Kisah Hidup

Kisah Pencari Suaka di Eropa, Sudah Enam Tahun Ahmad Melanglangbuana Tak Tentu Arah

Eropa merupakan benua impian bagi banyak warga di negara-negara Afrika, Amerika Latin, dan Asia, yang dilanda konflik maupun kemiskinan.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
ANADOLU AGENCY
Ahmed Muhammed, migran Somalia yang meninggalkan negaranya karena kekerasan, tujuh tahun lalu, terpaksa hidup di jalanan setelah dua negara Eropa menolak memberinya suaka. 

SERAMBINEWS.COM, PARIS – Sebuah harapan akan kehidupan baru mekar di hati Ahmad Muhammed atau Ahmed Muhammed saat meninggalkan negaranya, Somalia, enam tahun lalu.

Eropa merupakan benua impian bagi banyak warga di negara-negara Afrika, Amerika Latin, dan Asia, yang dilanda konflik maupun kemiskinan.

Banyak cerita migran yang meraih sukses setelah mendapatkan suaka politik di negara tujuan.

Tapi tidak sedikit pula cerita miris yang dialami oleh para pencari suaka ini.

Perjuangan berdarah-darah saat lari dari konflik di negaranya, hingga kehidupan di kamp yang sempit dan kotor, adalah salah satu bagian dari perjuangan untuk mendapatkan suaka politik.

Bahkan, ada yang lebih pedih, ternyata pelarian dan kamp sempit dan kotor bukan jaminan bagi seseorang pengungsi akan mendapatkan visa.

Ada yang harus tinggal bertahun-tahun, melanglangbuana ke banyak negara, tanpa kerja dan tempat tinggal.

Kisah pahit seperti inilah yang dialami oleh Ahmed Muhammed, seorang migran Somalia yang meninggalkan negaranya karena kekerasan, tujuh tahun lalu.

Frasa Agama Hilang dalam Peta Jalan Pendidikan, Senator Aceh Sebut Itu Pendidikan Model Sekuler

Baca juga: Darmizal Menangis Tersedu, Mengaku Menyesal Pernah Dukung SBY Jadi Ketua Umum Demokrat

Dikutip Serambinews.com dari Kantor Berita Turki, Anadolu Agency, Selasa (9/3/2021), Ahmed sampai saat ini masih terpaksa hidup di jalanan setelah dua negara Eropa menolak memberinya suaka.

Ahmed Muhammed, yang menggunakan nama berbeda karena masalah keamanan, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa permintaan suaka ditolak oleh Prancis setelah dua tahun menunggu dan dia diusir dari pusat suaka.

Muhammad mengatakan dia awalnya mengajukan suaka di Belgia dan tinggal 11 bulan di pusat suaka yang penuh sesak, tetapi permintaannya ditolak.

Dia mengatakan bahwa meskipun dia membawa kasusnya ke pengadilan banding, dia ditolak lagi.

Hingga akhirnya dia memutuskan pergi ke Prancis pada tahun 2017.

Di Prancis, Ahmad kembali mengajukan permohonan suaka.

Setelah menunggu lama, wawancara suaka diadakan pada Januari 2020.

Tetapi, lagi-lagi permohonan Ahmad ditolak.

Dibantu seorang pengacara sukarela, dia mengajukan banding atas keputusan tersebut.

Angin baik sempat berembus ketika pengadilan merekomendasikan wawancara kedua untuk Ahmad.

Tapi, lagi lagi dan lagi, permohonannya ditolak dalam wawancara kedua yang dilaksanakan pada bulan Oktober.

"Saya dalam situasi yang sangat buruk. Mereka meninggalkan saya di jalan di tengah pandemi (coronavirus). Hidup saya, kesehatan saya dalam bahaya. Saya juga tidak bisa kembali ke negara saya,” katanya.

“Aplikasi suaka saya selalu ditolak. Saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Saya melakukan yang terbaik,” kata Muhammad.

Baca juga: Kisah Maya Ghazal, Pengungsi Suriah Perempuan Pertama yang Menjadi Pilot di Inggris

Baca juga: Kamp Pengungsi Keluarga ISIS di Suriah Jadi Ajang Pembantaian, 20 Orang Tewas Ditembak

Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan atau ke mana harus pergi di tengah pandemi, karena dia tidak memiliki kesempatan untuk bekerja dan mendapatkan uang di Eropa.

Muhammed mengatakan keluarganya di Somalia tidak tahu tentang situasinya dan mereka akan sangat kecewa jika mereka tahu.

"Eropa mengatakan mereka membantu dan mendukung pengungsi. Tapi saya telah berada di banyak negara berbeda dalam enam tahun terakhir, dan apa yang mereka katakan dan lakukan sama sekali berbeda," katanya.

Ahmad juga mengungkapkan rasa herannya, karena pihak berwenang Prancis tidak mengizinkannya kembali ke Somalia dengan alasan itu berbahaya.

"Tapi, jika mereka menolak permohonan suaka saya dan membuang saya ke jalan, bagaimana saya bisa melanjutkan hidup saya di sini?" tutur Mohammed.

Dia mengatakan dia mengikuti laporan berita tentang pemboman yang datang dari ibukota Somalia Mogadishu dengan kesedihan yang luar biasa dan merasa seperti dia telah kehilangan segalanya.

Untuk semua orang yang membantu saya hari ini, saya ingin membantu seseorang besok, tambahnya.

Muhammad berkata dia sangat menyesal karena dia ditinggalkan di jalanan.

Dia untuk sementara waktu berlindung di asosiasi As-Sufa di wilayah Yvelines.(Anadolu Agency)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved