internasional
Pemerintah Yaman Tuntut Penyelidikan Internasional Atas Tragedi Migran Afrika Dibakar Hidup-hidup
Pemerintah Yaman dan aktivis Ham menyerukan pembentukan tim penyelidikan internasional. Hal itu untuk menyelidiki kasus kematian puluhan migran Afrika
SERAMBINEWS.COM, AL-MUKALLA - Pemerintah Yaman dan aktivis Ham menyerukan pembentukan tim penyelidikan internasional.
Hal itu untuk menyelidiki kasus kematian puluhan migran Afrika yang terbakar hidup-hidup.
Mereka tewas terbakar di dalam kamp penahanan di Sanaa yang dikuasai Houthi pada Minggu (7/3/2021).
Pemerintah Yaman menuduh Houthi merekrut migran yang ditahan untuk berperang dalam perang saudara.
Para migran dikatakan mati terbakar dalam api setelah memprotes penganiayaan dan kondisi buruk di dalam fasilitas penahanan.
Baca juga: Advokat HAM Yaman Sebut Milisi Houthi Keji, Memaksa Migran Ethiopia ke Kamp dan Membakarnya
“Kami mengutuk keras kejahatan mengerikan yang dilakukan terhadap migran yang dijalankan oleh teroris milisi Houthi di ibu kota Sanaa," kata Menteri Informasi Yaman Muammer Al-Aryani..
Dikatakan, hal itu menyebabkan kematian dan ratusan terluka bakar.
"Para korban tewas dimakamkan di kuburan massal, bagian dari upaya mencoba menutupi. kejahatan," tambahnya.
Dia menambahkan:
“Kami menyerukan penyelidikan internasional yang transparan dan independen untuk mengungkapkan rincian kejahatan dan meminta pertanggungjawaban para pelakunya."
"Menekan Houthi untuk berhenti merekrut dan mengeksploitasi pengungsi dalam pertempuran."
"Membebaskan semua tahanan sehubungan dengan kewajiban Yaman dan memastikan kebebasan bergerak atau pengembalian sukarela. "
Baca juga: Warga Yaman Luapkan Kemarahan ke Milisi Houthi, Migran Afrika Dibakar Hidup-hidup
Kebakaran terjadi di sebuah pusat penahanan di Sanaa, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
“Jumlah total migran yang tewas dalam kebakaran di Fasilitas Imigrasi Otoritas Imigrasi, Paspor dan Naturalisasi masih belum dikonfirmasi, karena catatan resmi belum dirilis," kata IOM kepada ArabNews, Jumat (12/3/2021).
"Lebih dari 170 orang telah dirawat karena terluka dengan banyak dalam kondisi kritis," ujar IOM.