Breaking News

Kisah Inspiratif

Kisah Fauzan Adami dan Lika-liku Tim Pencari Madu di Hutan Aceh

Madu yang diperjualbelikan di Aceh umumnya madu hutan, karena di Provinsi Aceh ini sangat minim usaha peternakan lebah madu.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Saat berburu sarang lebah, Tim Pemburu Madu Adami menemukan sebatang pohon di hutan Aceh Besar yang cabang-cabangnya dipenuhi sarang lebah yang madunya siap panen, Februari 2020. 

Madu yang diperjualbelikan di Aceh umumnya madu hutan, karena di Provinsi Aceh ini sangat minim usaha peternakan lebah madu.

Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Banyak di antara orang Aceh yang menyukai madu lebah.

Madu yang diperjualbelikan di Aceh umumnya madu hutan, karena di Provinsi Aceh ini sangat minim usaha peternakan lebah madu.

Tapi bagaimana sebenarnya lika-liku berburu madu hutan ini? Beratkah risikonya atau enteng-enteng saja.

Untuk menjawab semua itu, Serambinews.com menghubungi Fauzan Adami, pemuda Kota Lhokseumawe yang sudah setahun lebih menekuni bisnis madu hutan.

Ia bahkan membentuk tim khusus pencari madu di hutan-hutan Aceh.

Baca juga: Paula Verhoeven Kembali Positif Covid-19, Baim Wong Ungkap Kiano Rindu Ibunya

Baca juga: VIDEO Berkunjung ke Kota Tua Trumon dan Benteng Peninggalan Kerajaan Trumon Teuku Raja Batak

Baca juga: VIDEO Baru Saja Setuju Gencatan Senjata, Polisi Israel Serang Jamaah Shalat Jumat di Masjidil Aqsa

Baginya, membuka usaha merupakan sesuatu yang menyenangkan, apalagi dijalani dengan penuh keyakinan dan semangat yang tinggi.

Usaha itu terjadi, menurutnya, tidak mesti harus direncanakan, tetapi bisa juga secara dadakan dengan memanfaatkan kesempatan yang ada.

Hal itulah yang dilakukan Fauzan Adami saat awal mula menekuni usaha madu yang dia beri nama Madu Adami.

Pria berusia 33 tahun ini dengan penuh semangat menceritakan awal mula menekuni bisnis madu.

Ide itu muncul setelah ia membantu kawannya untuk menjual madu hasil panen di kebunnya.

Alkisah, pada awal Januari 2020 kawannya bernama Ihsan mengabari Fauzan bahwa ia baru saja mengambil madu di pohon dalam kebunnya seberat 23 kilogram (kg).

Saat itu Fauzan cuma ingin membantu kawannya, Ihsan.

"Dia menelepon saya, 'Nyoe na ie unoe, ho tapeulewat? (Ini ada madu, ke mana kita jual?')

Lalu saya suruh dia videokan dan foto untuk dikirim ke saya. Video dan foto madu tersebut saya promosikan ke status WA, Facebook, dan Instagram. Juga saya bagikan kepada kawan-kawan melalui WhatsApp."

Ternyata, hari itu yang memesan luar biasa, bahkan 23 kg madu itu ludes dalam waktu kurang dari tiga jam.

"Malah ada beberapa permintaan yang tak bisa kami penuhi karena stok madunya sudah habis," kata Fauzan, Sabtu (22/5/2021) pagi.

Padahal, menurut Fauzan, saat itu sama sekali tak terpikirkan olehnya untuk berbisnis madu.

Niatnya hanya untuk membantu teman, tetapi karena membuahkan hasil yang tak terduga, ditambah permintaan yang banyak, akhirnya timbul ide di benak Fauzan untuk berbisnis madu.

Saat itu juga, pada medio Januari 2020, Fauzan pulang dari Banda Aceh menjumpai kawannya yang ada di Lhokseumawe dan mengajak mereka untuk membentuk tim pencari madu ke hutan.

"Saat itu saya berhasil membentuk tim, terdiri atas empat orang. Tugas mereka adalah keliling hutan untuk mencari madu. Biaya transpor, makanan, dan kebutuhan lainnya saya yang tanggung," ujarnya.

Pada tahap awal ruang jelajah tim pemburu madu ini hanya fokus di hutan Aceh Utara, dari hutan Sawang, Paya Bakong, Buloh Blang Ara, hingga hutan Pantonlabu dan Lhoksukon.

"Saya hanya menunggu kabar dari mereka dan menyiapkan uang. Sedangkan saya tak ikut bersama mereka, kecuali lokasi panennya dekat, tak jauh berjalan kaki itu baru saya ikut," jelasnya.

Direktur CV Madu Adami ini menceritakan, saat pertama kali menjalankan usaha permaduan ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Terkadang terkendala barangnya dan tidak mudah mendapatkan sarang lebah madu di hutan.

Bahkan saat perburuan pertama hampir tiga minggu tim bentukan Fauzan tidak mendapatkan apa-apa, sedangkan modal begitu banyak yang sudah dikeluarkan.

"Saya malah harus berutang pada orang lain agar tim pencari madu tetap berjalan dan tidak terkendala operasionalnya," kata Fauzan.

Keyakinan dan semangat anggota tim membuat Fauzan semakin yakin bahwa suatu saat ia pasti mendapatkan sarang madu.

Ternyata keyakinan itu tak meleset. Usaha mulai membuahkan hasil yang membahagiakan, kelelahan tergantikan dengan senyuman, dan kesusahan tergantikan dengan kegembiraan.

"Kami bahagia luar biasa saat panen perdana pada Februari 2020 dapat madu 100 kilogram lebih.

Utang langsung lunas, modal bertambah, dan tim pun makin semangat, spirit yang terus terjaga hingga kini," kata Fauzan.

Baca juga: Mengenang Prof Syamsuddin Mahmud, Mantan Gubernur dan Pencetus Sekolah Unggul Pertama di Aceh

Tim Pemburu Madu Hutan bentukan Fauzan Adami saat rehat di pinggir sungai sebelum melanjutkan perjalanan berburu sarang lebah untuk dipanen madunya di hutan Aceh Utara, Februari 2020.
Tim Pemburu Madu Hutan bentukan Fauzan Adami saat rehat di pinggir sungai sebelum melanjutkan perjalanan berburu sarang lebah untuk dipanen madunya di hutan Aceh Utara, Februari 2020. (For Serambinews.com)

Setiap hari keliling hutan Aceh

Saat ini personel Tim Madu Adami sudah lebih dari 20 orang. Mereka setiap hari keliling ke hutan-hutan Aceh untuk mencari madu.

Tim ini juga bekerja sama dengan orang lain di berbagai daerah, mulai dari Blangpidie hingga Kuala Simpang (perbatasan Aceh dengan Sumatera Utara).

"Kami mengajak warga pedesaan dan masyarakat yang sering ke hutan agar memantau dan melihat sarang lebah dan memberitahukan kepada kami," ujarnya.

Jika tim tidak mendapatkan sarang lebah, tetapi ada info dari orang lain, maka sebagian dari tim Madu Adami datang langsung untuk memastikan sarang tersebut.

"Jika terlihat sudah bisa panen, barulah kami berangkat. Terkadang menggunakan mobil, atau sepeda motor, dan becak, tergantung di mana kami dapatkan madu tersebut," tambahnya.

Fauzan menyebutkan, pada saat hendak panen madu, banyak yang harus dipersiapkan. Mulai dari bekal makanan, plastik, baju pengaman, hingga kelengkapan lainnya dalam perjalanan.

Selain membawa satu tas yang isinya baju sendiri, tim juga harus membawa peralatan dan perlengkapan lainnya yang sudah disiapkan.

Sedangkan pelanggan atau reseller, mereka tak perlu membawa apa pun, hanya membawa baju sendiri.

"Mereka diajak memanen bersama supaya bisa membuat dokumentasi yang bisa diperlihatkan kepada konsumen atau pelanggan mereka agar usaha mereka dipercaya dan lancar," terang Fauzan.

Perjalanan untuk memanen madu alami di hutan, menurut Fauzan, tidaklah mudah.

Terkadang harus melalui sungai, bukit, pegunungan, dan sebagainya. Bahkan perjalanan bisa berhari-hari sehingga harus membuat tenda di tengah hutan untuk bermalam. Esoknya berangkat lagi.

Namun, lanjut Fauzan, ada juga perjalanan yang ditempuh hanya dalam hitungan jam. Tergantung di mana didapatkan sarang lebah tersebut.

Berburu madu ini terkadang ada juga apesnya.

"Saat kami mau panen ke hutan Blangpidie, Hutan Kila, kami tempuh perjalanan empat hari empat malam di dalam hutan. Namun, itu pengalaman sial bagi kami.

Soalnya, saat kami tiba di situ, eh madunya sudah duluan diambil orang lain. Akhirnya kami pulang dengan tangan kosong tanpa membawa hasil apa pun," tukasnya.

Setiap kali ke hutan, apakah untuk mencari atau hendak memanen madu selalu ada hal-hal yang unik terjadi.

Luka gores baik di tangan maupun di kaki itu hal biasa disebabkan tak ada jalan lain untuk dilalui, maka terpaksa melewati hutan lebat yang terkadang beronak dan berduri.

Begitu juga saat melewati sungai, Tim Madu Adami harus mengawal setiap orang yang dibawa agar tak tergelincir, hanyut, atau tenggelam, dan tak boleh meninggalkan satu sama lain.

Sebelum melangkah memasuki hutan, senior dan pawang yang ada di Tim Madu Adami memberikan arahan tentang tata cara melewati bukit, lembah, dan sungai.

Tak lupa pula ditanyakan kemampuan setiap orang yang baru dibawa.

Misalnya, apakah mereka bisa berenang, apakah sudah pernah ke hutan, juga diberikan gambaran kondisi jalan yang akan dilewati, serta tetap tidak meninggalkan satu sama lain.

Jika di antaranya ada yang lelah, maka seluruh anggota tim harus istirahat dan tidak boleh dipaksa untuk terus jalan.

Setelah mendapat arahan dari senior yang sudah berpengalaman ke hutan, mereka pun berdoa bersama.

Tak lupa pula Fauzan mengingatkan anggota Tim Madu Adami bahwa jika mendapatkan madu atau ada rezeki setiap orang yang berikhtiar hendaknya berkenan menyisihkan sedikit rezekinya untuk masjid atau untuk anak yatim.

Dengan niat dan harapan tak terjadi apa-apa saat melakukan perjalanan di hutan dan mendapat rezeki seperti yang diharapkan.

"Kalau yang sudah biasa ke hutan tidak ada yang ditakutkan. Namun, saya selalu khawatir terhadap mereka, apalagi di antara kami ada orang baru yang kami ajak.

Biasanya mereka itu pelanggan kami atau warga setempat dan tentunya menjadi tanggung jawab kami agar semua berjalan dengan baik," ujarnya.

Tiap menempuh perjalanan, jika merasa lelah tim ini istirahat.

"Waktu istirahat kami manfaatkan untuk membuat suasana happy dan lucu, apalagi melihat wajah kawan kami yang tampak sangat lelah," katanya.

Keseruan lainnya yang terjadi saat Tim Madu Adami berteduh adalah sebagian anggota menyiapkan makanan, memasak nasi atau mi instan, dan ikan asin yang dibawa atau telur digoreng.

Itu suatu hal yang menyenangkan, walaupun makanan ala kadar, tetapi nikmatnya luar biasa ditemani kicauan burung, angin segar, dan suasana yang begitu alami.

Di saat malam tiba, jika tidak ditemukan tempat berteduh di hutan maka tim harus membuat tenda sendiri. Biasanya tenda didirikan dekat sungai, kecuali tak ada sungai maka terpaksa dibuat di tengah hutan.

"Saat malam tiba kami merasakan suasana yang adem, jauh dari kebisingan, dan sungguh sangat indah.

Apalagi ditemani bermacam suara satwa hutan. Begitu pun di antara kami ada juga yang khawatir, kedatangan binatang buas, ular, dan serangga berbisa.

Tapi di antara kami saling menguatkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa dan kami juga berjalan sesuai tujuan kami," ucap Fauzan.

Tim pemburu madu ini sejak awal bertekad tidak akan menganggu hewan yang lain walaupun terkadang dalam perjalanan mereka pernah berjumpa dengan ular, babi hutan, dan hewan lainnya.

Fauzan juga pernah diantup lebah di bawah pohon yang banyak sarang lebahnya setelah sarang tersebut diasapi. Kalau sudah begini, obatnya hanya dua: mengoleskan secepatnya madu ke luka bekas gigitan dan meminum madu yang baru dipanen.

"Sakit sekali memang. Tapi karena ada madu sebagai penawarnya, sakitnya tak lama," ungkap Fauzan.

Ia menyatakan, jika dilihat bagaimana susahnya perjuangan mereka mencari dan memanen madu di hutan belantara, wajar rasanya jika harga madu asli bagaikan harga emas.

"Maklum, untuk mendapatkan madu sangatlah tidak mudah. Lain halnya kalau hanya harus menjaga setiap hari agar tidak diambil orang lain, sebelum saatnya bisa dipanen," ujarnya.

Hari demi hari, Fauzan semakin memantapkan hatinya untuk hanya menekuni bisnis madu. Apalagi resellernya semakin banyak.

"Alhamdulillah, kita sudah memiliki puluhan reseller. Mereka menjual dengan mereknya sendiri, maka di saat kita panen, kita bagikan ke reseller-reseller, hanya sebagian untuk dijual sendiri secara eceran," terangnya.

Lalu, bagaimana prospek bisnis madu di saat pandemi Covid-19?

"Di saat pandemi kita selalu tak cukup barang. Untuk pelanggan reseller saja yang biasanya mengambil puluhan kilogram madu harus dikurangi porsinya dan disesuaikan agar yang lain juga dapat.

Di samping itu, kita juga harus ada stok untuk pelanggan Madu Adami yang kita jual eceran," urainya.

"Alhamdulillah, setahun lebih saya berbisnis madu hutan Aceh, sudah beberapa kali meluncur ke Malaysia, Australia, dan Jerman.

Itu atas permintaan orang Aceh yang ada di sana, bahkan mereka ikut mempromosikan Madu Adami di sana," ujarnya.

Fauzan mengakui, saat pandemi permintaan Madu Adami meningkat luar biasa. Ada beberapa dinas dan instansi swasta yang melakukan pengadaan Madu Adami untuk dikonsumsi demi menjaga stamina dan kesehatan, juga untuk mencegah terinfeksi virus tersebut.

Hal ini, antara lain, dilakukan Pemkab Pidie Jaya, melalui Dinas Kesehatan dan BPBD-nya yang membeli banyak Madu Adami untuk diberikan kepada pasien corona, tim medis, perawat, dokter, dan tim lainnya yang terlibat penanganan pasien Covid-19.

"Alhamdulillah, sudah banyak pelanggan Madu Adami, baik dari kalangan polisi, TNI, PNS, dan masyarakat biasa, termasuk orang yang pernah bertugas ke Aceh. Mereka sangat menyukai madu hutan Aceh.

Salah satunya Pak Untung, mantan kapolres Aceh Utara dan Pak Gunawan, mantan kahumas Polda Aceh. Masih banyak lainnya yang sekarang bertugas di Jakarta. Madu Adami sering kami kirim ke Jakarta," bebernya.

Berbisnis madu suatu yang sangat membanggakan bagi Fauzan, karena ide dan usahanya membuat orang lain ikut sukses, terutama orang yang diajak bergabung bersama Tim Madu Adami.

Mereka juga merasakan perubahan hidupnya, perekonomian mereka semakin lebih baik.

Harga madu

Fauzan menyebutkan, harga madu yang dijual secera eceran berbeda dengan harga jual ke reseller. Madu Adami manis dijual secara eceran 1 kg harganya Rp 350.000.

Satu botol 500 ml harganya Rp250.000, botol 250 ml harganya Rp130.000. Sedangkan madu yang bersarang dijual mencapai Rp400.000 per kg.

Sedangkan madu pahit 1 kg Rp 400.000, satu botol 500 ml harganya Rp300.000, sedangkan satu botol 250 ml harganya Rp150.000.

Menurut Fauzan, pelanggan Madu Adami juga sering menceritakan kepadanya tentang perubahan kesehatan yang dialami selama rutin minum madu.

"Alhamdulillah, saya sangat bangga berbisnis madu. Madu Adami telah terbukti membawa berkah dan manfaat bagi orang lain, karena ada beberapa pelanggan mengaku mereka merasakan perubahan yang luar biasa saat meminum Madu Adami," ujarnya.

Fauzan merinci, di antara pelanggannya ada yang mengaku merasakan badannya lebih ringan dan enak saat bangun pagi, badannya fresh dan berstamina.

"Ada juga pelanggan kami yang menceritakan perubahan saat ia melakukan hubungan dengan sang istri. Ia merasa lebih bergairah dan tahan lama.

Salah satu pelanggan di Jakarta juga mengaku keluarganya sembuh dari virus corona setelah rutin minum Madu Adami. Pokoknya, banyak sekali manfaat lainnya yang sering diungkapkan pelanggan kepada kita, " tambahnya.

Pengakuan atau testimoni para pelanggan Madu Adami itu semakin membuktikan bahwa Mahabenar Allah atas segala firman-Nya, sebagaimana termaktub dalam Alquran surah An-Nahl ayat 69 yang artinya: Dari perut lebah itu keluarlah minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Allah bagi mereka yang berpikir. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved