Tengku Amir Ishak Meninggal Dunia

Sosok Tengku Amir Ishak, Sebar Naskah Proklamasi Kemerdekaan Aceh dan Pengerak Aceh Merdeka di Medan

Tengku Amir Ishak atau dikenal dengan Teuku Meuntroë, yakni tokoh senior Gerakan Aceh Merdeka (GAM), meninggal dunia pada, Ahad (7/2/2021).

Penulis: Syamsul Azman | Editor: Muhammad Hadi
Buku 'Dari Rimba Aceh ke Stockholm'
Di bawah tulisan tersebut termuar foto Tengku Hasan M. di Tiro, Ilyas Leube, Daud Paneuk, Dr. Mukhtar, Dr. Zaini Abdullah, Ir. Teuku Asnawi, Amir Ishak, Dr. Zubir dan saya. 

Menurut kesepakatan bersama. kami meninggalkan Medan secara terpisah dan bertemu kembali di Wilayah Tamiang (Teumiêng).

Dari Tamiang, bersama-sama ke Markas Besar Komando Aceh Merdeka di Wilayah Pidie.

Dr. Mukhtar yang lebih dahulu berangkat meninggalkan Medan diantar oleh Hasan Basri, penjual rokok di depan Restoran Bandung bersebelahan dengan rumah makan khas Aceh milik orang Aceh, Imum Jali dan M. Husin. Dr. Mukhtar dan Hasan Esri mengendarai vespa milik Marzuki Mahmud ke Besitang.

Dr. Mukhtar tiba di Besitang menjelang magrib.

Di jembatan Besitang ada kurir yang menjemputnya secara estafet.

Kemudian mengantar ke Seuruwe kawasan hutan Teumiêng. Sementara Hasan Basri kembali ke Mahmud ke Besitang, Medan.

Minggu berikutnya Teuku Asnawi dan Marzuki Mahmud meninggalkan Medan dengan Vespa yang sama yang digunakan Dr. Mukhtar.

Sebelum Marzuki Mahmud dan Teuku Asnawi meninggalkan Medan, ada kesepakatan dengan Amir Ishak yang meninggalkan Medan dengan bus Nasional dan bertemu di Terminal Kuala Simpang.

Malam itu tentara banyak sekali lalu-lalang di Terminal Kuala Simpang Amir Ishak yang baru tiba segera bersembunyi di rumah Ali, saudaranya.

Ali bekerja sebagai Kepala Stasiun Bus Nasional di Terminal Kuala Simpang.

SementaraAsnawi dan Marzuki Mahmud, begitu melihat situasi terminal yang tidak aman memutuskan segera melanjutkan perjalanan ke Peureulak.

Mengenang 19 Tahun Meninggalnya Tgk Abdullah Syafii, Wasiat Sang Panglima GAM jadi Pertanda?

Sepuluh hari kemudian setelah melanglang buana antara Idi, Peureulak, dan Langsa, Marzuki Mahmud mendapat informasi dari Hasan Basri bahwa mereka harus ke Seuruwee bertemu Dr. Mukhtar.

Sementara Amir Ishak yang sudah mengetahui informasi tersebut, segera ke Seuruwee.

Rombongan ketiga adalah rombongan saya bersama Dr. Zaini Abdullah, dan Dr. Zubir.

Saya memanggil Dr. Zubir dengan panggilan dokter karena menghargai pengorbanannya yang memilih hijrah di akhir pendidikannya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved