Vaksinasi di Filipina

Agar Masyarakat Mau Divaksin Covid-19, Filipina Bikin Undian Berhadiah Rumah hingga Sapi

Pemerintah setempat mengumumkan undiannya pada 28 Mei lalu. “Ada peningkatan pesat dalam pendaftaran dan animo masyarakat akan vaksinasi...

Editor: Eddy Fitriadi
NOEL CELIS / POOL / AFP
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. 

SERAMBINEWS.COM - Vaksinasi Covid-19 di Filipina tidak berjalan semulus di negara-negara tetangganya. Hanya empat persen dari 110 juta warga Filipina yang telah divaksin Covid-19 satu dosis pada 6 Juni lalu. Dan hanya 1,4 persen yang sudah divaksin untuk dosis kedua.

Hasil jajak pendapat lokal oleh Social Weather Stations (SWS) menunjukkan, hanya sepertiga dari 1.200 responden Filipina yang bersedia divaksin Covid-19. Sepertiga lainnya menolak divaksin, dan sepertiga lainnya tidak yakin tentang vaksin.

Survei itu menyebutkan, rendahnya angka itu dipicu oleh kekhawatiran warga akan efek samping vaksin, ragu tentang kemanjuran obat. Penyebab lain adalah informasi yang salah yang beredar di media sosial.

Untuk meningkatkan antusiasme warga agar bersedia divaksin, anggota Kongres Villar menyumbangkan hadiah rumah dan tanah di Las Pinas.

Rumah dan tanah senilai satu juta peso (sekitar Rp 280 juta) itu sebagai hadiah utama (Grand prize) bagi warga yang bersedia mendaftar untuk divaksin dalam program vaksinasi berhadiah.

“Selain untuk meningkatkan pendaftaran vaksinasi, undian itu dirancang untuk menyebarkan kesadaran akan manfaat vaksin Covid-19 dari pemerintah nasional,” ujar Villar.

Undian itu akan dimulai pada Juli mendatang.

Setiap bulan, 10 penduduk yang diimunisasi akan memenangkan paket modal senilai 100 dolar AS. Uang itu bisa digunakan untuk membuka warung keluarga atau bisnis kecil lainnya.

Pada bulan Desember 2021, warga yang divaksin akan diikutkan dalam perebuatan hadiah utama rumah dan tanah.

Program vaksinasi berhadiah ini cukup ampuh untuk Las Pinas.

Pemerintah setempat mengumumkan undiannya pada 28 Mei lalu. “Ada peningkatan pesat dalam pendaftaran dan animo masyarakat akan vaksinasi,” ujar Villar.

Hingga 8 Juni saja, katanya, lebih dari 100 ribu penduduk telah divaksinasi.

Fannie Taladro Pestano sebenarnya tak mau divaksin. Tapi kakaknya memaksa untuk divaksin karena mereka tak punya skema kesehatan untuk divaksin sementara mereka harus bekerja.

Namun undian vaksin berhadiah rumah menggelitik hatinya pekan lalu.

“Saya mendengar sebuah rumah dan kavling dipertaruhkan. Saya menginginkan itu, tentu saja, ”kata Pestano kepada Al Jazeera. Dia masih takut akan efek samping vaksin, tetapi dia meyakinkan dirinya sendiri dengan mengingat nasihat kakaknya.

"Apapun yang terjadi, terjadilah. Semuanya terserah Tuhan,” kata Pestano.

Bukan cuma Las Pinas saja yang mempunyai program vaksinasi berhadiah. Daerah lainnya melakukan hal serupa, meski dengan hadiah yang lebih kecil. Namun tanggapan masyarakat cukup tinggi.

Di San Luis, Provinsi Pampanga, dekat Manila, pemerintah setempat melakukan undian setiap bulan bagi penduduk yang diimunisasi. Hadiahnya adalah seekor sapi.

“Memenangkan seekor sapi mungkin tidak berarti banyak di tempat lain tetapi di sini di San Luis, kami bertani, jadi ini adalah insentif yang ideal,” Ardee Taruc, petugas mitigasi bencana kota, mengatakan kepada Al Jazeera.

Seekor sapi dapat menjadi jalan keluar dari kemiskinan ekstrem. Sapi bisa menjadi modal kerja.  “Tapi terserah pemenangnya mau menyembelih sapi,” kata Taruc.

“Sapi-sapi telah membuat dampak besar,” kata Taruc dari kota San Luis. Sejak undian diumumkan pada akhir Mei, pendaftaran untuk vaksinasi meningkat sekitar 50 persen.

“Sekarang, masalah kami adalah semua orang ingin divaksinasi, dan tidak ada cukup vaksin yang tersedia,” tambah Taruc.

Senator Risa Hontiveros, seorang advokat kesehatan masyarakat, menyambut baik setiap upaya untuk meningkatkan upaya imunisasi, termasuk insentif.

Namun, dia mengatakan ada juga kebutuhan untuk “mengatasi hambatan” dalam sikap masyarakat terhadap vaksin.

“Fakta bahwa unit pemerintah daerah perlu menggunakan undian, atau bahwa perusahaan swasta harus menawarkan manfaat vaksin, mencerminkan kegagalan dan ketidakmampuan pemerintah nasional kita untuk membangun kepercayaan publik dalam program vaksinasi kami,” Hontiveros mengatakan kepada Al Jazeera.

Presiden Rodrigo Duterte sering meremehkan betapa parahnya pandemi. Ia dinilai seperti enggan untuk mendapatkan vaksin.

Duterte baru menerima dosis pertamanya hanya pada 3 Mei, beberapa bulan setelah peluncuran publik dimulai.

Dia memilih vaksin asal China Sinopharm, yang tidak memiliki persetujuan penggunaan darurat di Filipina pada saat itu, dan tidak tersedia untuk populasi yang lebih luas.

Dengan mengambil merek vaksin selain yang tersedia untuk orang Filipina, Duterte telah memicu keraguan publik, kata para kritikus.

Duterte, yang kebijakan luar negerinya menguntungkan China, kemudian meminta maaf. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Demi Hadiah Utama Rumah  dan Tanah, Warga Akhirnya Bersedia  Divaksin Covid-19" 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved