Berita Aceh Tamiang

Sebagian Murid di Aceh Tamiang Masih Enggan Pakai Masker, Sistem Belajar Sif juga Belum Efektif

Di sisi lain, pembagian atau sif jam pelajaran membuat efektivitas belajar belum tercapai.

Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Mursal Ismail
Foto: Diadikbud
Kabid Dikdas Disdikbud Aceh Tamiang Bambang Supriyanto saat meninjau belajar tatap muka di salah satu SMP di Aceh Tamiang, Rabu (6/1/2021). 

Di sisi lain, pembagian atau sif jam pelajaran membuat efektivitas belajar belum tercapai.

Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Sebagian murid di Aceh Tamiang masih enggan menggunakan masker, walau berada di lingkungan sekolah. 

Di sisi lain, pembagian atau sif jam pelajaran membuat efektivitas belajar belum tercapai.

Dua persoalan ini merupakan temuan 20 tim bentukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Aceh Tamiang dalam melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan belajar tatap muka (BTM).

Tim yang berjumlah 40 orang ini diturunkan ke sekolah-sekolah sejak sepekan lalu dan temuannya akan menjadi bahan evaluasi Disdikbud Aceh Tamiang.

“Sebenarnya ada persoalan yang tidak bisa saya sampaikan karena harus saya laporkan ke bupati dulu.

Tapi secara umum dua hal ini yang paling menonjol,” kata Plt Kadisdikbud Aceh Tamiang, Zulfiqar, Senin (25/1/2021).

Keengganan murid memakai masker ini disebut Zulfiqar ditemukan di sejumlah sekolah yang dikunjungi 20 tim.

Namun Zulfikar memastikan seluruh sekolah sudah menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

Baca juga: Angka Pengangguran Membludak Sejak Pandemi Virus Corona Meledak Secara Global

Baca juga: Presiden Joe Biden Serukan Warganya Beli Produk Sendiri Made In America

Baca juga: Besok, Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Mulai 26-28 Januari 2021, Simak Bacaan Niat dan Keutamaannya

“Setiap murid sudah diberitahu, tapi masih ada yang pakai masker hanya di depan guru, ini menjadi catatan kita,” ungkapnya.

Terkait penerapan belajar 50 persen, Zulfiqar mengatakan masih ditemukan banyak kendala.

Pola sif on off ternyata tidak seragam karena beberapa sekolah memberlakukannya seminggu sekali.

“Kebanyakan sekolah kan satu hari sekolah, satu hari libur, ternyata ada yang memberlakukan seminggu sekali. Ini jelas tidak efektiv,” ujarnya.

Namun terlepas dari perbedaan sif itu, Zulfiqar menangkap kalau sistem belajar 50 persen ini tidak bisa mengejar pola belajar normal.

Untuk mengejar ketertinggalan, pihak sekolah berharap pemerintah daerah bersedia menerapkan belajar 100 persen.

“Ini termasuk akan kami laporkan ke bupati, nanti segala aspek akan dibahas di situ,” kata Zulfiqar. (*)
 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved