Berita Subulussalam

Kelapa Sawit ‘Penyelamat’ Perekonomian Warga Subulussalam Saat Pandemi, Begini Penjelasan Apkasindo

Pandemi Corona Virus Disease 2019  (Covid-19) membuat sektor ekonomi dunia terpuruk, tak terkecuali di Kota Subulussalam.

Penulis: Khalidin | Editor: Saifullah
SERAMBINEWS/KHALIDIN
Tandan buah segar (TBS) kelapa sawit milik petani di Kota Subulussalam dalam proses untuk dimuat ke truk pengangkutan. 

Penurunan harga TBS kelapa sawit ini terjadi setelah sempat mengalami lonjakan hingga Rp 1.950 per kilogram di tingkat pabrik.

Baca juga: VIDEO Personel Gabungan Temukan 5 Hektare Ladang Ganja di Aceh Utara

Baca juga: Cabdindik Aceh Sumbang Darah 140 Kantong Untuk RSUD di Pidie dan Pidie Jaya

Baca juga: VIDEO VIRAL Pemuda Hampir Tumbuk Tim Medis karena Sakit saat Swab Tes, tapi Akhirnya Lucu

Subangun menerangkan, penurunan harga TBS kelapa sawit di Subulussalam tidak terlalu signifikan.

Kendati demikian, dia berharap, harga TBS dapat kembali melonjak dan mencapai besaran Rp 2.500 per kilogram.

Menurut Subangun, sejauh ini belum ada perubahan drastis terkait harga TBS kelapa sawit di kota yang dijuluki Tanah Syekh Hamzah Fansury tersebut.

Kondisi ini dinilai sangat membantu petani kelapa sawit di tengah gempuran ekonomi selama masa pandemi.

 “Sejauh ini, harga TBS kelapa sawit masih stabil. Kita berharap jangan sampai anjlok karena ini jadi penyangga terakhir pertahanan ekonomi masyarakat selama pandemi Covid-19,” ucap Subangun.

Baca juga: MTQ Tingkat Lhokseumawe akan Belangsung di Lima Tempat, Ini Lokasinya

Baca juga: 1,3 Juta Lowongan CPNS Dibuka Tahun 2021, Formasi Guru dan Nakes Terbanyak, Ini Tahapan Seleksinya

Baca juga: Resahkan Santri, Warga Amankan Pria Gondrong, Identitasnya Terungkap Saat Pemeriksaan Sidik Jari

Ia memaparkan mengapa sawit menjadi penyangga terakhir pertahanan ekonomi masyarakat di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.                       

Tanaman kelapa sawit, ulasnya, menjadi salah satu usaha paling banyak digeluti masyarakat Subulussalam sehingga menjadi tumpuan utama ekonomi penduduk di daerah tersebut.

Lantaran itu,  Subangun berharap, kepada pemerintah pusat, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki), maupun pemerintah daerah agar dapat menjaga kestabilan pasaran harga CPO ini.

“Di samping itu, seluruh PMKS juga wajib mengikuti protokoler kesehatan dan terus berupaya membantu meringankan beban petani yang juga terdampak langsung,” tandas dia.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved