Berita Aceh Besar

Kedalaman Longsor di Lamkleng Aceh Besar Capai 5 Meter, Dampak Tanah Bergerak, 18 KK Harus Mengungsi

Bahkan, 18 kepala keluarga (KK) di pinggiran sungai yang terkena dampak tanah bergerak ini sejak 10 Januari 2021 lalu, kini harus mengungsi.

Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/ASNAWI LUWI
Wakil Ketua Komisi IV DPRA, Muchlis Zulkifli ST, tinjau tanah bergerak di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Jumat (22/1/2021). 

"Maka hal itu tidaklah menjadi persoalan bagi kita.

Akan tetapi, ketika tanah longsor terjadi di jalan raya, di permukiman penduduk, atau di tempat lain yang memengaruhi kepentingan kehidupan manusia, maka hal tersebut menjadi persoalan bagi kita, utamanya yang terkait dengan keselamatan," demikian Mahdinur. (*)

Tim USK Mulai Uji di Laboratorium Kondisi Tanah Bergerak

Sementara itu, seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya lagi, Tim Survei Geologi dari Fakultas Teknik Universitas Syiah (USK) turun lagi untuk kesekian kalinya ke Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar. 

Tepatnya pada hari ini, Rabu (20/1/2021) ke tempat terjadinya fenomena tanah bergerak (longsor) di Gampong Lamkleng sejak 10 Januari 2021.

Dalam kunjungan ke lapangan ketika itu rombongan terdiri atas dua tim yang mempunyai agenda kegiatan berbeda.

Ketua Program Studi (Prodi) Teknik Geologi Fakultas Teknik USK, Dr Bambang Setiawan mengatakan, tim pertama datang lagi ke lokasi untuk melakukan kegiatan sampling tanah pada lokasi terdampak dan sekitarnya.

"Tim ini mengambil delapan sampel tanah yang tidak terganggu (undisturbed sample) dan dua sampel tanah terganggu (disturbed sample).

Sampel tanah tersebut akan kami uji di Laboratorium Geologi USK untuk memperoleh sifat fisik dan mekanisnya.

Dari sifat-sifat fisik dan mekanis tersebut kita bisa melakukan analisis kestabilan lereng di lokasi terdampak dan sekitarnya," kata Bambang Setiawan.

Tim kedua, lanjut Bambang, kembali menerbangkan drone untuk memotret kondisi terkini Lamkleng dari udara.

Pada kegiatan pemotretan menggunakan drone kali ini diikuti dengan meletakkan sejumlah batu bata di permukaan tanah sebagai titik atau lokasi pengikat pada saat analisis dilakukan nantinya.

Dr Syamsidik selaku peneliti senior di Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC) USK mengatakan, kondisi di blok longsoran itu semakin parah.

"Kami sudah ke sana lagi tadi siang," kata Syamsidik.

Pihaknya sudah mengambil imej drone kedua dan menandai sejumlah titik untuk diamati pergerakan arah horizontalnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved