Internasional
Demonstran Sudan Bakar bendera Israel, Menentang Kesepakatan Normalisasi Hubungan
Puluhan demonstran Sudan membakar bendera Israel pada hari Minggu (17/1/2021). Mereka menentang penandatanganan kesepakatan Khartoum baru-baru ini
SERAMBINEWS.COM, KHARTOUM - Puluhan demonstran Sudan membakar bendera Israel pada hari Minggu (17/1/2021).
Mereka menentang penandatanganan kesepakatan Khartoum baru-baru ini tentang normalisasi hubungan dengan negara Yahudi itu, seorang koresponden AFP melaporkan.
Demonstran berkumpul di luar kantor kabinet di ibu kota Khartoum.
Mereka meneriakkan slogan anti-Israel dan membawa spanduk bertuliskan, "normalisasi adalah pengkhianatan dan kejahatan".
Baca juga: Menteri Keuangan AS Kunjungi Sudan, Siap Kucurkan Bantuan Miliaran Dolar
Pada 6 Januari 2021, Sudan menjadi negara Arab ketiga yang menandatangani "Persetujuan Abraham" yang diperantarai AS.
Tentang normalisasi hubungan dengan Israel setelah Uni Emirat Arab dan Bahrain tahun lalu.
Maroko juga menyetujui normalisasi yang disponsori AS dengan Israel yang memulihkan hubungan masa lalu.
Para pengunjuk rasa, yang mengatakan mereka termasuk dalam kelompok anti-normalisasi.
Juga membawa spanduk bertuliskan "sesuai dengan persetujuan Abraham" dan "Persetujuan Abraham adalah pemerasan Amerika sebagai imbalan untuk penyerahan diri".
Baca juga: Banjir Rendam Fangak, Sudan Selatan Berbulan-bulan, Satu Juta Orang Terancam Kelaparan
Sudan menandatangani perjanjian itu kurang dari sebulan setelah Washington mencabut Khartoum dari daftar hitam sponsor terorisme.
Juga sebagai bagian dari quid pro quo bagi negara Afrika Timur itu yang menormalisasi hubungan dengan Israel.
Pada Oktober 2020, Khartoum mengatakan kesepakatannya dengan negara Yahudi itu hanya akan berlaku setelah disetujui oleh parlemen yang belum dibentuk.
Negara itu telah mengalami transisi yang sulit sejak tentara menggulingkan presiden lama Omar al-Bashir pada 2019.
Setelah berbulan-bulan protes massal terhadap pemerintahannya, yang dipicu oleh kesulitan ekonomi.
Baca juga: Seorang Pria Sudan Diculik Dari Warung Kopi, Lima Hari Kemudian Jadi Mayat
Pemerintahan transisi, yang mengambil alih kekuasaan beberapa bulan setelah penggulingan Bashir, mendorong membangun kembali ekonomi negara yang terkepung oleh sanksi AS.
Termasuk konflik internal selama beberapa dekade.
Sudan telah berusaha meningkatkan posisi internasionalnya dengan menjalin hubungan lebih dekat dengan AS, karena krisis ekonomi yang semakin parah yang diperburuk pandemi Covid-19.(*)