Berita Internasional

Begini Cara Raja Zulu Lakukan Tes Keperawanan, Gelar Festival Menari Telanjang Dada bagi Gadis Muda

Upacara yang dihadiri ratusan gadis muda Zulu yang belum menikah itu adalah bentuk tes keperawanan.

Editor: Saifullah
AFP PHOTO/RAJESH JANTILAL
Raja Zulu, Goodwill Zwelithini (tengah) dan Pangeran Senior sekaligus mantan pemimpin Partai Kemerdekaan Inkatha (IFP), Mangosuthu Buthelezi (kanan), bergabung bersama ribuan orang untuk mengenang Perayaan Raja Shaka, di dekat kuburan Raja Shaka di Kwadukuza, sekitar 98 kilometer dari Durban pada 24 September 2019. Raja berusia 72 tahun itu dilaporkan meninggal setelah dirawat akibat diabetes.(AFP PHOTO/RAJESH JANTILAL) 

SERAMBINEWS.COM – Tradisi menari telanjang dada bagi para gadis Zulu di Afrika Selatan erat kaitannya dengan Raja Goodwill Zwelithini.

Karena bagi Raja Zulu di Afrika Selatan ini, tradisi tersebut merupakan bagian dari tes keperawanan para gadis di kerajaannya.

Raja Goodwill Zwelithini itu sendiri meninggal pada usia 72 tahun akibat diabetes.

Semasa hidupnya, sang raja memang terkenal sebagai sosok yang flamboyan, gemar membelikan barang-barang mewah untuk enam istrinya, dan menggelar festival gadis telanjang dada serta tes keperawanan.

Festival tarian telanjang dada bernama Tari Reed atau Umhlanga dalam bahasa setempat itu diadakannya lagi sejak 1991.

Baca juga: Mengupas Kasus Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen 12 Tahun Lalu, Benarkah Antasari Azhar Dalangnya?

Baca juga: Sejarawan Nasional Prof M Dien Madjid: Temuan Ceruk Mendale Ubah Penulisan Sejarah Gayo

Baca juga: Dua Pemabuk Digelandang ke Kantor Satpol PP dan WH, Diamankan Saat Asyik Minum Tuak

Upacara yang dihadiri ratusan gadis muda Zulu yang belum menikah itu adalah bentuk tes keperawanan.

Raja Zulu berdalih, acara tersebut untuk mengenalkan kesadaran melawan HIV/AIDS di KwaZulu-Natal, provinsi dengan salah satu tingkat infeksi HIV tertinggi di Afrika Selatan.

Melansir BBC pada Sabtu (13/3/2021), Raja Zulu percaya tes keperawanan itu akan memperlambat penyebaran penyakit di kerajaannya.

Tesnya adalah si gadis menari telanjang dada sambil membawa buluh. Jika buluh itu patah di hadapan raja, berarti dia tak perawan.

Menurut klaim raja dengan enam istri dan 28 anak itu, seorang perempuan tidak boleh melakukan hubungan seks sebelum terikat tali pernikahan.

Baca juga: VIDEO - Kreatif, Bawa Sepeda Motor Sendirian, Ibu Hamil Ini Tulis Peringatan Hati-Hati, Ini Isinya

Baca juga: 50 Ulama Muda Aceh Akan Bermubahasah di Lhokseumawe, Bahas Penyimpangan Berkedok Ajaran Sufi

Baca juga: MUQ Aceh Selatan Lahirkan Empat Penghafal Alquran 30 Juz

Kemudian menurut laman zulu.org.za, disebutkan bahwa mengikuti perayaan Tari Reed adalah kebanggaan bagi para wanita di sana.

"Menurut tradisi Zulu, hanya para perawan yang boleh mengikuti festival ini untuk membuktikan mereka 'suci'," tulis keterangan tersebut.

Festival Tari Reed sendiri tidak hanya berupa acara telanjang dada, tetapi juga ajang menunjukkan bakat menyanyi, menari, dan hasil karya manik-manik.

Namun, beberapa kritikus berpendapat, bahwa praktik Umhlanga dalam tradisi Zulu pada dasarnya bersifat patriarki, karena menekankan wanita yang harus suci, bukan mengatur perilaku pria.

Selama 49 tahun ia berkuasa, Raja Zulu pernah menikahi satu penari di festival tersebut yang berusia 18 tahun pada 2003.

Baca juga: PP UMKM, Milenial Makin Berpeluang Kembangkan Koperasi Inovatif, 9 Orang Sudah Bisa Dirikan Koperasi

Baca juga: Dua Pemain Lhokseumawe Ikut Seleksi Tahap II Timnas Pelajar Kemenpora U-15, Jebolan Liga U-14 2019

Baca juga: PGRI Singkil Minta Sekda Aceh Perjuangkan Kenaikan Insentif Guru dan Pengawas

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved