Produksi Gabah
Pemerintah Targetkan Produksi Gabah Aceh 2021 Sebanyak 2 juta Ton
Karena, pada tahun lalu, dimana suasana daerah ini masih pandemi covid 19, produksi gabah dan beras kita bisa meningkat. Gabah naik 42.875 ton dan ber
Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
Laporam Herianto I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh pada tahun 2021 telah membuat prediksi produksi gabah sekitar 2.038.690 ton.
Prediksi produksi padi sebesar itu didasarkan dari rencana luas tanam 379.439 hektare dan luas panen 360.467 hektare, dengan tingkat produktivitas 5,6 ton/hektare.
Demikian dikatakan Plt Kadistanbun Aceh Ir Khairil, yang didampingi Kabid Produksinya, Syafrizal kepada Serambinews.com Minggu (7/3) di Banda Aceh.
Khairil dan Safrizal mengatakan untuk produksi pangan beras, kita tidak begitu terlalu khawatir di Aceh.
Karena, pada tahun lalu, dimana suasana daerah ini masih pandemi covid 19, produksi gabah dan beras kita bisa meningkat. Gabah naik 42.875 ton dan beras naik 24.457 ton.
• Ketua MPR RI Lepas Peserta Tour De Bangka “Pajero One”, Usung Misi Sosial, Ekonomi, dan Keteladanan
• Titik Panas di Aceh dalam Dua Hari Terakhir tidak Terdeteksi, Hasil Pantauan BMKG
Kenaikan gabah dan beras yang kita sebutkan itu, kata Khairil dan Safrizal, sudah dilakukan perkiraan oleh pihak BPS.
Tahun 2019 lalu produksi gabah Aceh sekitar 1.714.436 ton, tahun 2020 naik 42.875 ton menjadi 1.757.313 ton.
Sedangkan beras tahun 2019 lalu 982.570 ton, tahun 2020 naik sebanyak 24.573 ton menjadi 1.007.143 ton.
Kenaikan produksi gabah dan beras Aceh dalam dua tahun terakhir ini, kata Khairil dan Safrizal, disebabkan oleh terus bertambahnya luas tanam dan luas tanam padi di Aceh.
Selain itu, kepedulian kelompok tani, bertsama petani dan penyuluh pertanian terhadap ancaman dan gangguan hama tikus, ulat, wereng serta kekeringan, semakin tahun semakin tinggi.
Salah satu contohnya, kasus kekeringan yang terjadi di Aceh Besar dan beberapa daerah lainnya. Kepompok tani dan petani setempat bersama penyuluh, ketika sudah ada gejala kekeringan, untuk daerah sawah tadah hujan yang berada di dekat aliran sungai yang airnya masih cukup banyak, mereka langsung melakukan aksi penanganan kekeringan, dengan cara meminjam pompa air ke Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura (BPTPHP) Aceh dan Distanbun Aceh.
Sehingga luas areal tanaman padi yang mengalami kekeringan jadi berkurang.
Kecuali itu, kata Safrizal, serangan hama tikus di sejumlah areal tanaman padi di Blang Pidie, Abdya dan serangan hama ulat grayak di areal persawahan Peureulak, Aceh Timur, sudah ditangani.
Begitu kelompok tani di Blang Pidie, Abdya dan Peureulak, Aceh Timur, bersama penyuluh pertanian di sana, melaporkan kepada BPTHPH Aceh dan Distanbun Aceh, untuk meminta pertolongan penanganan hama tikus dan ulat grayak yang mulai menyerang tanaman padi yang mau panen.
“Tim Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Aceh bersama pihak Distanbun Aceh, langsung menurunkan tim ke dua daerah tersebut,” ujar safrizal.
Kepala BPTHPH Aceh, Zulpadli, SP, MP mengatakan, untuk kasus serangan hama dan ancaman kekeringan bagi tanaman padi, menjadi kewenangan pihaknya bersama Distan setempat, kelompok tani dan penyuluh pertanian untuk membasminya.
Pencegahan dan pembasmian hama tikus, wereng, belalang, ulat grayak dan lainnya, banyak metode yang bisa dilaksanakan. Sekarang petani dan kelompok tani padi, serta penyuluh pertanian setempat, memilih metode yang seperti apa.
Misalnya di areal persawahan Indrapuri Aceh Besar dan lainnya, pada saat ini tanaman padinya mau panen, dan dibeberapa lokasi lahan sawah petaninya, sudah mulai ada tikus yang memakan bulir tanaman padi yang sedang mau berbuah.
Cara pencegahannya, BPTHPH Aceh bersma kelompok tani dan penyuluh pertanian setempat, membangun sarang burung hantu, setiap 500 meter satu sarang burung hantu dibangun. Sehingga burung hantu bersarang di lokasi itu, pada malam hari, ia masuk kedalam sawah mencari tikus. Tikus padi, paling takut sama Burung Hantu,”ujar Zulpadli.
Terkait kasus penanganan ulat grayak di kawasan persawahan Peureulak di Aceh Timur, kata Zulpadli, pihaknya sudah menurunkan tim dan membawa obat pembasmi ulat grayak yang memakan batang tanaman padi.
Metode penanganannya, kata Zulpadli, lokasi areal persawahan yang di serang ulat grayak sudah diisiolasi, sehingga ulat grayak lainnya tidak akan menjalar dan menyerang tanaman padi ke areal persawahan yang lainnya.
Untuk mengurangi serangan berbagai hama, termasuk ancaman kekeringan bagi tanaman padi, harus dilakukan sedini mungkin, sehingga luas areal tanaman padi yang terserang, bisa diisolasi.
“Jadi, untuk mencegahnya serangan hama dan kekeringan yang meluas ke lokasi yang lain, sangat diperlukan kepedulian dan kepekaan serta action secepatnya dari kelompok tani, petani dan penyuluh pertanian setempat, sehingga petani tidak mengalami kerugian besar,” ujar Zulpadli.(*)