Berita Kutaraja
Dewan Sorot Aceh Kembali Provinsi Termiskin di Sumatra, Sulaiman SE: Ini Akibat Ada yang Salah Urus!
Sulaiman SE mengatakan, persoalan kemiskinan yang sepertinya terus menerus 'betah' di Tanah Rencong itu akibat ada yang salah urus.
Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Saifullah
Laporan Asnawi Luwi | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Sulaiman SE menyoroti rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan Aceh kembali menjadi provinsi termiskin di Sumatra.
Sulaiman SE mengatakan, persoalan kemiskinan yang sepertinya terus menerus 'betah' di Tanah Rencong itu akibat ada yang salah urus. "Ini pasti ada yang salah urus," kata Sulaiman SE dalam rilisnya kepada Serambinews.com, Selasa (16/2/2021).
Menurut dia, anggaran yang bersumber dari otonomi khusus (otsus) hari ini, belum tepat sasaran dalam pengelolaan. Sebab, semua otsus dominan untuk pembangunan fisik, sangat sedikit alokasi untuk pemberdayaan ekonomi.
"Adanya monopoli anggaran Aceh oleh satu kelompok saja, sehingga uang Aceh hanya berputar di satu kelompok orang saja. Akibatnya, masyarakat secara umum tidak menerima aliran uang APBA yang diplot setiap tahunnya ke Aceh," ulasnya.
Karena itu, putra Aceh Besar itu berharap, ke depan setiap orang bisa terlibat dalam menggunakan anggaran Aceh melalui pemberdayaan ekonomi bidang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), maupun dalam setiap pembangunan infrastruktur.
Baca juga: Sebagian Aceh Diprediksi tak Lagi Diguyur Hujan Hingga Tiga Hari ke Depan, Begini Prakiraan BMKG
Baca juga: Begini Kondisi Tenaga Medis RSUD Bireuen Setelah Disuntik Vaksin Covid-19
Baca juga: Kapolres Gayo Lues Imbau Masyarakat tak Membakar Hutan dan Lahan Pertanian, Ini Bentuk Sanksinya
"Anggaran Aceh mencapai belasan triliun setiap tahunnya. Ironisnya, uang itu tidak semua berputar di tengah masyarakat Aceh, justru banyak berputar di luar Aceh," beber dia.
"Ini juga menjadi kontribusi kemiskinan di Aceh meningkat dan berada di papan atas setiap tahunnya," ujar mantan Ketua DPRK Aceh Besar ini.
Sulaiman SE menyebut Pulo Aceh sebagai salah satu contoh pembangunan yang tidak pernah selesai hingga sekarang, walaupun sudah masuk usia 20 tahun dan menghabiskan puluhan miliar uang negara.
"Di Pulo Aceh itu, sampai sekarang jalan masih ada yang rusak. Padahal ada empat mata anggaran yang bisa digunakan untuk membangun dan mengembangkan Pulo Aceh. APBK, APBA, APBN, dan Otsus," sebutnya.
Namun begitu, tandas dia, Pulo Aceh yang juga masuk daerah pemilihannya itu hingga sekarang masih juga mengalami perubahan berarti.
Baca juga: Ini 15 Lokasi Vaksinasi Covid-19 di Kota Lhokseumawe, Terbanyak di RS Kesrem, Berikut Perinciannya
Baca juga: Jalani Operasi Biopsi Kanker Prostat, Kak Seto : Tiba-Tiba Badan Saya Ambruk dan Badan Meriang
Baca juga: 1.690 Nakes di Lhokseumawe Divaksin, Ibu Menyusui Boleh Disuntik, Ini 16 Kriteria tak Boleh Divaksin
"Ini terjadi karena salah urus saja. Seperti kata pepatah; meunyoe get tapeulaku boh labu jeut keu asoe kaya. Menyoe hana get tapeulaku aneuk Teungku jeut keu beulaga," tandasnya.
Untuk mengurangi angka kemiskinan di Aceh, Sulaiman menyarankan agar Otsus mulai tahun depan lebih besar alokasinya untuk home industri dan pabrik yang bisa menampung tenaga kerja dan bahan bakunya tersedia di Aceh.
"Pabrik kulit misalnya, apalagi pabrik kulit SAI untuk pembuatan sepatu sudah pernah ada di KIA Ladong, akan tetapi belakangan kabar nya sudah angkat kaki," papar dia.
Kemudian, sarannya, alokasikan dana pemberdayaan ekonomi untuk pelaku home industri rumahan dengan pola pengawasan yang ketat oleh dinas terkait.
"Dinas terkait pasti ada data jumlah pelaku home industri sesuai dengan keterampilan masing-masing daerah," tambahnya.
Baca juga: Resmi Bercerai dengan Niko Al-Hakim, Rachel Vennya: Kami Bukan Suami Istri Lagi, Life Must Go On
Baca juga: MISTERI Zainah Ngaku Melahirkan Tanpa Hamil, Sosok Pria Ini Diduga yang Menghamilinya
Baca juga: Heboh Warga Satu Desa Beli Mobil Baru Hingga Ratusan Unit, Ternyata Ada Proyek Ini di Pedesaan
Namun tidak berhenti di situ, Pemerintah Aceh juga harus mampu menjamin penjualan di pasar dan menjaga kestabilan harga produk home industri tersebut.
"Jangan sibuk mengurus investor yang menghabiskan anggaran besar, akan tetapi bantu dulu 'investor' lokal Aceh yakni para pelaku home industri untuk mendongkrak perekonomian Aceh," tukasnya.
"Bukan tidak penting mengundang investor besar, akan tetapi berdayakan dulu para pelaku UMKM Aceh agar mereka stabil," tegas Sulaiman SE.(*)