Tengku Amir Ishak Meninggal Dunia
Sosok Tengku Amir Ishak, Sebar Naskah Proklamasi Kemerdekaan Aceh dan Pengerak Aceh Merdeka di Medan
Tengku Amir Ishak atau dikenal dengan Teuku Meuntroë, yakni tokoh senior Gerakan Aceh Merdeka (GAM), meninggal dunia pada, Ahad (7/2/2021).
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Muhammad Hadi
Jika tertangkap lalu diproses oleh satuan khusus yang bermarkas di Jalan Gandhi.
Mereka akan disiksa sebelum dibawa ke pengadilan.
Sudah banyak kasus yang terjadi, tersangka tidak sampai ke pengadilan, tetapi hilang entah ke mana.
Bahkan tidak diketahui jejak dan bekasnya yakni meninggal dunia tanpa diketahui di mana kuburannya.
Demikianlah proses pengenalan dan lahirnya Aceh Merdeka semakin meluas dan mulai diterima oleh perwakilan-perwakilan asing.
Akhirnya pergerakan Aceh Merdeka terbuka kepada masyarakat terutama ketika ratusan pekerja asing di perusahaan Bechtel Inc (kontraktor yang membangun PT. Arun LNG) menemukan naskah Proklamasi Aceh Merdeka di meja kerjanya.
Ada yang menemukan naskah itu disisipkan di bawah pintu kamar tidurnya.
• Token Listrik Gratis PLN Februari 2021:Klik stimulus.pln.co.id & Via PLN Mobile,Ingat Batas Pakainya
Penyebaran naskah di PT. Arun LNG dilakukan oleh Ilyas Nurdin, Asgadi (Abdussamad Gadeng) dan Hasballah Hasan, adik kandung saya.
Mereka ditangkap, dianiaya berat serta dipenjara dengan hukuman tiga-empat tahun penjara.
Ada informasi terbaru yang kami peroleh dari sumber terpercaya yaitu dua sahabat kami, Drs. Sayed Mudhahar Ahmad dan Ir. Usman Hasan.
Bahwa Dr. Mukhtar, Dr. Zubir, Teuku Asnawi, Amir Ishak, Marzuki Mahmud, dan saya sedang dipantau oleh Intelijen Kowilhan I.
Begitu mendapat informasi itu, kami segera menyusun langkah untuk meninggalkan Medan.
Kami mengadakan rapat kilat di rumah Dr. Mukhtar yang dihadiri oleh Tengku Hasbi dan Tengku Ilyas Leube.
Hasil rapat menyatakan kami harus secepatnya meninggalkan Medan.
• Haul Panglima GAM Abdullah Syafii, KPA dan PA Bersama Pemkab Pijay Santuni 2.643 Anak Yatim
Dr. Mukhtar meninggalkan Medan terlebih dahulu untuk mengatur teknis perjalanan selanjutnya, seperti siapa yang akan menjemput kami di perbatasan Medan-Aceh (Tamiang).