Jurnalisme Warga

Penyuluh Agama Sulap Rutan Kajhu Jadi Penjara Suci

Reportase saya kali ini tidak seperti biasanya, sebab berlokasi di tempat pengasingan walaupun di pinggir kota

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Penyuluh Agama Sulap Rutan Kajhu Jadi Penjara Suci
IST
AMIRUDDIN (Abu Teuming), Penyuluh Agama pada Kuakec Krueng Barona Jaya dan Pengurus Forum Aceh Menulis (FAMe), melaporkan dari Aceh Besar

Memang, kelas tahfiz baru terbentuk pada tahun ketiga (2021), sejak kerja sama Kemenag Aceh Besar dengan Rutan Kajhu terjalin pada 2019. Sebelum 2021, pembinaan fokus pada kemampuan baca Alquran bagi warga yang masih gagap membaca Quran. Sebagian lain masuk dalam kelompok pengajian kitab. Nah, berada di Rutan Kajhu juga ibarat mondok di pesantren, sebab memiliki level kelas dan kurikulum tersendiri. Alasan inilah yang mendorong saya untuk memberi tulisan ini  judul “Penyuluh Agama Sulap Rutan Kajhu Jadi Penjara Suci”.

Biasanya, penjara suci menjadi nama lain untuk pesantren atau dayah, sebab jiwa dan raga mereka terkurung demi mendalami Islam. Sama halnya dengan nasib warga binaan di Rutan Kajhu, agar waktu yang mereka habiskan lebih bermakna untuk dunia dan akhirat.

Sekitar 500 lebih penghuni rutan ini, tapi hanya sebagian kecil yang ikut kelas khusus tahfiz. Ada 15 orang yang telah berhasil diseleksi, tetapi akan ada penambahan kuota setelah seleksi gelombang berikutnya.

Intinya, peminat kelas tahfiz lumayan ramai dan penyuluh agama ikhlas mewakafkan waktunya demi mencetak kader rutan yang berwawasan islami.

Kehadiran keluarga besar Kemenag Aceh Besar di Rutan Kajhu tampaknya membuat pengelola rutan tersenyum hangat. Sudah tiga tahun, kedua lembaga ini saling asuh demi menciptakan kader berbudi luhur, meskipun bagi sebagian masyarakat beranggapan mereka orang yang pantas nangkring di penjara. Namun, tujuan utama penjara bukanlah untuk mengekang kebebasan hidup orang lain, melainkan ingin menciptakan kesadaran hukum demi ketertiban masyarakat.

Koordinator pengajian di Rutan Kajhu, Tgk Tarmizi M Daud MAg juga ikut memotivasi warga binaan bahwa keberadaan mereka di rutan sebagai cara Allah untuk menjaga “santri tahanan” ini dari dosa berlanjut. Oleh karenanya jangan patah semangat, hidup ini memang penuh tantangan dan banyak nafsu yang datang bertubi-tubi. Maka, manusia harus mampu menyikapinya.

Rutan  menjadi wadah untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada Allah. Jika merasa berdosa, mohon ampunlah segera pada Allah. Kalau di rutan tidak sempat jua mengadu kepada Allah, tentu ketika habis masa tahanan sudah sibuk dengan keluarga dan kepentingan lain.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved