Mengenal Lebih Dekat Meurah Budiman, Kakanwil Kemenkumham Aceh yang Punya Anak Pilot

Drs Meurah Budiman SH MH kini resmi menjabat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kakanwil Kemenkumham) Aceh.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
istimewa
Drs. Meurah Budiman, S.H., M.H. dan putranya, Teuku Rabiul Mauliadi. (Pilot Lion Air) 

Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Drs Meurah Budiman SH MH kini resmi menjabat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kakanwil Kemenkumham) Aceh.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Republik Indonesia, Prof Dr Yasonna H Laoly SH MSc melantiknya pada jabatan tersebut, Rabu (10/3/2021) siang.

Meurah Budiman yang putra Aceh itu dilantik menggantikan Heny Yuwono MSi yang kini mendapat jabatan baru sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.

Pelantikan yang dilanjutkan dengan serah terima jabatan itu dilaksanakan di Aula Umar Senoaji Ditjen KI lantai 18 Gedung Eks Centra Mulia Jakarta Selatan (Jaksel).

Baca juga: Pendaftaran Gelombang 14 Kartu Prakerja Dibuka Hari, Logini di www.prakerja.go.id

Baca juga: Kalah di Pengadilan, Pemkab Harus Bayar Ganti Rugi Lahan Bandara Syekh Hamzah Fansuri Rp 3 Miliar

Baca juga: Cara Sehat Menurunkan Kolesterol secara Alami, Hindari Lemak hingga Konsumsi Makanan Kaya Serat

Lalu, siapa Meurah Budiman?

Pria yang sangat tekun menuntut ilmu ini lahir di Nagan Raya, Aceh, 4 Maret 1968. Saat itu Nagan masih menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Barat, belum mengalami pemekaran.

SD hingga SMA dia tamatkan di Meulaboh, ibu kota Kabupaten Aceh Barat.

Kemudian Meurah diterima sebagai mahasiswa di Program Studi PMP/Kn pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (FKIP USK). Ia lulus tahun 1991.

Karena sudah bekerja di Kanwil Kemenkumham Aceh, Meurah pun ingin memperdalam ilmu hukumnya. Lalu ia kuliah S1 Jurusan Hukum Pidana pada Universitas Muhammadiyah Banda Aceh dan lulus tahun 2005.

Merasa tak puas dengan dua gelar, ia lanjutkan studi S2 Magister Hukum Pidana di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan lulus tahun 2008.

Baca juga: Ingin Tahu, Manfaat Daun Singkong, Bisa Atasi Penyakit Mematikan, Simak Ulasan Ini

Sekarang pun Meurah sedang kuliah program doktoral (S3) di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.

"Alhamdulillah, sekarang saya sedang melanjutkan pendidikan Program Doktor di Unissula Semarang di sela-sela tugas sebagai Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah," kata Meurah Budiman kepada Serambinews.com, Kamis (11/3/2021) pagi.

Ia juga sudah mengonfirmasikan rencana disertasinya, yakni tentang narkoba. Khususnya tentang kejahatan bisnis narkoba yang dalam beberapa kasus justru dikendalikan narapidana dari dalam penjara.

Meurah adalah sosok yang sudah kenyang makan asam garam memimpin lembaga pemasyarakatan (LP) dan mengamati sepak terjang para napi, tak terkecuali napi narkoba.

Mulai dari pemakai, kurir, pengedar, bandar, hingga gembong narkoba kelas kakap. Beberapa di antaranya malah menjadi residivis kembali tak lama setelah bebas dari LP.

 

Baca juga: Ingin Tahu, Manfaat Daun Singkong, Bisa Atasi Penyakit Mematikan, Simak Ulasan Ini

Ini yang menginspirasi Meurah untuk diteliti sebagai bahan disertasinya.

Ia awali karier sebagai Kepala Seksi Rumah Tahan Negara dan Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara (Rupbasan) pada Kanwil Kemenkumham Aceh sejak tahun 1994 hingga 2000.

Meurah kemudian ditugaskan menjadi Kepala LP Meulaboh, Aceh Barat, pada 2000-2005.

Kemudian, dipindah menjadi Kapala LP Langsa. Dua tahun di sini (2005-2007), Meurah dipindah lagi menjadi Kepala LP Lhokseumawe (2007-2010).

Kaya pengalaman memimpin LP di Aceh, Meurah mulai dipindah sebagai Kepala LP
Tanjung Pinang di Kepulauan Riau (2010-2011).

Dari Riau dia dimutasi ke Medan sebagai Kepala Bidang Pembinaan Kanwil Kemenkumham Sumatera Utara (2012-2014).

Meurah dikembalikan ke Aceh dengan jabatan yang sama pada tahun 2014. Jabatan
Kabid Pembinaan Kanwil Kemenkumham Aceh ini dia emban hingga 2017.

Dari Aceh, Meurah dipindah jauh, nun ke Gorontalo. Di sana ia menjabat Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Gorontalo (2017-2018).

Hanya setahun lebih di Gorontalo, Meurah dikembalikan ke Aceh sebagai Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Aceh (2018-2020).

Dari Aceh, suami dari Zuraidah ini dipindah sebagai Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah (2020 hingga 9 Maret 2021).

Terhitung 10 Maret kemarin, Meurah dilantik jadi Kakanwil Kemenkumham Aceh. Ia 'wo bak sot' (kembali ke asal), tapi dalam jabatan orang nomor satu di kanwil tersebut.

Meurah yang sangat sering pindah tugas adalah keluarga yang menerapkan program KB.

Baginya, dua anak lebih baik, sehingga tersedia cukup waktu, perhatian, dan sumber dana yang memadai untuk membesarkan dan menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Anak sulungnya bernama Teuku Rabiul Mauliadi, sedangkan si bungsu bernama Cut Dini Mandasari.

Putri semata wayangnya ini berprofesi sebagai aparatur sipil negara (ASN), sedangkan si sulung berprofesi pilot.

"Dia pilot di Lion Air. Pendidikan pilotnya lulus tahun 2017 di Akademi Penerbangan Lion," ungkap Meurah.

Putra sulung Meurah ini tinggi jangkung, 177 cm. Jauh melampaui tinggi ayahnya.

Sang pilot, Teuku Rabiul, menamatkan sekolah menengah di SMA 2 Lhokseumawe tahun 2010 pas saat ayahnya bertugas sebagai kepala LP di sana.

Saat terjadi tsunami tahun 2004, Popon--begitu Teuku Rabiul Mauliadi biasa disapa--masih duduk di kelas 1 SMP 2 Meulaboh. Karena ayahnya pindah tugas ke Langsa, Popon pun ikut pindah dan lulus SMP di Langsa.

Setamat SMA di Lhokseumawe, Popon mencoba peruntungan di Pulau Jawa. Sempat kuliah di Jurusan Teknologi Informatika di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Namun, menjelang susun skripsi ia coba-coba ikut tes di Lion.

"Alhamdulillah, Popon lulus murni dengan melewati tahap ujian sejak seleksi administrasi, ujian tulis, psikotes, tes kesehatan, hingga tes wawancara," ujar Meurah Budiman.

Kini Popon menetap di Jakarta. Sesekali bertemu kedua orang tuanya saat sang ayah berdinas ke Jakarta dan kebetulan Popon sedang tidak mengudara.

Apalagi belakangan ayahnya bertugas di Jawa Tengah. Jarak ke Jakarta terasa dekat saja.

Kini ayah dan anak kembali berjauhan. Anaknya menetap di Jakarta, ayahnya pindah ke Banda Aceh. Namun, bagi seorang pilot rasanya tak ada tempat yang jauh.

Apalagi untuk tujuan yang mulia: 'sawue ureueng chik, saleuem takjiem keu ayah ngon poma' (menjenguk orang tua dan salam takzim kepada ayah dan bunda). (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved