Corona Serang Dunia
Jepang Diserang Corona Eek, Korea Utara Tarik Diri dari Olimpiade Tokyo
Kementerian Olahraga Korea Utara mengatakan pada hari Selasa (6/4/2021) bahwa mereka menarik diri dari perhelatan Olimpiade Tokyo.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, PYONGYANG – Mutasi varian Corona E484K dikenal juga dengan sebutan ‘Eek’, telah menyerang negeri Sakura, Jepang.
Mutasi varian corona E484K ini telah ditemukan di sejumlah Prefektur, termasuk di Osaka.
Korea Utara yang menjadi peserta Olimpiade Tokyo mengaku gelisah dan khawatir dengan mutasi E484K di Jepang.
Kementerian Olahraga Korea Utara mengatakan pada hari Selasa (6/4/2021) bahwa mereka menarik diri dari perhelatan Olimpiade Tokyo.
Hal itu dikarenakan Jepang baru-baru ini melaporkan temuan virus baru E484K ‘Eek’.
Selain itu, keputusan menarik diri dari Olimpiade Tokyo, juga sebagai perlindungan bagi para atletnya di tengah pandemi.
Baca juga: Bernama ‘Eek’, Virus Corona Jenis Baru Terdeteksi di Indonesia, Jepang Bersiap Lockdown Lagi
Baca juga: Apa Itu Virus Corona E484K Eek? Sudah Ditemukan di Indonesia dan Jepang Siap Lockdown
Keputusan itu dibuat pada pertemuan komite Olimpiade Korea Utara, hadir juga menteri olahraganya Kim Il guk, pada 25 Maret 2021 lalu.
"Panitia memutuskan tidak mengikuti Olimpiade ke-32 untuk melindungi atlet dari krisis kesehatan global akibat virus corona," kata Kementerian, dikutip dari The Guardian.
Dengan hanya 109 hari lagi menuju Olimpiade Tokyo, otoritas kesehatan Jepang khawatir bahwa varian virus Corona akan membawa gelombang keempat yang baru.
Situasi penyebaran varian mutasi E484K ini paling buruk terjadi di Osaka.
Di mana infeksi mencapai rekor baru pekan lalu, mendorong pemerintah daerah untuk memulai tindakan lockdown yang ditargetkan selama satu bulan mulai Senin (5/4/2021).
Varian Covid E484K yang pertama kali ditemukan di Inggris telah meyebar di wilayah Osaka.
Baca juga: WHO Sebut Ada Kemungkinan Corona Menular dari Manusia ke Kucing, Anjing dan Harimau
Menurut Koji Wada, penasihat pemerintah tentang pandemi, mutasi ini menyebar lebih cepat dan tempat tidur rumah sakit telah dipenuhi dengan kasus yang lebih serius daripada virus aslinya, Covid-19.
“Gelombang keempat akan menjadi lebih besar,” kata Wada, yang juga seorang profesor di Universitas Internasional Kesehatan dan Kesejahteraan Tokyo.
“Kami perlu mulai membahas bagaimana kami dapat memanfaatkan langkah-langkah yang ditargetkan ini untuk wilayah Tokyo,” kata dia yang khawatir.
Pemerintah Osaka telah membatalkan acara estafet Obor Olimpiade Tokyo, namun Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, bersikeras bahwa negaranya akan melaksanakan Olimpiade sesuai jadwal.
Perdana Menteri (PM) Jepang, Yoshihide Suga mengatakan pada Minggu (4/4/2021) bahwa ia akan memperluas langkah-langkah darurat.
Hal itu dilakukan untuk menahan gelombang baru infeksi, di tengah kekhawatiran penyebaran mutasi virus corona.
PM Suga mengatakan Ibukota Jepang, Tokyo mungkin akan dimasukkan ke daftar area yang akan dilakukan kuncian secara ketat.
"Semua kemungkinan sedang dipertimbangkan," kata Suga, dikutip dari Reuters, Senin (5/4/2021).
"Tidak masalah secara spesifik di mana, kami akan bertindak tanpa ragu jika diperlukan," sambungnya.
Jepang sedang bergulat untuk melawan covid-19 menjelang Olimpiade Tokyo Juli mendatang.
Baca juga: Jelang Olimpiade Tokyo, Jepang Temukan Varian Baru Corona E484K (Eek), Indonesia Terdeteksi 1 Kasus
Namun, negeri matahari terbit itu belum memulai vaksinasi skala besar untuk masyarakat umum.
Pada hari Minggu (4/4/2021), 355 infeksi baru dilaporkan di Tokyo, meskipun jumlah tersebut masih jauh di bawah puncaknya yang mencapai lebih dari 2.500 pada bulan Januari.
Pakar kesehatan sangat prihatin dengan lonjakan mutasi baru yang baru-baru ini dinyatakan positif di wilayah Osaka.
Varian tersebut, yang diketahui telah muncul di Inggris, dikhawatirkan sangat cepat menular.
Sebanyak 594 kasus virus corona baru dilaporkan di prefektur Osaka pada hari Minggu, sehari setelah rekor 666 dikonfirmasi.
“Varian virus telah muncul di seluruh dunia sejak tahun lalu, termasuk mutasi E484 yang terdeteksi dalam semakin banyak kasus di Tokyo,” kata para pejabat.
Sekitar 70 persen pasien virus corona yang dites di rumah sakit Tokyo bulan Maret lalu membawa mutasi E484K.
Mutasi ini dijuluki "Eek" oleh beberapa ilmuwan dan dikenal karena dapat mengurangi perlindungan vaksin, kata penyiar publik NHK.
Mutasi "Eek" ditemukan pada 10 dari 14 orang yang dites positif mengidap virus di Rumah Sakit Medis Universitas Kedokteran dan Gigi Tokyo pada Maret, kata laporan itu.
Baca juga: Arab Saudi Umumkan 694 Kasus Baru Virus Corona dan Tujuh Kematian
Selama dua bulan hingga Maret, 12 dari 36 pasien Covid-19 membawa mutasi varian jenis baru ini.
Tidak ada dari mereka yang baru-baru ini bepergian ke luar negeri atau melaporkan kontak dengan orang yang mengalaminya.
Indonesia Temukan 1 Kasus
Munculnya varian virus corona jenis baru, E484K di sejumlah negara telah membuat masyarakat khawatir.
Terlebih, varian ini sudah ditemukan di Indonesia.
Diberitakan Kompas.com, Juru Bicara Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mutasi virus Covid-19 E484K ‘Eek’ sudah terdeteksi masuk ke Indonesia.
"Iya ada satu kasus," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/4/2021).
Namun, Nadia belum mendapatkan informasi lebih lanjut apakah mutasi virus Covid-19 E484K dibawa oleh pelaku perjalanan luar negeri atau tidak. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca Juga Lainnya:
Baca juga: Mantan Pemain Timnas Sepakbola Diduga Lakukan Penipuan, Korban Dijanjikan Pekerjaan
Baca juga: Kisruh Partai Demokrat, Kubu Moeldoko Minta SBY Bikin Partai Baru, Kamhar: Selalu Buat Sensasi
Baca juga: Kualitas Hidup di Aceh Tinggi, Kemendagri: IPM di Atas Rata-rata Nasional