Kupi Beungoh

Melengkungkan Janur Kuning di Bumi Aceh

Janur Kuning juga menjadi pepatah ''sebelum janur kuning melengkung" yang menjadi prinsip orang yang semangat untuk memperjuangkan cintanya.

Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Janur Kuning 

Oleh: Ade Irma *)

JANUR kuning sangat berkaitan dengan pesta pernikahan, khususnya di Pulau Jawa, Suku Jawa, mayoritas penyebaran suku ini hampir di seluruh Indonesia, termasuk di Aceh.

Suku Jawa di Aceh adalah suku Jawa yang tinggal di Provinsi Aceh, orang Jawa juga menyebut orang Jawa di Aceh dengan Jawa Sabrang Lor (Jawa seberang utara). 

Sebutan ini diambil dari julukan Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor, karena beliau meninggal saat bertempur bersama pasukan Kesultanan Aceh melawan Portugis di Malaka.

Sebutan yang serupa juga dilabelkan kepada suku Jawa di Sumatra Utara dengan Jawa Deli.

Sebagian dari mereka telah bercampur dengan suku asli yang ada di Aceh, baik dari garis nenek, kakek, bapak atau dari garis keturunan ibu dan sebagian lagi masih memiliki keturunan asli.

Tapi tidak  memungkiri di Aceh juga ada menggunakan janur ini di acara pernikahan. 

Tepatnya di Desa Pondok Kemuning, Kecamatan Langsa Lama. 

Baca juga: Gubernur Ajak Perbankan Syariah Sediakan Fasilitas dan Layanan Bagi Eksportir dan Importir di Aceh

Janur menjadi penanda adanya acara atau hajat di sekitar lokasi, sehingga menjadi patokan tamu.

Janur Kuning juga menjadi pepatah ''sebelum janur kuning melengkung" yang menjadi prinsip orang yang semangat untuk memperjuangkan cintanya.

Masyarakat Jawa di Aceh, khususnya di Langsa mempunyai pandangan bahwa pusat kebudayaan tentang janur kuning atau kembar mayang harus tetap dilestarikan.

Dengan demikian interaksi sosial dalam sikap yang njawani, walaupun tidak berjalan dalam budaya yang utuh. Namun paling tidak ada pernik-pernik budaya Jawa yang masih melekat.

Asal kata 'Janur' berasal dari bahasa jawa yang juga mengandung serapan bahasa Arab, yakni sajane neng nur yang berarti arah menggapai cahaya ilahi

Sementara kata kuning menurut  beberapa literatur menyebutkan bahwa maknanya adalah sabda dadi yang artinya berharap semua keinginan yang dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening akan terwujud.  

Dengan demikian janur kuning menandakankan harapan yang mulia untuk mendapatkan ridho Allah SWT. 

Dengan dibarengi jasmani dan rohani yang bersih, harapan yang baik diwujudkan dengan melaksanakan acara yang baik pula. 

Di sini lah esensi sebenarnya yang ada pada Janur Kuning.

Baca juga: CPNS 2021 - Ini Formasi yang Dibuka dan Jadwal Seleksi CPNS 2021

Janur Kuning sendiri merupakan daun muda dari beberapa jenis daun nan seperti kelapa, enau, yang biasanya disusun menjadi untaian merambat keatas menyerupai tanda ada sesuatu.

Namun belakangan kreasi ini semakin unik dan beragam. Ada juga tiga teknik utama dalam cara membuat janur, yaitu melipat, mengiris, memotong, dan menganyam.

Teknik khusus ini dapat digabungkan dengan inovasi baru yaitu dapat memadukan teknik tradisional janur pada membuat bunga tren masa kini.

Bagi masyarakat Aceh yang bersuku Jawa, seni membuat janur adalah suatu tradisi yang masih dilakukan di saat acara pernikahan, dan di bawah ini adalah salah satu kerajinan janur.

Pertama, kembar mayang. Kembar mayang melambangkan bahwa pengantin harus sama perasaan hati dan kehendaknya dan yang terdapat dalam kembar mayang adalah tata, awak dan mahkota.

Dua, Mayang Sari. Mayang sari adalah hiasan janur yang biasanya ditempatkan di samping pelaminan dan tingginya kira-kira 180 cm dan jumlahnya dua buah.

Tiga, umbul/pajor atau  biasa dipasangkan di depan rumah atau depan gang lokasi pesta.

Baca juga: Ikatan Cinta Hari Ini: Elsa Diketahui Sebagai Pembunuh Roy, Mama Sarah Panik

Janur yang sering dipakai oleh masyarakat ,yaitu kembar mayang, karena kembar mayang mempunyai simbol tertentu.

Salah satu tokoh yang melanjutkan dan membuat tradisi ini bernama Kek Men.

Kakek Men adalah salah satu tokoh yang mengatakan masyarakat Aceh yang bersuku Jawa tidak bisa terlepas dari  tradisi membuat Kembar Mayang atau Janur Kuning.

Pasalnya tradisi ini sudah ada sejak lama dan turun menurun. 

Cara beliau melestarikan ini dengan mengajak Ade Irma dan temannya yang lain berkumpul dan sekadar bercerita tentang tradisi ini. 

Menurut Kek Men, tradisi ini harus terus dilestarikan oleh generasi muda, namun ada hambatan dalam melanjutkan budaya ini. 

Contohnya, anak muda sekarang sekitar Langsa sudah tidak tertarik dengan yang berbau budaya lokal mereka lebih tertarik dengan budaya luar.

Jadi salah satu cara beliau mengatasi hal ini dengan merangkul anak- anak muda di Desa kami dengan pelatihan di balai balai. Tujuannya agar mereka tidak lupa dengan budaya yang sudah ada.

Salah satu pemuda yang melanjutkan membuat janur atau kembar mayang ini, ialah Kak Dewi yang akrab  dipanggil oleh masyarakat.

Dia adalah salah satu perempuan yang tekun terhadap usaha pembuatan janur atau kembar mayang tersebut.

"Saya merintis usaha ini sendiri dengan memilih daun muda yang terbaik untuk membuat janur atau kembar mayangnya.

Dengan demikian hasilnya indah dan konsumen puas," kata Kak Dewi. 

Namun karena pandemi Covid-19, usaha Kek Men dan Kak Dewi kurang lancar. 

Biasanya sebelum covid-19, mereka bisa mendapat empat pesanan kembar mayang dalam seminggu yang dijual sekitar Rp 200.000 per pasang kembar mayang.

Sekarang di masa new normal, paling mereka hanya mendapat satu pesanan. 

Pasalnya saat masa Covid-19 yang sudah setahun lebih ini, tak diizinkan mengadakan acara pesta pernikahan. 
 

Nah, sekarang jadi lebih tahu kan tentang Janur Kuning. Ternyata Janur Kuning bukan sekadar hiasan di acara-acara pernikahan saja, tapi juga digunakan dalam upacara adat dan punya nilai filosofi yang luhur. 

Tidak hanya ada di tanah Jawa namun di tanah Aceh tercinta juga ada, jadi ingat semboyan negara kita yang berbeda - beda tetapi tetap bersatu. (*)               

 *) PENULIS, Ade Irma (Mahasiswa Program Studi Agama Islam Falkultas Ilmu Keguruan IAIN Langsa

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved