Tengku Amir Ishak Meninggal Dunia
Sosok Tengku Amir Ishak, Sebar Naskah Proklamasi Kemerdekaan Aceh dan Pengerak Aceh Merdeka di Medan
Tengku Amir Ishak atau dikenal dengan Teuku Meuntroë, yakni tokoh senior Gerakan Aceh Merdeka (GAM), meninggal dunia pada, Ahad (7/2/2021).
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Muhammad Hadi
Dr. Zubir sudah menyelesaikan co-ass di Rumah Sakit Umum Medan dan telah ujian dokter terakhir di Fakultas Kedokteran USU.
Namun Dr. Zubir tidak sempat ikut wisuda karena hijrah ke rimba.
Saya menerima pesan Dr. Mukhtar melalui Hasan Basri bahwa saya harus keluar dari Medan bersama Dr. Zubir.
• Ibu Profesor Putar Balik Sembarangan dan Sumpahin Pengendara Lain, Pihak Universitas Angkat Bicara
Dr. Mukhtar meminta saya untuk memberitahukan pada Dr. Zaini Abdullah bahwa dia juga harus meninggalkan Medan dan ikut bersama kami.
Dr. Zaini Abdullah memang tidak terlalu aktif melakukan kegiatan rahasia seperti yang kami lakukan.
Tetapi sebagai sesama teman yang banyak mengetahui kegiatan dan jaringan Aceh Merdeka ditambah pula Dr. Zaini Abdullah adalah keponakan dari Tengku Hasan M. di Tiro, bisa dipastikan dia akan ditangkap jika masih berada di Medan.
Jika ia ditangkap, banyak rahasia Aceh Merdeka yang akan tersingkap.
Setelah mendapat pesan Dr. Mukhtar, saya memanggil Dr. Zaini Abdullah dan Dr. Zubir untuk membicarakan perihal ini dan mengatur strategi keluar dari Medan.
• Ini Prediksi Tarmizi Age, Mantan GAM Denmark, Muzakir Manaf dan Tu Sop Berpotensi Berpasangan
28 Juni 1977
Hari ini menjadi hari yang sangat menentukan dalam sejarah hidup saya.
Hati saya, sampai dengan saat ini masih terasa berat jika membayangkannya.
Ini pertama kalinya saya meninggalkan keluarga, istri dan anak-anak yang sangat membutuhkan kehadiran saya.
Kebimbangan hati ini saya sampaikan kepada pemilik takdir dari kehidupan.
Setelah Shalat Subuh, saya berdoa kepada Allah yang diberikan kepada orang orang terdahulu yang dikasihi dan diberi cobaan oleh Allah.
Saya menyerahkan semua urusan ini kepada Allah termasuk keamanan anak dan istri.
Menyerahkan keselamatan mereka di bawah perlindungan Allah dan menyerahkan hidup dan mati saya di tangan-Nya.
Saya sudah memutuskan meninggalkan keluarga dan semua yang saya miliki hanya untuk satu keteguhan yang pasti.
Yaitu melanjutkan perjuangan indatu bangsa Aceh untuk memerdekakan, melepaskan bangsa Aceh dari belenggu penjajahan Indonesia dan menegakkan kembali kedaulatan Negara Aceh.
Saya yakin, saya tidak sendirian.
• Sejak 1976, Almarhum Abu Sanusi Direstui Hasan Tiro Pimpin Gerilyawan GAM Wilayah Peureulak
Saya hanya segelintir orang yang berjuang dalam gelombang revolusi kemerdekaan Aceh yang sedang bergerak memperjuangkan kemerdekaannya.
Perjuangan kemerdekaan Aceh sudah dimulai sejak VOC Belanda merampas kedaulatan Aceh pada tahun 1873.
Saya percaya, bahwa kondisi saya ini sudah ditakdirkan Allah.
Saya ditempatkan dalam jejak para pejuang bangsa Aceh seperti halnya ayahanda yang berjuang bersama pejuang Darul Islam.
Demikian pula yang saya perjuangkan dalam gerakan Aceh Merdeka bersama Dr. Mukhtar, Ir. Teuku Asnawi. dan Amir Ishak untuk menyusun strategi bersama di markas Aceh Merdeka.
Saat meninggalkan rumah. Rahmaniar dan Ola mengantar saya hingga di ambang pintu.
Ola yang berumur empat tahun mengucapkan kata kata yang membuat hati saya semakin pilu.
"Abu bèk trép wë, beh Abang Im djipoh lön" Ayah, cepat pulang ya! Nanti abang Im mukulin saya" suara khas Ola menyayat hari saya seketika.
"Get, Ya" Hanya itu kata yang keluar dari bibir ini.
• Relawan Surati Irwandi Yusuf, Sepakat Calon Wakil Gubernur Aceh, Ini Sosok yang Diusul
Lidah saya seketika kelu.
Sementara air mata mulai menggenang di sudut mata.
Sekuat tenaga saya membendungnya agar tidak mengalir di pipi. Hati saya semakin terasa berat. Benar-benar sangat berat.
Saya mengatakan kepada Rahmaniar bahwa dipanggil ke Jakarta untuk mengurus pengangkatan di bagian Kebidanan USU.
Rahasia yang harus saya simpan dari Rahmaniar dan anak-anak karena mempertimbangkan keselamatan mereka dan rasa was-was yang terkait dengan rahasia Aceh Merdeka.
Cerita yang saya tutupi ini ternyata tidak bertahan lama.
Hanya dua minggu saja. Tidak ada kabar berita dan saya tidak pernah kembali ke rumah lagi membuat Rahmaniar merasakan ada hal yang tidak beres.
Ia semakin resah karena tiada kabar dari saya.
• Tsunami Aceh dan Cerita SBY, dari Operasi Tanggap Darurat Hingga Berdamai dengan GAM
Rahmaniar panik luar biasa mencari saya di bagian Kebidanan Kedokteran USU, namun ia tidak menemukan info apa pun tentang saya.
Namun bersamaan dengan itu, ia akhirnya mengetahui bahwa Dr. Mukhtar yang bekerja di bagian Parasitologi USU dan Dr. Zubir yang baru saja selesai housemanship di bagian kedokteran juga menghilang secara serentak.
Kepergian kami bertiga secara bersamaan ini menjadi berita yang menghebohkan di USU.
Bukan hanya di Fakultas Kedokteran USU, tetapi juga menjadi berita yang sensasional di seluruh kampus USU.
Sampai akhirnya tersebar selebaran berisi foto dan nama kami.
"WANTED! DICARI TANGKAP HIDUP ATAU MATI"
Di bawah tulisan tersebut termuar foto Tengku Hasan M. di Tiro, Ilyas Leube, Daud Paneuk, Dr. Mukhtar, Dr. Zaini Abdullah, Ir. Teuku Asnawi, Amir Ishak, Dr. Zubir dan saya. (Serambinews.com/Syamsul Azman)
• BERITA POPULER - HMI Minta Libur Minggu Diganti Jumat Hingga Janda dan Imam Kampung Dinikahkan
• BERITA POPULER- Pengacara tak Senonoh dengan Klien, Sopir Bus Pelangi Ditangkap Hingga Kakek Berotot
• BERITA POPULER- Pria Aceh Ditemukan Usai Hilang 32 Tahun Hingga Pria Istri 5 Perkosa 3 Wanita