Krisis Politik di Myanmar

Pemimpin Sipil Myanmar Akan Bentuk Pemerintah Koalisi, Pemimpin Kudeta Janjikan Pemilu

Junta militer Myanmar memperingatkan bahwa pengunjuk rasa berisiko ditembak di kepala dan punggung jika mereka melanjutkan demonstrasi anti-kudeta.

Editor: Taufik Hidayat
AP
Demonstran anti-kudeta menyiapkan busur dan anak panah darurat untuk menghadapi polisi di kotamady kota Thaketa Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021. 

SERAMBINEWS.COM, YANGON - Penjabat pemimpin pemerintah sipil paralel Myanmar, Man Win Khaing Than, pada Sabtu (3/4/2021) menekankan pemerintah koalisi federal akan segera dibentuk, serta perlunya pembentukan tentara koalisi federal untuk melindungi pengunjuk rasa pro-demokrasi dari rezim kudeta.

Man Win Khaing Than, yang ditunjuk oleh anggota parlemen yang digulingkan sebagai wakil presiden dan penjabat presiden pemerintah sipil, mengatakan pembentukan koalisi federal dilakukan menyusul negosiasi dengan kekuatan politik yang berbasis di wilayah etnis negara itu.

"Kita juga perlu bergandengan tangan dengan saudara dan saudari etnis dalam membentuk tentara federal untuk melindungi nyawa dan harta benda rakyat," ungkap Win dalam pidato peringatan Hari Perlawanan 27 Maret, hari di mana tentara mulai melawan pendudukan Jepang pada 1945.

Hari itu diubah namanya oleh militer Myanmar menjadi Hari Angkatan Bersenjata dan dirayakan setiap tahun dengan pertunjukan kekuatan militer.

Dewan Keamanan Nasional, yang dibentuk dan dipimpin oleh panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing setelah kudeta 1 Februari, telah meningkatkan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa yang menuntut segera diakhirinya kekuasaan militer.

Setidaknya 328 pengunjuk rasa telah dibunuh oleh pasukan keamanan selama berminggu-minggu hingga Jumat, menurut Asosiasi Tahanan Politik, sebuah kelompok aktivis yang berbasis di Thailand.

Baca juga: Tiga Kelompok Etnik Bersenjata Myanmar Siap Bersatu Lawan Junta Militer, Perang Saudara Bakal Pecah

Baca juga: Lagi, Lima Demonstran Tewas Ditembaki Militer Myanmar Sehingga Total Jadi 550 Orang

Baca juga: Giliran Tentara Myanmar Tewas Usai Diserbu Kelompok Bawah Tanah, Delapan Tentara Disandera

Pemimpin kudeta Min Aung Hlaing, dalam pidatonya, mengutuk para pengunjuk rasa karena menciptakan ketidakstabilan.

Namun, dia menegaskan kembali janjinya untuk mengadakan pemilihan setelah status keadaan darurat berakhir.

Dalam pesan yang disiarkan televisi Jumat malam, junta memperingatkan bahwa para pengunjuk rasa berisiko ditembak di kepala dan punggung jika mereka melanjutkan demonstrasi anti-kudeta.

Sementara pengunjuk rasa mengabaikan ancaman tersebut dan tetap turun ke jalan di beberapa kota pada Sabtu (3/4/2021).(AnadoluAgency)

Baca juga: Dulu Aksi Teror tak Libatkan Wanita dan Anak-anak, BIN Sebut Kini Milenial Target Utama Perekrutan

Baca juga: Kesal Ditantang dan Diejek Melulu, Khabib Balas Ferguson dengan Pesan Ini

Baca juga: Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Pilih Dubai Sebagai Tempat Bulan Madu, Ini Alasannya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved