Krisis Politik di Myanmar

PBB Khawatir Militer Myanmar Lakukan Kejahatan yang Lebih Besar Terhadap Warganya

Protes massal yang direncanakan dan adanya konsentrasi pasukan, bisa membuat militer melakukan kejahatan yang lebih besar terhadap rakyat Myanmar.

Editor: Taufik Hidayat
AFP/STR
Para demonstran menduduki jalan dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar, Kamis (18/2/2021) 

SERAMBINEWS.COM, YANGON - Pelapor Khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di Myanmar, Tom Andrews meminta komunitas internasional mendesak penghentian aksi militer untuk mengatasi kekerasan di negeri itu. “Karena ada potensi kekerasan dalam skala yang lebih besar di Myanmar," katanya.

Dia mengatakan, pasukan telah dikirim ke pusat bisnis di Yangon dan kota-kota sekitarnya di mana pengunjuk rasa telah merencanakan demonstrasi massal sejak Rabu 17/2/2021).

“Dulu, pergerakan militer seperti itu mempelopori aksi pembunuhan, penculikan, dan penahanan secara massal,” ujarnya.

"Saya khawatir, protes massal yang direncanakan dan adanya konsentrasi pasukan, bisa membuat militer melakukan kejahatan yang lebih besar terhadap rakyat Myanmar," ungkapnya.

Dia meminta pemerintah, individu, dan entitas yang "mungkin memiliki pengaruh pada otoritas militer Myanmar" untuk meyakinkan junta agar menghindari kekerasan dan mengizinkan aksi protes yang damai.

Andrews juga mendesak komunitas bisnis internasional untuk segera mengambil tindakan.

"Segera hubungi lawan bicara Anda di Dewan Administrasi Negara dan tekankan kepada mereka bahwa Anda akan dipaksa untuk menangguhkan atau menghentikan bisnis di Myanmar jika mereka terus menempuh jalur kekerasan ini," tutur dia.

"Jika seperti yang saya khawatirkan, kita melihat kekerasan massal yang terus berlanjut terhadap pengunjuk rasa damai, dunia bisnis yang terus bekerja dengan militer, maka mereka harus menerima bahwa mereka turut terlibat dalam kekerasan itu," ingat dia.

Protes massal digelar di Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari, di mana masyarakat menolak klaim junta bahwa publik telah mendukung langkahnya untuk menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.(AnadoluAgency)

Baca juga: Dari Tukang Sol Sepatu, Anggota Dewan, hingga Raih Gelar Doktor

Baca juga: Berawal dari Firasat Istri, Begini Kronologi Perselingkuhan Nissa Sabyan dan Ayus Terbongkar

Baca juga: Berkah Kilang Minyak, Wagra Sekampung Kaya Raya, Bisa Beli 3 Mobil dan Naikkan Haji 9 Orang

Baca juga: VIDEO - Gadis Bayar Makan Lalu Ditinggalkan Sendirian, Alasan Pria ke Kamar Mandi tapi tak Kembali

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved