Internasional
Warga Jalur Gaza Makin Terjepit, Serangan Udara Lebih Dahsyat Dibandingkan Serangan Virus Corona
Jalur Gaza, Palestina yang awalnya harus menghadapi serangan virus Corona, kini dihadapkan dengan serangan udara Israel.
Di sisi lain halaman sekolah, Umm Mansour Al-Qurum menangis setelah menerima telepon dari seorang tetangga.
Bahwa sebagian besar rumahnya hancur terkena serangan udara Israel.
"Situasinya tak tertahankan, virus Corona dan perang datang saat bersamaan," kata pria berusia 65 tahun itu.
Dia melarikan diri dari pemboman bersama 30 anggota keluarga besarnya.
"Aku tidak tahan lagi," katanya.
Pertumpahan darah telah menimbulkan paduan suara di negara-negara Teluk Arab yang sangat kritis terhadap Israel dan dengan tegas mendukung Palestina.
Di Bahrain, kelompok masyarakat sipil menandatangani surat yang mendesak pemerintah untuk mengusir duta besar Israel.
Di Kuwait, pengunjuk rasa mengadakan dua demonstrasi dan menuntut izin untuk mengadakan lebih banyak lagi.
Di Qatar, pemerintah mengizinkan ratusan orang melakukan protes selama akhir pekan.
Ketika pemimpin tertinggi Hamas menyampaikan pidatonya.
Di UEA, beberapa telah mengenakan keffiyeh Palestina kotak-kotak hitam-putih di Instagram.
Sementara yang lain men-tweet di bawah tagar yang mendukung warga Palestina.
Baca juga: TV China Tuduh Joe Biden Didukung Yahudi Kaya AS, Alasan Mendukung Serangan Israel ke Jalur Gaza
Mira Al-Hussein, Ph.D. kandidat di Universitas Cambridge, kata Emiratis merasa diperhatikan dan dihargai oleh pemerintah yang menyediakan warga dengan jaring pengaman sosial yang kuat.
Dia mengubah pegangan Twitternya untuk mendukung warga Palestina sejak pertempuran pecah.
Dia telah menggunakan platform tersebut untuk mengecam kebijakan Israel dan menyoroti kekejaman perang.
Bader Al-Saif, seorang profesor Universitas Kuwait, mengatakan ketidak proporsionalitas dari konflik telah mendorong banyak orang untuk berbicara di seluruh Teluk.
"Agar orang Israel merasa aman, mereka perlu merasa bahwa mereka diterima," kata Al-Saif.
"Perasaan penerimaan itu tidak akan lengkap tanpa mereka berurusan dengan masalah Palestina," ujarnya.(*)