Tradisi
Nikmatnya Bu Minyeuk, Sajian Khas Kenduri Maulid di Gampong Pulot
Di dalam masjid diatur idang sedemikian rupa sesuai jumlah kelompok tamu. Sambil menunggu jadwal makan kenduri, grup zikir melantunkan shalawat Nabi."
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Nasir Nurdin
Peringatan Hari Kelahiran Rasulullah menjadi salah satu agenda rutin tahunan bagi masyarakat Aceh. Waktu pelaksanaan ada yang memilih pada bulan Rabiul Awal (disebut maulid atau molod awai), Rabiul Akhir (molod teungoh) atau Jumadil Awal (molod akhe). Dalam masa tiga bulan itu pula masyarakat Aceh mengisi hari-hari dengan kenduri terbaik untuk Pang Ulee (Rasulullah Penghulu Alam). Berbagai makanan khas dibawa ke masjid atau meunasah untuk disantap bersama tamu dan anak yatim. Di antara aneka menu khas itu, satu di antaranya adalah bu minyeuk yang merupakan sajian utama khanduri (kenduri) molod di desa-desa dalam wilayah Kecamatan Leupueng, Kabupaten Aceh Besar, termasuk di Gampong Pulot.
SERAMBINEWS.COM
Di berbagai daerah di Aceh memiliki makanan khas tersendiri yang disajikan pada kenduri maulid.
Di Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, misalnya, menu khas tersebut adalah bu minyeuk (nasi yang dimasak secara khusus dengan pati santan sehingga sangat gurih).
Setiap hidang (idang ) yang dibawa dari rumah ke masjid atau meunasah, dipastikan dilengkapi menu utama berupa bu minyeuk yang sudah dibungkus-bungkus. Jumlahnya bervariasi, tapi minimal 10 bungkus untuk setiap idang.
Ketika berlangsung peringatan maulid di salah satu gampong di Kecamatan Leupueng, yaitu Gampong Pulot, Kamis (14/1/2021), tradisi seperti ini juga terlihat.

Aroma bu minyeuk sangat terasa ketika memasuki ruangan Masjid As-Syuhada Gampong Pulot, tempat berlangsungnya peringatan maulid.
Di dalam masjid sudah diatur idang sedemikian rupa sesuai jumlah kelompok tamu. Sambil menunggu jadwal makan kenduri menjelang shalat zuhur, grup zikir melantunkan shalawat Nabi.
Baca juga: Harus Serius Mengantisipasi Peristiwa Tanah Bergerak
Mengenai jadwal makan kenduri maulid, juga agak berbeda waktunya. Kalau di tempat lain biasanya ba'da ashar, di Gampong Pulot maupun gampong-gampong lain di Kecamatan Leupung menjelang shalat zuhur atau jadwal makan siang.
Sajian menu utama berupa bu minyeuk sudah menjadi tradisi turun-temurun di Leupung.
Nasi yang dikukus secara khusus ditambah berbagai jenis rempah seperti cengkeh, lada, dan lainnya menebarkan aroma yang sangat khas, cukup untuk memancing selera.
Sajian khas lainnya di Leupung--termasuk di Gampong Pulot--lauknya lebih dominan seafood, seperti cumi, udang, dan ikan terbaik lainnya. Tak heran, pasalnya masyarakat wilayah ini tinggal di wilayah pesisir dengan pencarian utama sebagai nelayan.
Baca juga: Hukum Mencari Korban Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Laut, Berikut Penjelasan Buya Yahya
"Bu minyeuk ini dimasak khusus saat maulid oleh ibu-ibu, dan menjadi menu khas setiap kenduri maulid," ujar Zulfakha, Sekretaris Gampong Pulot, Kecamatan Leupung.
Dalam peringatan maulid di Gampong Pulot tahun ini, tercatat 40-an idang dibawa oleh masyarakat ke Masjid As-Syuhada. Setiap idang sudah ditulis nama kelompok undangan, baik dari gampong sekitarnya maupun undangan khusus seperti mitra kerja dan muspika.
Saat mempersilakan tamu menyantap kenduri, pihak panitia mengingatkan, asoe bandum keu awak droen, pireng tinggai keu kamoe (semua isi hidangan untuk tamu, tinggalkan piring kosong untuk kami).
Baca juga: Dituduh tak Komitmen, Irfan TB Tegaskan Penentuan Kepala Dinas Hak Dirinya sebagai Bupati