Berita Aceh Besar
Longsor Besar Semakin Berpotensi Terjadi di Lamkleng Kuta Cot Glie Aceh Besar, Dampak Tanah Bergerak
Alasannya, longsor-longsor kecil di kawasan itu terus terjadi setiap hari yang kedalamannya sudah lebih dari 3 meter sebagai dampak tanah bergerak
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
Kondisi pada hari ini, Rabu (20/1/2021) pohon-pohon, baik kecil maupun besar mulai bertumbangan diakibatkan pergeseran tanah dan juga hujan lebat yang terjadi dini hari di Desa Lamkleng.
Sementara itu hampir setengah badan juga amblas hingga mencapai dua meter.
Tepatnya pada pukul 03:00 WIB dini hari, hujan deras, menyebabkan suara pohon ambruk terdengar jelas di desa tanah bergerak.
Kuburan rusak
Menurut penuturan seorang warga, Fakhrizal, hujan deras yang mengguyur Desa Lamkleng mulai sekitar pukul 20:00 WIB hingga menjelang subuh.
"Kejadiannya sekitar jam 3 lebih hampir subuh, hujan deras mulai habis Isya sampai pagi. Masyarakat lagi di rumah pada saat itu, lagi panik semua," ujar Fakhrizal kepada Serambinews.com.
Ia juga menyebutkan kuburan tua di Desa Lamkleng turut terkena imbas dari tanah bergerak ini.
Banyak kuburan rusak akibat tanah bergerak ini.
"Kuburan lama yang patah banyak lah pak," ujar Fakrizal saat diwawancarai Serambinews.com.
Tak hanya itu, jalan di Desa Lamkleng banyak tidak bisa dilalui akibat pohon besar yang berusia puluhan tahun tumbang hingga menutup badan jalan.
Kondisi pohon tumbang bukan hanya karena hujan lebat tetapi juga akibat tanah yang bergerak sejak 10 Januari lalu hingga saat ini.
Akibat kejadian tersebut, Tim Peneliti prodi Teknik Geologi USK Banda Aceh Banda Aceh masih melakukan tahap penyelidikan.
Di lokasi Tanah bergerak sudah diberi garis polisi atau police line.
Wilayah yang sudah diberi tanda garis polisi tidak diperbolehkan warga melintas, tanah tersebut dinilai masih rawan dan semakin aktif bergerak.
Saat siaran langsung Serambinews.com, juga terlihat satu rumah permanen yang terancam ambruk, tanah tepat di bagian belakang rumah sudah amblas total.
Kondisi salah satu rumah di Desa Lamkleng nyaris amblas akibat tanah bergerak. (Serambinews.com)
Sementara itu, warga yang terkena imbas tanah bergerak ikut mengungsi ke posko pengungsian.
Beberapa pengungusi mengeluhkan rasa ketidaknyamanan berada di psoko lantaran lembap.
Lantai tenda pengungsian terlihat hanya dilapis dengan sehelai tenda plastik.
Untuk melihat kondisi terkini, Gampong Lamkleng, bisa disaksikan pada video di bawah ini.
Beberapa komentar warganet pada Facebook mengenai tanah bergerak di Desa Lamkleng, Aceh Besar.
"Dunia sdah tua jdi harus bnyak bertaubat saudara saudaraku maksiat ad dmn2a," tulis Nanin Setia
"Cikal bakal sungai baru," Idrus Sulaiman
"Kita ingat semua yg terjadi di bumi ini adalah ulah dari manusia itu sendiri, manusia makhluk yg paling sarakah di bumi semua dikuras habis, batu, kayu, tanah semua dijadikan santapan untuk kebutuhan hidup, jadi tak salah apa yg kita rasakan sekarang," Darmawati Darmawati.
"Waspada slalu musim hujan ini," Zainal Abidin.
Hasil Penelitian Prodi Teknik Geologi USK, Tanah Bergerak di Gampong Lamkleng Akibat Rayapan Tanah
Tim Prodi Teknik Geologi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Khairul Umam, mengatakan, pergerakan tanah yang terjadi sejak sepekan ini di Gampong Lamkleng, untuk tahap awal ini, tim bisa simpulkan pergerakan tanah yang terjadi akibat rayapan tanah.
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat.
Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan pohon, atau rumah miring ke bawah.
"Kondisi tanah dibawah datar dan diatas berjalan secara perlahan-lahan," ujar Anggota Tim Prodi Teknik Geologi USK Banda Aceh, Khairil Ummam kepada Serambinews.com, Minggu (17/1/2021).
Kata dia, dalam peta geologi, tidak ada patahan sesar Sumatera di kawasan itu.
Namun, pergerakan ini murni karena kerentanan tanah.
Kondisi tanah yang rentan tak sanggup menampung beban di atas seperti bangunan, sehingga secara perlahan-lahan lereng tanah turun.
Kemungkinan, pergerakan tanah ini bisa lambat terjadi apabila musim kemarau.
Sementara itu, seorang warga Lamkleng, Bahtiar, mengaku, ada suara bunyi seperti angin pada malam hari dan tanah yang turun itu kini semakin parah, sudah mencapai 2 meter. (*/Firdha Ustin)