Covid di Thailand
Narapidana Thailand Rawan Tertular Covid-19, Ruang yang Tersisa Hanya Setengah Meter
"Itu lebih sedikit ruang untuk tubuh daripada di dalam peti mati," kata Menteri Kehakiman Somsak Thepsutin...
SERAMBINEWS.COM – Lonjakan kasus positif Covid-19 terjadi di penjara Thailand baru-baru ini. Tahanan tak mempunyai pengetahuan untuk menjaga diri atau melakukan protokol kesehatan, sementara sehari-hari mereka harus berdesak-desakan.
Kondisi penjara di Thailand menjadi sorotan ketika lebih dari 22 ribu kasus positif Covid-19 terjadi di dalam penjara.
Para tahanan harus berbagi ruangan, bahkan ruang mereka untuk tidur, masih lebih kecil dibandingkan dengan peti mati. Dan mereka diharuskan mengenakan masker meskipun saat tidur.
Dalam situasi penjara dan kondisi medis saat ini, pihak berwenang telah menyatakan rencana membebaskan lebih dini para tahanan.
Juga sedang disiapkan dana untuk melakukan serangkaian tes dan perawatan medis beberapa hari terakhir.
Meski pemerintah berusaha mencegah munculnya kluster penjara, namun para tahanan masih mempertanyakan keseriusan pemerintah .
"Narapidana tidak memiliki pengetahuan untuk melindungi diri sendiri," kata Somyot Prueksakasemsuk, seorang aktivis terkenal yang menghadapi dakwaan di bawah undang-undang pencemaran nama baik Kerajaan Thailand.
Somyot dibebaskan dengan jaminan bulan lalu. Ia mengatakan kepada AFP bahwa dia belum pernah sekalipun dites Covid-19 selama ia ditahan 10 minggu.
Dia tidak khawatir tertular penyakit itu selama di penjara karena dia tidak tahu tingkat risikonya.
"Namun sekarang, saya sangat takut (untuk semua orang yang masih di dalam), jika Anda berada di dalam penjara, Anda berisiko, itu tidak bisa dihindari," katanya.
Virus Corona meroket di penjara Thailand sebulan lalu. Kekhawatiran kondisi semakin memburuk muncul setelah sejumlah aktivis terkemuka ternyata tertular penyakit ini.
Seperti yang dialami Panusaya “Rung” Sithijirawattanakul, pemimpin mahasiswa yang membantu memimpin serangkaian demonstrasi menuntut reformasi politik di kerajaan tahun lalu.
Ia dinyatakan positif Covid-19 setelah ia dibebaskan dengan jaminan.
Awal tahun ini, ada sekitar 311 ribu tahanan di penjara di seluruh Thailand.
Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, jumlah tahanan itu 2,5 kali lebih banyak dari kapasitas resminya.
Berdasarkan data, mayoritas narapidana (sekitar 80 persen) terkait kasus narkoba. Ini terjadi karena undang-undang anti-narkotika yang keras di negara ini, yang membuat pelanggar dipenjara selama satu dekade karena hanya memiliki beberapa pil metamfetamin.
Kondisi penjara over-capacity ini membuat narapidana hanya mendapat ruang sekitar setengah meter.
"Itu lebih sedikit ruang untuk tubuh daripada di dalam peti mati," kata Menteri Kehakiman Somsak Thepsutin kepada media lokal pada Februari.
Pejabat telah menguji lebih dari 36.000 narapidana dalam beberapa pekan terakhir dan mulai mengirimkan vaksin Covid-19 kepada narapidana dan staf penjara.
Somsak mengatakan dia sedang mempertimbangkan untuk memberikan pembebasan dini kepada tahanan dengan alasan kondisi medis. Satu cara mungkin melalui pengampunan kerajaan.
Jika rencana ini dilakukan, katanya, narapidana masih harus menjalani karantina sebelum kembali ke rumah.
"Bagi kami untuk memberi jaminan kepada siapa pun atau melakukan apa pun, itu harus dilakukan dengan benar," kata Somsak kepada wartawan, Senin (24/5/2021). "Kami tidak bisa membiarkan mereka menyebarkan infeksi,” katanya.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan rencana itu harus melangkah lebih jauh. Mereka mendesak pihak berwenang untuk juga membebaskan pelanggar tanpa kekerasan untuk mengurangi kepadatan.
"Pihak berwenang harus mengurangi populasi tahanan dari mereka yang ditahan atas tuduhan bermotif politik atau karena pelanggaran ringan," kata Brad Adams dari Human Rights Watch.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 'Hidup Berdesakan di Sel, Narapidana di Thailand Terancam Tertular Covid-19'