Internasional

Kegembiraan Warga Irak Sambut Ramadhan Hilang, Harga Bahan Pokok Melambung

Warga Irak mengalami masa-masa sulit, seiring perekonomian negara yang terus mengalami kemerosotan.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Salah satu pusat pasar Tradisional di Baghdad, Irak 

SERAMBINEWS.COM, BAGHDAD - Warga Irak mengalami masa-masa sulit, seiring perekonomian negara yang terus mengalami kemerosotan.

Sehingga, saat datangnya Ramadan, warga dihadapkan dengan kenaikan harga bahan pokok melonjak.

Bahkan, penurunan daya beli dinar dan meningkatnya pengangguran, warga Irak memasuki bulan puasa Ramadhan dengan perasaan takut.

“Setelah seharian berpuasa, kami harus makan sesuatu, bahkan jika harga satu kilo tomat naik dua kali lipat," kata Umm Hussein, seorang ibu tunggal dari lima anak yang tidak memiliki gaji.

Dia berjuang setiap bulan untuk mengumpulkan uang sewa 45 dolar AS untuk rumah sederhana mereka.

Seperti 16 juta dari 40 juta penduduk Irak yang hidup di bawah garis kemiskinan, Umm Hussein mengandalkan kartu jatahnya untuk makanan.

Baca juga: Tentara AS Kawal 41 Truk Tangki Minyak Curian di Suriah Untuk Dibawa ke Irak

Di bawah warisan 1990-an ketika Saddam Hussein Irak berada di bawah embargo internasional yang ketat.

Setiap warga yang kepala keluarganya berpenghasilan kurang dari 1.000 dolar AS sebulan berhak mendapatkan subsidi.

"Tapi tahun ini, kami baru menerima jatah untuk Februari 2021,” kata Abu Seif (36) yang seperti ayahnya sebelumnya memiliki tugas mendistribusikan tas barang bersubsidi.

“Kami masih belum mendapatkan jatah untuk Ramadhan,” di mana umat Islam berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam, periode yang dimulai minggu ini.

Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhemi telah menjanjikan jatah tambahan untuk bulan suci tersebut.

"Tapi orang-orang datang atau menelepon setiap hari untuk menanyakan kapan tiba," kata Abu Seif.

Di toko kelontong Abu Ammar, batas kredit telah diperpanjang sehingga dia khawatir tidak dapat membayar pemasoknya lagi.

Dengan harga yang naik tajam, beberapa keluarga berhutang lebih dari 200.000 dinar atau 130 dolar AS, kata pedagang itu kepada AFP, Rabu (14/4/2021).

Otoritas di Irak yang kaya energi, dengan pendapatan terpangkas oleh penurunan harga minyak dunia, tahun lalu mendevaluasi dinar, yang telah kehilangan 25 persen nilainya terhadap dolar.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved