Kesehatan
Dulu Dibuang-buang, Buah Ciplukan Kini Harganya Menggila karena Khasiatnya
Karena banyak dicari orang karena dianggap punya khasiat, harga buah ini menjadi begitu mahal.
SERAMBINEWS.COM - Belakangan, ceplukan alias ciplukan, buah yang bias tumbuh liar ini naik kelas.
Nasib ciplukan berubah total.
Karena banyak dicari orang karena dianggap punya khasiat, harga buah ini menjadi begitu mahal.
Di negeri jiran, Brunei Darussalam saja, sebiji buah ciplukan bisa dihargai Rp10 ribu.
Itu belum di mal-mal di kota besar seperti di Jakarta, sekilonya bisa mencapai Rp500 ribu.
Seperti disinggung di awal, ciplukan bisa dijumpai di banyak tempat di Indonesia.
Ia tumbuh liar di lahan-lahan kosong dan pekarangan rumah.
Kadang ia juga tumbuh di tempat lain yang tidak becek, di dataran rendah maupun tinggi.
Baca juga: WNA Jerman dan Istrinya Tewas Dibunuh di Rumah Mewah, Polisi Buru Pelaku yang Terekam CCTV
Baca juga: Tips Mengatasi Migrain Tanpa Obat, Penuhi Kebutuhan Nutrisi hingga Istirahat dalam Ruangan Gelap
Orang-orang Bali mengenal buah ini sebagai ciciplukan, sementara orang Madura mengenalnya sebagai nyor-nyoran.
Orang-orang Sunda di Jawa Barat sana mengenalnya sebagai cecenetan, Jawa Tengah ceplukan.
Tapi lidah orang Indonesia kebanyakan menyebutnya sebagai ciplukan.
Yang mungkin banyak tidak tahu, ciplukan ternyata bukan asli tanaman Indonesaia.
Begini-begini, tanaman yang tingginya mencapai 10 - 80 cm itu barang ekspor, persisnya dari Amerika tropika.
Konon kabarnya, ciplukan dibawa orang-orang Spanyol pada masa penjelajahan orang-orang Eropa abad ke-17.
Masih menurut sahibulhikayat, di Indonesia yang pertama mengenal ciplukan adalah orang-orang Maluku--mereka menyebutnya sebagai daun boba--dan Minahasa (leietokan).