Alijullah, Anak Sigli Jadi Lurah Paris, Sang Penumpang Gelap Jalani Dua Kali Puasa di Masa Pandemi
ALIJULLAH Hasan Jusuf, anak Blang Paseh, Sigli, pernah menjadi penumpang gelap Garuda sampai ke Schiphol Belanda, pada 1967
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Muhammad Hadi
Godaan kembali ke Eropa untuk kuliah, menghentak kalbunya. Imajinasinya terus berkelana ke benua biru guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
“Itulah alasan kenapa saya kembali nekad menjadi penumpang gelap. Untuk beli tiket pesawat tak mampu,” kenang Alijullah.
Ia kembali ke Bandara Kemayoran. Akhirnya memutuskan terbang dengan maskapai Qantas.
Seperti petualangan sebelumnya, tentu saja tindakan nekad ini sangat mendebarkan.
“Alhamdulillah saya bisa lolos sampai Paris,” kata Ali.
Di Bandara Paris, Ali lagi-lagi ditangkap kepolisian setempat, karena tak ada dokumen paspor dan dokumen lainnya.
Tapi Ali tak kalah akal, ia berusaha menghubungi aparat Kedubes RI di Paris dan berhasil.
Baca juga: Kisah Cinta Polisi Turki, Kenalan via FB, Tertarik tentang Aceh, hingga Menikahi Gadis Matangkuli
Ia tak langsung dideportasi, melainkan dibawa ke Kedubes.
Tindakan Alijullah ini kembali menggegerkan Jakarta. Tapi sikap Dubes RI untuk Perancis, Letjen GPH. Djatikoesoemo, sangat lunak.
Ali senang, sebab bakal mendapat paspor tanpa harus kembali ke Jakarta.
Tapi tak lama kemudian, Dubes Djatikoesoemo digantikan oleh Dubes Letjen R Askari. Keadaan sedikit berubah.
Pemerintah Paris memberi ultimatum, Ali masuk penjara atau pulang ke Jakarta.
Ali sempat berpikir melarikan diri dari kedutaan. Tapi niat itu tak dijalankan.
Ia lalu memilih dipulangkan ke Jakarta, karena dijanjikan akan dikembalikan ke Paris melalui jalur resmi.
Namun harapan, itu kosong. Janji pulang ke Paris tak kunjung dipenuhi.