Operasi Amfibi
KRI Teuku Umar-385 ikut Operasi Amfibi di Laut Natuna Selatan
Di bawah kemerlip bintang-bintang langit, para prajurit TNI AL tanpa kesulitan menyiapkan pos tempurnya sesuai yang diperintahkan meski dengan peneran
Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Latihan TNI Angkatan Laut di Perairan Natuna Selatan berlanjut dengan serial latihan Anti Air Rapid Open Fire Exercise (AAROFEX) oleh Unsur KRI yang tergabung dalam pull back Latihan Operasi Amfibi Koarmada I (Latopsfib Koarmada I) pada Minggu (11/4/21).
Latihan perang tempur ini melibatkan unsur KRI yang tergabung dalam Latopsfib.
Seketika bergema perang tempur...perang tempur... bahaya udara...seketika bergema dari pengeras suara.
Seluruh ABK menempati pos tempur masing-masing dan bersiap melaksanakan instruksi lanjutan.
Sejumlah prajurit TNI AL tampak bersiap menyiapkan senjata serta amunisi di atas KRI Teluk Ende-517.
Di bawah kemerlip bintang-bintang langit, para prajurit TNI AL tanpa kesulitan menyiapkan pos tempurnya sesuai yang diperintahkan meski dengan penerangan yang minim pada saat keadaan kapal gelap gulita.
Para penembak bersiap dibelakang menara senjata Meriam 40 mm di haluan dan senjata Mitraliur 20 mm di bagian buritan.
• Selama 2 Pekan Ramadhan 1442 H, Satlantas Polres Lhokseumawe akan Bagikan Masker dan Sembako Gratis
• Menhan AS Kunjungi Israel, Ternyata Ingin Redakan Ketegangan dengan Iran
Tak lama, dari langit Perairan Natuna Selatan terlihat cahaya merah yang mengudara.
Secara cepat, instruksi untuk menembak dikeluarkan ke titik dimana cahaya itu tertuju.
Keheningan malam seketika dipecahkan oleh suara letusan senjata.
Saat meriam berkaliber 40 mm itu mulai melesat ke udara.
Percikan cahaya pun keluar dari ujung laras senjata itu, disusul rentetan senjata Mitraliur 20 mm menuju sasaran dengan mengeluarkan cahaya yang kemudian seolah-olah menghiasi langit yang gelap.
Tak hanya itu, perintah untuk kembali mengisi peluru dikeluarkan.
Prajurit lainnya pun bergegas mengangkat peluru kaliber 40mm ke dekat juru tembak, begitupun dengan prajurit di bagian senjata mitraliur 20 mm di buritan Kapal.