat itu disarankan untuk segera pindah dan jangan lagi kembali ke lokasi tersebut dalam waktu dekat maupun jangka panjang.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
Foto for Serambinews.com
Sejumlah anggota tim survei geologi dari Universitas Syiah Kuala bersama warga setempat mengamati bagian tanah yang amblas di permukiman penduduk Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Rabu (13/1/2021) siang. 

Putarannya ke arah sungai yang melintasi desa tersebut, yakni Krueng (Sungai) Aceh. Dari hari ke hari rekahannya semakin lebar dan dalam, itu membahayakan bagi warga yang bermukim di situ.

Baca juga: Heboh Tanah Bergerak di Aceh Besar, Makin Mengkhawatirkan, Warga Dekat Lokasi Sudah Diungsikan

Baca juga: VIDEO Kondisi Terkini Fenomena Tanah Bergerak di Aceh Besar, Begini Kesaksian Warga

Tanam pohon jaloh

Untuk mencegah longsoran yang lebih parah di lokasi tanah bergerak yang berjarak sekitar 300 meter dari tebing sungai itu, Dr Nazli Ismail menyarankan untuk tanam pohon.

"Saya rekomendasikan untuk ditanam pohon jaloh di pinggir sungai Gampong Lamkleng guna mencegah longsoran yang lebih parah," kata Nazli.

Pohon jaloh (dalam bahasa Aceh) yang dimaksud Nazli merupakan pohon sejenis bidara yang nama Latinnya adalah Salix tetrasperma.

Sebagian orang Aceh, menyebut pohon ini dengan jeuraloh, pohon yang punya akar serabut, daunnya wangi, dipakai untuk mencuci keranda jenazah di kampung-kampung.

Menurut Nazli, pohon jaloh ini perlu dipopulerkan, supaya mengangkat nama Aceh untuk mitigasi abrasi, erosi, dan longsor.

Selain akarnya kuat untuk mencegah abrasi dan longsor, pohon jaloh ini juga estetis.
"Kalau musim gugur, di sawah indah sekali kelihatannya, karena hanya tinggal bunganya yang kuning lebat," kata Nazli. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved