Kisah Ahmad Nur, Pemuda Bersorban dan Wajah Penuh Tato, Ingin Jadi Pendakwah, Hafiz 24 Juz Al-Qur'an

Mengenakan serban putih di kepala dan gamis panjang dengan warna serupa, dia tampak tersenyum ramah.

Editor: Faisal Zamzami
KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA
Ahmad Nur Kusuma Yuda di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan. 

"Saya renungkan dan telepon Om saya, saya mau hijrah kembali ke jalan yang benar".

"Walau keluarga belum menerima semua, tapi saya usaha," katanya.

Meski sekarang telah memilih berhijrah, dia mengaku tidak berniat menghapus tatonya.

"Saya tidak menyesal dan tak ada niat menghapus. Biar tahu zaman jahiliyah kita".

"Jadi kita tahu sudah kembali ke jalan yang benar. Nanti biar nanti di akhirat saja yang tahu itu salah dan benar," ungkapnya.

Yuda akhirnya memilih tinggal di Semarang karena dekat dengan keluarga termasuk ayah.

Dia mengaku proses hijrahnya tidak mudah dan penuh rintangan.

Terlebih lagi, dirinya kerap kali dipandang sebelah mata oleh beberapa orang.

"Pandangan pertama orang-orang di masjid mereka tadinya pada takut".

"Pas waktu shalat banyak dilihatin orang. Mereka pada bingung".

"Tapi, yang penting saya sudah niat dan berusaha. Akhirnya sekitar sebulan mereka sudah mulai terbiasa dan menerima," tuturnya.

Kini Yuda menjalani hari-harinya dengan membantu mengurus masjid di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan.

"Saya tinggal di sini sekarang, bantu-bantu bersih-bersih, adzan, memang harus adaptasi, Alhamdulilah di sini menerima saya," ungkapnya.

Selain itu, dia juga memperdalam ilmu agama dan menghafal Al Quran yang dulu sudah 24 juz, menemui ulama-ulama, dan mempelajari lagi ilmu dakwah.

Dari pertemuannya dengan ulama di Jawa Barat, Yuda diberi nama Sa'ad Al-Maliki yang diambil dari nama salah satu sahabat Rasullullah.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved