Human Interest Story
Kisah Mantan Juru Masak Hasan Tiro Dipuji Istri Mantan Presiden Amerika Serikat
ada Serambinews.com, Azizah Adek atau lebih akrab disapa Adek, mengatakan ia sangat tertarik dengan sejarah Aceh, sehingga ingin menjadi pahlawan.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Zaenal
"Awalnya latihan militernya di Jim-jim Pidie Jaya dengan Abdullah Syafii di Tiro tahun 1999 dan tahun 2000 menjadi pelatih GAM," ungkapnya.
Adek menjadi satu dari 14 pelatih perempuan GAM yang bertugas melatih para anggota Pasukan Inong Balee.
Para pelatih pasukan Inong Balee ini disebut Mualimah.
Sedangkan pelatih pasukan laki-laki GAM disebut Mualim atau Mualem.
"Perempuan itu ada 14 orang yang disebut dengan Mualimah dan laki-laki kalau tidak salah ada 13 orang itu yang disebut dengan Mualem," ujarnya.
Baca juga: Haul 18 Tahun Meninggalnya Abdullah Syafii, Begini Sosok Tgk Lah Di Mata Wali Nanggroe
Pada akhir tahun 2000, Azizah bersama rekan-rekan Mualimah dan sejumlah pasukan Inong Balee, dikembalikan ke wilayah masing-masing.
"Kami dari Aceh Rayeuk yang latihan ke Jim-jim bersama Tgk Abdullah Syafii kemudian dikembalikan ke Aceh Rayeuk untuk melatih pasukan Inong Balee yang ada di Aceh Besar," sebutnya.
Sejak itu, Azizah kerap bergerilya di hutan bersama pasukannya. Bukan hanya di Aceh Besar, tapi juga diperbantukan ke daerah-daerah lainnya.
Hingga kemudian, damai datang dan Azizah bersama ribuan kombatan kembali menjalani kehidupan normal.
"Setelah damai saya pernah dipercaya menjadi Panglima Inong Balee Pusat, tahun 2018 saya mengundurkan diri karena ingin fokus menjalani usaha," ungkap Azizah Adek.
Baca juga: VIDEO Detik-detik Banjir Menerjang Tiga Gampong di Tangse
Mundur Teratur
Sebagai mantan pelatih Pasukan Inong Balee, Azizah menjadi sosok yang diperhitungkan setelah damai.
Selain dipercaya menjadi panglima Inong Balee Pusat Pusat, Azizah juga ditempatkan pada beberapa jabatan strategis di internal dan eksternal GAM yang setelah damai berjuang melalui jalur politik, yaitu Partai Aceh.
"Dulu pernah juga menjadi bendahara Partai Aceh di Kota Banda Aceh selama tiga periode, bendahara Pertina Aceh (Persatuan Tinju Amatir Indonesia), juga pernah bekerja sebagai staf di KIP Aceh," ulasnya mengenai pengalaman sebelum beralih profesi sebagai pengusaha.
Menceritakan ketika masa konflik, ia mengungkapkan bersama rekan lainnya berada di hutan, susah senang dilakukan bersama sampai menjadi kenangan tidak bisa terlupakan.