Berita Internasional
Top! Ternyata Pencipta Mesin Penerbangan Bukanlah Wright Bersaudara, Melainkan Ilmuwan Muslim
Kala itu ia melompat dari tebing dengan mesin penerbangan sederhana yang dibuatnya dari kerangka bambu yang dilapisi kain sutra dan bulu burung.
Penemuannya mengenai mesin penerbangan dimulai kala dirinya melihat seorang ilmuwan bernama Armen Firman pada tahun 852 masehi sedang menguji coba sesuatu.
Armen kala itu melompat dari menara masjid agung di Qurtuba hanya menggunakan alat yang dibuatnya sendiri dari bingkai kayu dan sutra.
Hebatnya lagi Armen jatuh dari ketinggian puluhan meter hanya mengalami luka ringan lantaran bantuan alat buatannya tersebut.
Baca juga: Digerebek Warga Saat Asyik Indehoi di Penginapan, Janda Muda dan Pria Lajang Ini Disanksi Adat
Hal itu membuat Abbas semakin penasaran apakah dirinya bisa terbang layaknya seekor burung.
Tepat 23 tahun setelah ia menyaksikan percobaan Armen tersebut Abbas akhirnya memberanikan diri membuat mesin penerbangan sederhana.
Pada 875, Abbas membuat mesin penerbangannya sendiri dari kerangka bambu, yang dilapisi kain sutra, yang dijahit dengan bulu elang asli.
Mesin penerbangan itu digantung dan mengontrol pergerakan sayap.
Ia membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan studinya tentang avionik dan memuaskan dirinya atas keandalan mesinnya.
Akhirnya pada usia 70 tahun, dia memutuskan untuk melompat dari tebing di perbukitan Arus Jabal Al, untuk mendemonstrasikan penemuannya.
Baca juga: Terungkap Perempuan Pengirim Sate Misterius Beracun Sianida yang Tewaskan Bocah SD Anak Driver Ojol
Dia mengundang hadirin untuk menyaksikan demonstrasi penemuannya tersebut dan memberitahu mereka bahwa jika penemuannya berhasil, dia akan langsung memberitahu mereka tentang hal itu.
Dia menyelesaikan penerbangan hampir 10 menit dengan mengepakkan sayapnya ke atas dan ke bawah.
Sayangnya, dia tidak berhasil mendarat dan menghantam tanah dengan kekuatan yang menyebabkan cedera serius di punggungnya.
Setelah penerbangan pertama itu ia melanjutkan studinya soal bidang avionik.
Namun, dia tidak mencoba terbang lagi. Dia mempelajari kekurangan dari pendaratannya dan sampai pada kesimpulan bahwa ia membutuhkan ekor untuk berperan sebagai kemudi untuk mengendalikan penerbangan.
Baca juga: Menparekraf Dukung Wisata Halal Banda Aceh, Wali Kota Usul Revitalisasi Ulee Lheue dan Gampong Pande
Dia menulis sebuah buku di mana dia menekankan pentingnya memiliki ekor untuk menstabilkan penerbangan.