Berita Sabang
Mengenang 25 Tahun Tragedi Karamnya Kapal Gurita
Pada hari ini, Selasa (19/1/2021), dinding media sosial seperti facebook banyak yang menulis status mengenang tragedi tenggelamnya KMP Gurita.
Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Nurul Hayati
Pada hari ini, Selasa (19/1/2021), dinding media sosial seperti facebook banyak yang menulis status mengenang tragedi tenggelamnya KMP Gurita. Bersama untaian doa yang dikirim masyarakat Aceh, untuk para korban tenggelam. Ya, hari ini 25 tahun lalu KMP Gurita itu tenggelam, tapi tidak dengan kisahnya.
Laporan Masrizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Awal tahun 2021, berbagai tragedi terjadi di Indonesia.
Mulai dari pesawat jatuh, banjir, hingga tanah longsor, selain pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda berakhir.
Di balik peristiwa tersebut, dalam catatan sejarah, Aceh pernah diselimuti duka dengan tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Gurita pada 19 Januari 1996 atau 25 tahun silam.
Musibah ini terjadi, ketika Aceh masih berstatus Daerah Operasi Militer (DOM).
Di tengah tidak menentunya kondisi Aceh, tiba-tiba berita duka datang dari tengah laut perairan Sabang.
Dari catatan sejarah, KMP Gurita tenggelam saat melakukan pelayaran dari Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar, menuju Pelabuhan Balohan, Sabang pada Jumat, 19 Januari 1996.
Baca juga: VIRAL King Cobra Lepas dari Paket Pengiriman, Warganet Sebut Sangat Membahayakan Kurir
Malam itu, kapal feri buatan Jepang tahun 1970 itu mengangkut 378 penumpang.
Jumlah tersebut bukanlah kapasitas sebenarnya, karena muatan kapal hanya 210 orang.
Berdasarkan data yang dihimpun Serambinews.com dari Wikipedia, dari total 378 penumpang, 282 orang di antaranya warga Sabang, 200-an warga luar Sabang, serta 16 warga negara asing.
Saat itu, banyak penumpang diketahui ilegal.
Kapal tersebut, juga dipaksakan mengangkut barang yang jumlahnya mencapai 50 ton, seperti 10 ton semen, 8 ton bahan bakar, dan 15 ton tiang beton listrik.
Ditambah lagi, dengan bahan sandang-pangan kebutuhan masyarakat Sabang serta 12 kendaraan roda empat dan 16 roda dua.
Kapal mulai berlayar sekira pukul 18.45 WIB.
Sebelum berangkat, tidak tampak keanehan ketika semua penumpang memasuki kapal yang tergolong tua itu.
Badan kapal masih cukup stabil menahan beban, tidak oleng.
Baca juga: Ribuan Hektar Lahan Sawit Petani di Aceh Singkil Diremajakan, Ini Syarat bagi Warga yang Berminat
Muatan sesak sebenarnya sudah lazim terjadi dalam kapal bertipe Feri Roll On-Roll Off (roro) dengan panjang 32,45 meter, lebar 7,82 meter, dan tinggi 2,54 meter.
Yang menjadi pembeda hari itu, kebanyakan penumpang adalah warga Sabang.
Mereka pulang kampung, untuk menyambut hari meugang dan puasa pertama yang jatuh pada 22 Januari 1996.
Menurut rencana, kapal itu seharusnya tiba di Pelabuhan Balohan, pukul 21.00 WIB.
Namun belakang diketahui, kapal yang kelebihan muatan itu tenggelam antara 5-6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Sabang.
Berdasarkan data yang dihimpun, dari total 378 penumpang, 40 orang dinyatakan selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita.
Hingga kini, bangkai kapal tersebut tidak berhasil diangkat dari dasar laut.
Pada hari ini, Selasa (19/1/2021), dinding media sosial seperti facebook banyak yang menulis status mengenang tragedi tenggelamnya KMP Gurita.
Bersama untaian doa yang dikirim masyarakat Aceh, untuk para korban tenggelam.
Ya, hari ini 25 tahun lalu KMP Gurita itu tenggelam, tapi tidak dengan kisahnya. (*)
Baca juga: Desa Marpunge, Gayo Lues Kini Miliki Layanan 4G LTE Telkomsel