Jurnalisme Warga

Penyuluh Agama Sulap Rutan Kajhu Jadi Penjara Suci

Reportase saya kali ini tidak seperti biasanya, sebab berlokasi di tempat pengasingan walaupun di pinggir kota

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Penyuluh Agama Sulap Rutan Kajhu Jadi Penjara Suci
IST
AMIRUDDIN (Abu Teuming), Penyuluh Agama pada Kuakec Krueng Barona Jaya dan Pengurus Forum Aceh Menulis (FAMe), melaporkan dari Aceh Besar

OLEH AMIRUDDIN (Abu Teuming), Penyuluh Agama pada Kuakec Krueng Barona Jaya dan Pengurus Forum Aceh Menulis (FAMe), melaporkan dari Aceh Besar

Reportase saya kali ini tidak seperti biasanya, sebab berlokasi di tempat pengasingan walaupun di pinggir kota, yaitu dalam Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas II B Banda Aceh yang lebih populer dengan istilah Rutan Kajhu.

Berbicara isi rutan, hampir tidak ada habisnya lantaran penghuninya memiliki sejuta karakter dengan latar belakang yang berbeda-beda. Karenanya, pengunjung pun harus paham kearifan lokal yang berlaku di Kampong Rutan ini.

Keberadaan keluarga besar Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Aceh Besar di Rutan Kajhu dalam rangka memotivasi segenap warga binaan pemasyarakatan (WBP). Kami menyebut mereka “santri”, sebab WBP telah lama mengikuti pengajian kitab dan semakin mampu membaca Alquran yang diajarkan oleh Penyuluh Agama Aceh Besar.

Tahun 2021 menjadi babak baru bagi program kerja sama Kemenag Kabupaten Aceh Besar dengan Rutan Kajhu. Pasalnya, penyuluh agama mencetuskan program “Kelas Tahfiz” bagi warga binaan dengan harapan ketika habis masa “idah”, alias masa tahanan, para WBP ini menjadi orang-orang yang dekat dengan masjid atau meunasah. Minimal, kompeten mengajarkan Alquran kepada anaknya.

Peresmian program unggulan ini dilakukan Kakankemenag Aceh Besar, Abrar Zym SAg MH, pada Senin, 15 Februari 2021, di Masjid At-Tawwabin, masjid kebanggaan warga rutan, tempat mereka sujud, mengadu nasib, dan mencuri ampunan Allah.

Sebelum peresmian, Abrar Zym menyampaikan bahwa program penyuluhan keagamaan di Rutan Kajhu telah menjadi ‘pilot project’, sebagai percontohan terhadap penyuluh agama di wilayah Aceh, khususnya dalam hal mengadakan pengajian.

Ada beberapa kabupaten yang telah menjadikan penyuluhan di Rutan Kajhu sebagai objek studi banding.

Abrar Zym juga memberikan semangat hidup dan motivasi bagi warga binaan agar tetap memanfaatkan waktu untuk mendalami ilmu keislaman selama berada di rutan. Khususnya santri rutan yang mengikuti kelas tahfiz, harus tekun dan percaya. Setiap orang yang menghafal Alquran akan menjadi keluarga Allah, tentu semua ingin berada dalam lingkaran keluarga Allah.

Orang yang berhaji ke Baitullah hanya menjadi tamu Allah, bukan keluarga Allah. Namun, siapa pun golongan beriman yang hafal kitab suci Alquran dijamin sebagai keluarga Allah. Rasanya tidak ada orang yang menolak jadi keluarga Allah, kecuali mereka yang merugi dan ingkar.  

Tampaknya, Abrar Zym punya sejuta tip mengembalikan semangat hidup orang-orang yang punya segudang masalah. Betapa tidak, ia secara berulang meyakinkan warga binaan bahwa setiap kehendak Allah adalah ketentuan paling baik bagi manusia. Sebagian orang menganggap Allah tidak adil, telah berlaku jahat kepadanya lantaran mengehendaki masuk penjara atau memberikan musibah bertubi-tubi. Padahal, itu cara Allah menyelamatkan hamba-Nya, hanya saja jarang disadari.

Karenanya, musibah apa pun wajib diterima dengan ikhlas hati, tanpa menyalahkan pihak lain, terutama jangan pernah buruk sangka pada ketetapan Allah.

Setiap privasi harus mempunyai satu prinsip bahwa apa yang baik bagi Allah adalah baik bagi manusia. Maka, carilah apa yang baik menurut Allah dan baik bagi hamba. Mereka yang konsisten mengaplikasikan prinsip ini tentu tetap menjalankan hidup sesuai titah Allah, tanpa putus asa, dan tidak menghukum Allah itu penguasa jahat.    

Selain itu, Abrar Zym mengingatkan warga binaan agar menjadi anak yang baik bagi orang tua, meskipun sebagian WBP telah jadi orang tua untuk anaknya. Mereka telah susah payah mendidik kita dengan pengorbanan besar. Ayah memang tidak melahirkan, tetapi semua yang diberikan untuk anak tidak terlepas dari keringat orang tua. Ibu sosok yang paling banyak meneteskan air, sebab melahirkan dan membesarkan anak. Saat melahirkan, ibu mengeluarkan darah, yang bisa jadi mengancam nyawanya. Ibu juga menghabiskan susu (ASI) demi anaknya kenyang dan dahaga. Ibu mengeluarkan air mata, sebab lelah menjaga si buah hati.

Sambutan juga disampaikan Kepala Rutan Kelas II B Banda Aceh, Irhamuddin SH MH. Pria asli Aceh Besar ini mengharap seluruh warga binaan semangat mengikuti program penyuluhan keagamaan ini supaya target yang telah dicanangkan dapat terealisasi secara maksimal. Sebagai lembaga pemasyarakatan, pengelola rutan punya ambisi besar melahirkan kader yang mampu menghafal Quran, walaupun tujuannya bukan untuk ikut kompetensi dai dan tahfiz di RCTI. Namun, setidaknya punya bekal untuk beribadah dan membangun keluarga sejahtera dan tidak kembali ke kisah kelam yang membuat mereka mulus menuju penjara.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved