Kecewa Jadi Pemicu Ibu Aniaya Anak Kandung

Direktur Psikodista Konsultan, Dra Nur Janah Alsharafi Psikolog MM CHt mengungkapkan, seorang ibu yang tega menganiaya anak

Editor: bakri
IST
Nurhayati (31) bersama anaknya saat berada di Lapas Kelas IIB Idi, Aceh Timur. 

BANDA ACEH – Direktur Psikodista Konsultan, Dra Nur Janah Alsharafi Psikolog MM CHt mengungkapkan, seorang ibu yang tega menganiaya anak kandungnya dapat dipicu karena ada suatu kebencian, dan kekecewaan terhadap sebuah hubungan yang dibangun dengan pasangannya.

“Kita tidak tahu sudah berapa tahun ia bercerai dengan suaminya. Ia memasuki perkawinan itu dengan harapan bahagia. Tapi ternyata tidak, itu yang ia dapatkan akhirnya perceraian, dan ia pun mendapatkan hak asuh anak,” sebut Nur Jannah.

Hal itu diungkapkan Nur Jannah kepada Serambi, Kamis (25/3/2021) terkait kasus seorang ibu bernama Nurhayati (31), warga Desa Bantayan, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur yang tega menganiaya anak kandungnya dengan menyiram air panas ke punggung hingga melepuh.

Ia menyebutkan, ada berbagai faktor sehingga seorang ibu tega menganiaya anaknya, termasuk rasa dendam dan kecewa yang sudah ia pendam. Dan pencetusnya adalah bisa dipicu oleh hal-hal kecil serta sepele, seperti yang dilakukan oleh korban karena telat memanaskan air untuk membuat susu adiknya.

“Itu sudah mewakili dari sisi psikologis si ibu atau bisa juga dari rasa kecewa dia kepada mantan suaminya. Akhirnya, ia lampiaskan kepada anaknya. Jadi, kondisi ini bisa terjadi kepada siapa saja. Kita tidak bisa menjudge ibu itu mempunyai kelainan. Kita harus hati-hati, dan jeli dalam memeriksa kondisi si ibu,” sebutnya.

Dalam hal ini, Nur Janah mengatakan, si ibu sebagai pelaku dan anak sebagai korban perlu mendapatkan pendampingan secara psikologis. Demikian juga untuk kondisi bayinya yang masih diberikan Air Susu Ibu (ASI).

“Pemberian ASI ketika ibu dalam kondisi bahagia atau tertekan tentu berbeda keadaannya. Kualitas pelukannya ketika ibu happy atau sedih juga berbeda. Maka perlu pendampingan untuk ibu maupun si anak agar tidak terpengaruh psikologisnya,” kata Nur Janah yang juga Dosen Konseling Universitas Syiah Kuala itu.(una)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved