Isra Mikraj 2021
Peringatan Isra Mikraj 2021;Kilas Peristiwa di Luar Kebiasaan Manusia dan Awal Turun Perintah Shalat
Melalui Isra Mikraj turun perintah bagi umat Islam untuk menunaikan shalat wajib lima waktu dalam sehari.
Penulis: Saiful Bahri | Editor: Safriadi Syahbuddin
Dikisahkan sebelum Nabi Muhammad Saw mengikuti seluruh rangkaian isra mikraj, ia terlebih dahulu dibedah dadanya oleh Malaikat Jibril.
Prosesi pembedahan dada ini untuk mengambil dan menghilangkan kotoran-kotoran batin, lalu disucikan dengan air zam-zam, kemudian diganti dengan ilmu, hikmah, dan makrifah.
Ini merupakan rangkaian awal yang harus dilalui oleh Nabi Muhammad Saw sebelum melanjutkan rangkaian selanjutnya.
Hal ini menunjukkan bahwa penyucian jiwa merupakan indikator penting dalam menghadap Allah Swt.
Sebab itu, pada proses ini memberikan refleksi konkret bahwa hendaknya menjadi manusia yang bersih jiwa.
Bersih jiwa merupakan syarat utama untuk mengharmonisasi hubungan ketuhanan dan kemanusiaan.
Keenam, memiliki integritas.
Dikisahkan dalam perjalanan israk mikraj Nabi Muhammad Saw menerima tawaran dua jenis minuman, yakni susu dan arak, dan beliau memilih susu.
Beliau memilih susu memberikan filosofi bahwa orientasi kehidupan umatnya akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Allah Swt dan RasulNya.
Tapi, apabila Beliau memilih arak, maka sungguh umatnya akan disorientasi dalam kehidupan mereka, yakni hanya terlena dan mabuk dengan gemerlapnya dunia.
Bahkan dalam Durratun Nashihin diungkapkan bahwa sedang dalam perjalanan isra mikraj, beliau mendengar suara yang memanggil-manggilnya, baik dari sisi kanan maupun kiri.
Panggilan dari sisi kanan bermakna provokasi Yahudi, dan dari sisi kiri bermakna provokasi Nasrani.
Ketika itu, Nabi Muhammad Saw tidak sekalipun menghiraukan panggilan itu.
Sebab, jika beliau menghiraukan panggilan itu sungguh umatnya akan mudah terprovokasi dan condong kepada Yahudi dan Nasrani.
Selain itu, beliau juga mendapatkan berbagai panggilan yang bersifat materialisme, sekularisme, dan liberalisme.
Ketujuh, punya kepekaan dan kepedulian.
Pada peristiwa israk mikraj juga diriwayatkan adanya negosiasi jumlah waktu shalat oleh Nabi Muhammad Saw dengan Allah SWT.
Awalnya, shalat diwajibkan 50 waktu, lalu terjadilah proses ‘negosiasi’ yang diinisiasi oleh Nabi Musa AS, sehingga kewajiban shalat menjadi 5 waktu.
Tapi, walaupun hanya 5 waktu, pahalanya sama seperti melaksanakan shalat 50 waktu.
Proses ‘negosiasi’ ini menunjukkan adanya keinginan Nabi Muhammad Saw untuk meringankan beban yang akan dipikul oleh umatnya.
Sebab, umat pasti sangat kesulitan untuk melaksanakan perintah shalat 50 waktu.
Kedelapan, pembangunan berbasis kebersamaan.
Dalam sejarah dicatat hanya beberapa lama berselang peristiwa israk mikraj, lalu Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Hingga mampu menjadikan Madinah sebagai wilayah yang berperadaban.
Di Madinah Nabi Muhammad SAW mampu mempersaudarakan kaum Muhajirin (pendatang Mekkah) dan Anshar (pribumi Madinah), serta mampu menyatukan berbagai kabilah tanpa kecuali Yahudi dan Nasrani.
Penduduk Madinah dibawah kepemimpinan Nabi Muhamamd SAW hidup sangat toleran walaupun berbeda etnis, suku, dan keyakinan.
Kesembilan, perjalanan dari masjid ke masjid.
Dalam perjalanan isra mikraj Rasulullah Saw melakukan perjalanan dari Masjid Haram di Mekah menuju Masjid Al-Aqsa di Palestina.
Ini indikasi bahwa kehidupan umat manusia tidak boleh jauh dengan masjid.
Masjid bagi umat Islam laksana air bagi ikan, keduanya tidak dapat dipisahkan.
Masjid mesti menjadi pusat peradaban umat Islam dalam membangun kehidupan yang berkeadaban.
Bahkan, nilai-nilai yang dibangun di dalam masjid mesti diaplikasikan dalam kehidupan sosial, semisal kejujuran, kebersamaan, keadilan, persamaan tanpa diskriminatif.
Spirit Isra Mikraj
Selain menuliskan tentang spirit, Tgk Adnan Yahya juga menuliskan, Rasulullah dalam peristiwa Israk Mikraj juga melihat beberapa gambaran kondisi sosial manusia.
Berupa sejumlah gambaran tentang kritik sosial untuk memberikan pembelajaran kepada umat, diantaranya:
1. Pemimpin yang tidak amanah.
Yakni Rasulullah Saw melihat seseorang yang mengumpulkan kayu bakar dipundaknya dengan jumlah besar hingga ia tidak dapat memikulnya.
Tapi, meskipun ia tidak dapat memikulnya, kayu bakar terus-menerus ditambahkan ke pundaknya.
Hal ini gambaran umat Rasulullah Saw yang menumpuk-numpuk jabatan, tapi satupun tidak mampu menjalankannya, hingga ia diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Sebab itu, israk mikraj menjadi momentum bagi para pemimpin dan pejabat untuk menunaikan setiap amanah yang diemban (Qs. An-Nisa’: 58).
2. Penebar hoax.
Yakni Rasulullah Saw melihat sekelompok orang berkuku panjang yang terbuat dari tembaga, lalu mereka mencakar-cakar muka dan dada mereka sendiri.
Hal itu sebagai ganjaran bagi hambaNya yang menebarkan kebencian dan hoax dalam kehidupan sosial.
Akibatnya, di akhirat mereka dihinakan oleh Allah Swt.
Karena itu, israk mikraj merupakan momentum untuk membasmi penebar kebencian dan menangkal berita hoax yang dapat merusak tatanan kehidupan sosial berbangsa, bernegara, dan beragama (Qs. Al-Hujurat: 6 dan 12).
Para penebar kebencian dan hoax bukan hanya mendapatkan ganjaran di dunia, tapi juga di akhirat.
Pesta demokrasi tidak boleh sedikitpun dikotori oleh berita-berita hoax.
3. Enggan melaksanakan shalat.
Yakni Rasulullah Saw melihat sekelompok orang yang kepala mereka dipecahkan dengan batu.
Hal itu ganjaran bagi orang-orang yang enggan melaksanakan perintah shalat.
Pesan profetik bahwa shalat itu tiang agama, siapa orang yang mendirikan shalat, maka ia telah menegakkan agama.
Sebaliknya, siapa orang yang meninggalkan shalat, maka ia telah meruntuhkan agama (HR Bukhari dan Muslim).
Selain itu, shalat merupakan ibadah pertama yang akan dihisab di akhirat kelak (HR An-Nasai).
Karena itu, Isra Mikraj hendaknya menjadi momentum untuk memakmurkan masjid-masjid Allah Swt dengan mendirikan shalat berjamaah (Qs. Thaha: 132).(*)