Anton Medan Meninggal

Anton Medan Dimakamkan di Dekat Masjid Tan Kok Liong yang Bergaya Tionghoa, Ini Cerita Menantunya

Anton Medan meninggal dunia, Senin (15/3/2021) kemarin, sekitar 15.00 WIB di Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Bogor.

Editor: Nur Nihayati
(TribunnewsBogor.com/Damanhuri)
Lokasi makam yang disiapkan Anton Medan di komplek Pesantren Attaibin, Cibinong, Kabupaten Bogor. (TribunnewsBogor.com/Damanhuri) 

Anton Medan meninggal dunia, Senin (15/3/2021) kemarin, sekitar 15.00 WIB di Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Bogor.

SERAMBINEWS.COM - Anton Medan telah meninggal dunia di usia 64 tahun.

Pelbagai kisah spritual menyisakan setelah kepergiaannya.

Suasana haru dan isak tangis menyelimuti keluarga terdekatnya menemi di sisi jenazahnya.

Jenazah Anton Medan dimakamkan pagi ini, Selasa (16/3/2021) di Pondok Pesantren At-Taibin Pondok Rajeg.

Anton Medan meninggal dunia, Senin (15/3/2021) kemarin, sekitar 15.00 WIB di Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Bogor.

“Rencananya pemakaman besok pagi (Selasa hari ini) di sini,” kata Syamsul Bahri Radjam, menantu Anton Medan di Pondok Pesantren At-Taibin Pondok Rajeg, Senin (15/3/2021).

Baca juga: Pejabat, TNI/Polri, dan Wartawan di Bireuen Divaksin Sinovac, 564 di Antaranya Polres dan Jajaran

Baca juga: Hampir Setengah Bulan Hilang, Alhamdulillah Akhirnya Pria Asal Trumon Timur Ini Ditemukan Selamat

Baca juga: VIDEO - Pasukan Intelijen Turki Tangkap Seorang Teroris yang Sudah Merencanakan Aksi Teror

Ia menambahkan jenazah Anton akan lebih dahulu disalatkan di Masjid Ponpes At-Taibin sebelum dimakamkan.

“Besok (hari ini) kami pindahkan jenazah ke masjid untuk disalatkan. Setelah itu dimakamkan,” paparnya.

Menurut Syamsul, Anton Medan meninggal sekira pukul 15.00 WIB.

“Tadi kami sempat membawa ke rumah sakit. Dokter mengatakan sudah meninggal setelah cek jantung, nadi, dan pupil. Sudah ada surat kematian dari dokter,” jelasnya.

Sebelum meninggal, kesadaran Anton Medan sudah mulai menurun sampai mengembuskan nafas terakhir.

“Kesadarannya mulai menurun mulai jam 10.00 WIB. Lalu pukul 15.00 WIB kita bawa ke rumah sakit,” papar Syamsul.

Anton Medan menderita komplikasi penyakit diabetes dan darah tinggi.

“Tidak ada penyakit lain. Cuma diabetes dan ada tensi,” tambahnya.

“Kata dokter, gula darahnya sempat melandai. Namun kembali naik lagi sehingga tak tertolong,” terang Syamsul.

Sudah siapkan liang lahat

Anton Medan sudah menyiapkan liang lahat di Pondok Pesantren (Ponpes) At-Taibin di Kampung Bulak Rata RT 2/8, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

Ponpes itu akan menjadi tempat peristirahatan terakhir pria yang kini menginjak usia kepala 60an. 

Pria pemilik nama Tionghoa, Tan Kok Liong, sejak dulu bercita-cita membangun sebuah pondok pesantren bagi mualaf Tionghoa dan mantan narapidana yang ingin belajar agama.

Pada 2002 cita-citanya terwujud membangun sebuah pondok pesantren.

Saat itu yang pertama kali dibangun oleh Anton yakni kuburan.

"Yang dibangun pertama Bapak (Anton Medan, red) kuburannya dulu, terus dilanjutin ngebangun pondok pesantren," kata Deni Chunk (41), pengurus Pondok Pesantren At-Taibin kepada TribunnewsBogor.com.

Lokasi yang nantinya menjadi tempat pemakaman Anton Medan berada tepat di sebelah kanan Masjid Tan Kok Liong yang di desain dengan gaya bangunan Tionghoa.

Kuburan itu punya kedalaman sekitar 160 sentimeter dan panjang 2 meter yang saat ini dijadikan pendopo bagi tamu yang berkunjung ke pondok pesantren tersebut.

"Tadinya enggak ditutup meja, tapi takutnya bahaya akhirnya ditutup jadi lebih terlihat rapi," sambung Deni.

Selain pondok pesantren di lokasi tersebut yayasan mendirikan sekolah dengan sistem asrama.

Dahulu yang tinggal di asrama sampai 500 orang.

Berdirinya Pondok Pesantren At-Taibin bermula saat Anton Medan ingin syiarkan Islam dengan membangun pesantren pada 2002 lalu.

"Cita-cita bapak ingin bangun pesantren untuk mualaf Tionghoa, makannya didirikan pondok pesantren ini"

"Pembangunan sekitar dua tahun, baru mulai beroperasi pada 2004," terang Deni.

Sekolah yang di dalamnya juga ada pondok pesantren bagi mantan narapidana dan mualaf Tionghoa ini berdiri di atas lahan seluas 1,6 hektare.

Saat ini yayasan sudah tidak aktif lagi sejak beberapa tahun lalu.

Yang masih tersisa hanya pondok pesantren bagi eks narapidana serta mualaf Tionghoa yang ingin belajar ilmu agama.

Setiap bulan ada saja eks narapidana yang datang untuk mondok di sini.

Menjelang Ramadan para santri sudah banyak pulang ke kampung halaman masing-masing untuk ibadah puasa bersama keluarga.

"Emang enggak banyak, kalau bulan puasanya biasanya pada pulang," tukas dia.

Menurut Deni, santri mantan narapidana itu selain dibekali ilmu agama juga diajarkan berwirausaha selama berada di pondokan.

Seperti belajar mengelas, beternak hingga menjahit agar setelah mereka keluar sudah punya bekal keahlian untuk melanjutkan hidupnya dan tidak kembali terjerumus dalam dunia hitam.

"Mereka diajarin baca Alquran dan salat. Ada juga alumni yang sekarang sudah bisa buka pondok pesantren sendiri di kampungnya," kata lelaki yang juga guru di ponpes tersebut.

Ada yang mencolok dari arsitektur bangunan di pondok pesantren Anton.

Hampir semua artsitekturnya mendapat sentuhan khas Tiongkok.

Gaya khas bangunan Masjid Hok Tek Liong ini sengaja mengambil gaya bangunan Tiongkok sebagai ciri khas Anton yang memang keturunan Tionghoa.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pagi Ini Anton Medan Dimakamkan di Dekat Masjid Tan Kok Liong yang Bergaya Tionghoa, 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved