Rakor Litbang Bappeda
Rakor Litbang Bappeda, Dr Srinita: Orang Aceh yang penting “Bek Deuk, Bek Bangai, Bek Saket”
Ia menyarankan agar melihat setiap peluang ekonomi yang ada di sekitar masyarakat untuk kemudian dikembangkan dan di dorong.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Fikar W Eda I Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Dr Srinita SE MSi meneyebutkan Aceh memiliki potensi sumber ekonomi yang besar namun belum dikelola maksimal. Ia menyebut salah satu contoh luasnya lahan tidur di Aceh.
Apabila dikelola, akan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat dalam mengangkat garis kemiskinan.
Hal itu disampaikan Srinita saat menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Penelitian dan Pengembangan, Bappeda Aceh, Kamis (25/3/2021).
Rakor tersebut dihadiri Kepala Bappeda Kabupaten/Kota seluruh Aceh, berlangsung di Banda Aceh dan disiarkan secara virtual. Rakor diisi pemaparan para narasumber dan diskusi.
Narasumber dari Jakarta hadir Sekretaris Badan Libang Kemendagri, Dr. Kurniasih, M.Si, dari Aceh, Dr. Anton Widyanto Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dan Dr. Srinita, SE, MSi dari Fakultas Ekonomi dan Pembangunan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
• Begini Aksi Anak TK Kartika XIV-5 Langsa Belajar di Alam Bebas, Objek Wisata Hutan Kota
• Truk Terguling, Jalan di Depan Mapolres Aceh Tamiang Dipenuhi Tumpukan Sawit, Begini Kronologisnya
• Demokrat Sindir Konpers Kubu Moeldoko: Itu Bentuk Frustasi dan Upaya Menutupi Malu
“Banyak potensi yang belum dikelola. Lahan tidur, sabut kelapa dan sebagainya, yang kalau dimanfaatkan akan memberi nilai ekonomi luar biasa. Potensi itu tersebar dari Tamiang sampai Sinabang,” katanya.
Ia menyambut baik gagasan rakor litbang tersebut sebagai bagian dari usaha mengangkat isu-isu yang terjadi di tengah masyarakat untuk kemudian dicarikan solusinya.
Ia juga menyampaikan konsep kesejahteraan bagi masyarakat diukur oleh tiga hal, yakni “bek deuk, bek bangai, bek saket,” bermakna tidak lapar, tidak kurang pendidikan, tidak sakit.
Ia menyarankan agar melihat setiap peluang ekonomi yang ada di sekitar masyarakat untuk kemudian dikembangkan dan di dorong.
“Seperti sabut kelapa ternyata sangat diminati dan memiliki harga tinggi sebab bisa dimanfaatkan untuk bahan jok mobil dan sebagainya,” ujar Srinita.
Ia juga menyinggung soal luasnya lahan tidur di Aceh. Menurutnya harus dicarikan jalan, agar lahan-lahan itu itu dibangunkan untuk produksi.
Di bidang pariwisata, Srinita mencontohkan usaha desa yang didukung sebagai kawasan wisata dengan melakukan kreasi-kreasi tertentu.
Ia menyebut salah satu contoh desa di Bogor yang ia rancang, ternyata memberi hasil yang signifikan bagi masyarakat.
Pada bagian akhir paparannya, Srinita merekomendasikan kepada Pemerintah Aceh untuk memberi perhatian upaya antisipasi selama pandemi dan mitigasi pasca pandemi agar aktivitas perekonomian masyarakat dapat berjalan dan akan membaik ketika masa pandemi berakhir.