Pidato Satu Jam Bung Karno, Cikal Bakal Lahirnya Pancasila
WACANA kemerdekaan yang berdengung pada bulan September 1944 menjadi kabar gembira bagi seluruh rakyat Indonesia
* Gedung Pancasila di Taman Pejambon
Gedung Pancasila di Pejambon, Jakarta Pusat, barangkali menjadi salah satu tonggak sejarah penting berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ahli sejarah Adolf Heuken SJ dalam bukunya yang berjudul Historical Sites of Jakarta, menyebut Gedung Pancasila adalah salah satu bangunan penting dari sudut pandang sejarah nasional.
WACANA kemerdekaan yang berdengung pada bulan September 1944 menjadi kabar gembira bagi seluruh rakyat Indonesia. Berawal dari kekalahan Jepang pada Perang Asia Timur Raya, Perdana Menteri Koiso kemudian mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan “kelak kemudian hari."
Ucapan Perdana Menteri Koiso itu disambut dengan digelarnya rapat umum di Jakarta. Presiden pertama Indonesia, Presiden Soekarno dan para pemimpin Jawa Hokokai bergegas menggelar acara di Lapangan Ikada yang sekarang menjadi bagian dari kawasan Monumen Nasional (Monas).
Soekarno dan Mohammad Hatta kala itu memberikan pidato kebangsaan. Lagu Indonesia raya dan pengibaran bendera Merah-Putih kembali diperbolehkan. Gegap-gempita terus berlanjut. Pada Desember 1944 orang-orang Indonesia mulai diangkat sebagai Sanyo di tiap-tiap departemen, sebagai persiapan kelak untuk menjadi Menteri.
Pada Mei 1945, dibentuk suatu panitia dengan nama Panitia Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Dokuritsu Junbi Cosakai atau BPUPKI guna mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Anggota badan persiapan kemerdekaan tersebut, saat awal dibentuk, berjumlah 60 orang dengan dr. Radjiman Wdiodiningrat sebagai ketuanya.
Selama periode kerja, BPUPKI sudah dua kali mengadakan sidang resmi, pertama diadakan 29 Mei sampai 1 Juni, yang kedua pada 10 sampai 17 Juli 1945. Sidang persiapan kemerdekaan Indonesia kemudian dibuka 29 Mei 1945. Saat itu dr. Radjiman mempertanyakan, Negara yang akan dibentuk itu apa dasarnya?
Rapat diwarnai sejumlah tema, termasuk sistem demokrasi peralihan yang akan dianut. Muncul juga perdebatan mengenai golongan yang mengemukakan Negara Islam dan golongan yang mempertahankan Negara bebas dari agama.
"Pada hari keempat sidang, tepatnya pada 1 Juni 1945, Soekarno menjawab pertanyaan Radjiman. Bung Karno kala itu berpidato kurang lebih 1 jam di Gedung Chuo Sangi In yang kini bernama Gedung Pancasila," dikutip dari buku Historical Sites of Jakarta.
Dalam pidatonya, Bung Karno menyebutkan lima (5) pokok pada Panca Sila, lima dasar. Sukarno menyebut, panca artinya lima, sedang sila artinya prinsip atau asas. Kelima sila tersebut ialah, sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan Sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa.”
Gagasan Soekarno ini mendapat pujian dan apresiasi dari seluruh anggota BPUPKI, sehingga Pancasila didapuk menjadi dasar negara saat Republik ini berdiri.
Kemudian Radjiman membentuk panitia kecil yang di dalamnya duduk semua perwakilan aliran Islam, Kristen, ahli konstitusi, untuk merumuskan kembali pokok-pokok pidato Soekarno. Panitia tersebut kemudian diberi nama panitia sembilan, berisi Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus Salim, Wahid Hasjim, Mohammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, Mr. AA Maramis, dan Achmad Soebardjo.
Teks Pancasila yang sudah dirumuskan kembali menurut keputusan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia, kemudian dimuat dalam permulaan UUD Republik Indonesia.
Sejarah Gedung Pancasila
Sejak saat itulah, sejarah kelahiran Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa Indonesia diperingati. Peringatan Hari Lahir Pancasila dengan adanya Keputusan Presiden (Keppres) No. 24 Tahun 2016 yang menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila sekaligus ditetapkan sebagai hari libur nasional mulai tahun 2017.