Berita Luar Negeri

Bersumpah Mendukung Warga Suriah, AS, Prancis, Jerman, Italia, Inggris Komitmen Bentuk Perdamaian

AS, Prancis, Jerman, Italia, Inggris mengatakan bahwa mereka akan tidak akan meninggalkan rakyat Suriah

Penulis: Syamsul Azman | Editor: Muhammad Hadi
Anadolu Agency
AS, Prancis, Jerman, Italia, Inggris mengatakan bahwa mereka akan tidak akan meninggalkan rakyat Suriah dan berkomitmen untuk kembali menghidupkan perdamaian, Senin (15/3/2021). 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - AS, Prancis, Jerman, Italia, Inggris mengatakan bahwa mereka akan tidak akan meninggalkan rakyat Suriah dan berkomitmen untuk kembali menghidupkan perdamaian, Senin (15/3/2021).

Melansir dari Anadolu Agency, Selasa (16/3/2021) Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio, dan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengeluarkan pernyataan bersama untuk menandai peringatan 10 tahun konflik Suriah.

"Hari ini menandai sepuluh tahun sejak rakyat Suriah secara damai jalan dan menyerukan reformasi.

"Tanggapan yang diberikan oleh rezim Assad adalah kekerasan yang mengerukan," pernyataan para diplomat.

Mereka mengatakan rezim Suriah dan pendukungnya harus terlibat dalam proses politik dan memungkinkan bantuan kemanusiaan menjangkau komunitas yang dibutuhkan.

Baca juga: Sidang Perdana Habib Rizieq Shihab Digelar Hari Ini, Polri Kerahkan 659 Personel

Lebih dari setengah populasi, atau hampir 13 juta warga Suriah bergantung pada bantuan kemanusiaan dan jutaan pengungsi Suriah ditampung oleh Turki, Yordania, Lebanon, Irak dan Mesir, dalam pernyataan itu.

Beralih ke pemilihan presiden Suriah yang akan datang, negara-negara tersebut mengatakan itu tidak akan "bebas", atau "adil".

"Setiap proses politik membutuhkan partisipasi semua warga Suriah, termasuk diaspora dan pengungsi, untuk memungkinkan semua suara didengar," kata mereka.

Mereka juga mengatakan impunitas tidak dapat diterima dan mereka akan terus mendesak pertanggungjawaban atas kejahatan paling serius di negara yang dilanda konflik itu.

"Kemajuan yang jelas menuju proses politik inklusif dan diakhirinya penindasan rakyat Suriah sangat penting.

"Kami tidak dapat membiarkan tragedi ini berlangsung satu dekade lagi," pernyataan itu menyimpulkan.

Baca juga: Ini Batas Waktu Sholat Dhuha Menurut Ustaz Abdul Somad, Keutamaannya Salahsatu Dibuka Pintu Rezeki

Pada Maret 2011, rakyat Suriah, yang terinspirasi oleh peristiwa di Mesir dan Tunisia, bangkit melawan rezim Bashar al-Assad dan menuntut reformasi politik dan kebebasan.

Apa yang dimulai sebagai demonstrasi damai dengan cepat berubah menjadi perang saudara ketika orang-orang Suriah dipaksa untuk mengangkat senjata untuk membela diri dari rezim yang kejam.

Sekarang di tahun ke-10, konflik Suriah berkecamuk tanpa akhir yang terlihat.

Sebelumnya kepala badan bantuan Turki bertemu dengan anak-anak Suriah.

Kepala badan bantuan utama Turki bertemu hari Senin (15/3/2021) dengan anak-anak Suriah yang tinggal di Istanbul saat dunia menandai peringatan 10 tahun dimulainya perang saudara Suriah.

Baca juga: 6 Gejala Penyakit Ginjal, Merasa Lelah Dalam Waktu Lama hingga Sesak Napas

Kerem Kinik, kepala Bulan Sabit Merah Turki, atau Kizilay, mengunjungi anak-anak di ruang kelas mereka di Pusat Komunitas Sancaktepe, Turki.

Kinik juga bermain dan menyanyikan lagu bersama anak-anak selama kunjungan singkatnya.

“Hari ini, kita dapat berbicara tentang lebih dari 1 juta bayi yang lahir di luar rumah mereka sebagai pengungsi, lahir dan dibesarkan tanpa melihat negara mereka,” katanya kepada wartawan.

“Sayangnya, kami melihat, terlepas dari semua upaya, sistem internasional belum mampu menciptakan perdamaian, dan sayangnya masih belum ada penerangan di ujung terowongan,” tambahnya.

Baca juga: Pendaftaran CPNS 2021 Hampir Dibuka, Simak! Ini 6 Dokumen yang Harus Diunggah di sscn.bkn.go.id

Menurut Kinik, krisis Suriah harus ditinjau kembali dengan fokus pada terciptanya perdamaian dengan kebijakan melindungi rakyat, hak asasi manusia dan martabat.

Suriah telah mengalami perang saudara sejak awal 2011, sejak rezim Bashar al-Assad menindak protes pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terduga.

Ratusan ribu orang telah tewas dan lebih dari 10 juta lainnya mengungsi selama dekade terakhir, menurut pejabat PBB.

Turki menampung sekitar 3,6 juta pengungsi Suriah - lebih banyak dari negara lain mana pun di dunia. (Serambinews.com/Syamsul Azman)

Baca juga: All England 2021 - Berikut Jadwal Lengkap, Daftar Unggulan & Hasil Drawing Indonesia Babak Pertama

Baca juga: BERITA POPULER - Daftar Gaji TNI AD, 2 Pria Aceh Ditangkap di Kualanmu hingga Ritual Mandi Telanjang

Baca juga: BERITA POPULER – Jatuh Tertancap Besi, Oknum PNS Bakar Kantor Bupati, KMP Aceh Hebat Kapal Bekas?

Baca juga: BERITA POPULER - UAS Tiba di Lhokseumawe, Harga Emas Turun hingga Pembunuhan Sadis di Lamjabat

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved