Berita Banda Aceh
Aceh Miliki Historis Sebagai Jalur Rempah Penting di Dunia, Ini Kata Sejarawan
“Jadi titik ini juga menunjukkan kebesaran daripada Aceh, salah satunya sebagai penghasil rempah yang juga mengirim rempahnya ke luar negeri. Kemudian
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Nurul Hayati
“Jadi titik ini juga menunjukkan kebesaran daripada Aceh, salah satunya sebagai penghasil rempah yang juga mengirim rempahnya ke luar negeri. Kemudian juga ada orang asing yang datang mencari rempah-rempah sampai ke Aceh, jadi peranannya sangat besar dan penting pada masa kerajaan,” sebutnya.
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Provinsi Aceh memiliki historis yang tak terbantahkan, sebagai salah satu jalur rempah penting di dunia.
Dalam hal ini, Pemerintah Aceh sangat mendukung rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang akan mengusulkan jaringan perdagangan rempah-rempah nasional menjadi warisan budaya dunia ke UNESCO pada 2024 mendatang.
Dari 20 titik lokasi jalur perdagangan rempah-rempah nasional, dua diantaranya ada di Aceh.
Pertama, di Kota Banda Aceh yang merupakan representasi lokasi Kerajaan Aceh Darussalam.
Kedua, di Kabupaten Aceh Utara yang merupakan representasi lokasi Kerajaan Samudera Pasai.
Sejarawan sekaligus Arkeolog Aceh, DR Husaini Ibrahim MA kepada Serambinews.com menyampaikan terkait dengan jalur rempah ini ada jalur rempah internasional dan jalur rempah khusus daerah-daerah tertentu.
Baca juga: Tere Liye Berbagi Tips Penulisan di Hadapan Ratusan Santri Dayah Darul Quran Aceh, Contek Kiatnya
“Jadi titik ini juga menunjukkan kebesaran daripada Aceh, salah satunya sebagai penghasil rempah yang juga mengirim rempahnya ke luar negeri. Kemudian juga ada orang asing yang datang mencari rempah-rempah sampai ke Aceh, jadi peranannya sangat besar dan penting pada masa kerajaan,” sebutnya.
Ia menambahkan, di Aceh banyak menghasilkan rempah dan rempah tersebut dikirim ke luar negeri, sebagai salah satu penghasilan kerajaan yang besar.
Jadi saat itu, masyarakat juga dianjurkan untuk menanam dan kerajaan langsung yang mengontrol praktek dari penanaman rempah-rempah itu sendiri.
DR Husaini mengatakan, lada merupakan komoditas utama disamping cengkeh, pala, dan lainnya.
“Tapi kalau berbicara lada ini memang sudah sangat terkenal, terutama di Pidie. Lada Pidie itu sangat bagus kualitasnya. Disamping itu juga ada di kawasan lain, seperti Aceh Besar, Aceh Utara juga bagus dan banyak menghasilkan lada, karena iklim Aceh sangat cocok untuk tanaman lada waktu itu,” jelasnya.
Baca juga: 4 Bahan Alami Ini Bisa Dipakai untuk Menghilangkan Komedo, Berikut Cara Pemakaiannya
Pala misalnya, banyak berkembang di Barat Selatan provinsi Aceh yang juga hingga saat ini masih menjadi produk unggulan di daerah tersebut.
Sehingga pala juga diolah menjadi sirup pala, manisan pala, dan lainnya.
“Tetapi dalam bentuk yang lama tentunya masih dipakai sebagai kebutuhan yang sangat diperlukan waktu itu, terutama di Eropa kawasan yang dingin sangat memerlukan rempah-rempah dari daerah kita, Aceh,” kata DR Husaini.
Ia menyebutkan di kawasan Aceh Besar termasuk Pulo Aceh mempunyai potensi yang besar untuk penanaman cengkeh dan daerah itu terkenal sebagai penghasil cengkel yang cukup bagus.
Hal tersebut karena disamping hawa gunung juga dipengaruhi dari laut yang memberikan tanaman itu hidup subur dan berkembang.
Aroma cengkehnya juga sangat berbeda dibanding dengan kawasan lainnya, sehingga harganya itu bisa meningkat karena kualitasnya juga bagus.
Sementara terkait dengan proses perdagangan yang terjadi pada masa itu, DR Husaini menjelaskan dalam dunia perdagangan terutama abad kemajuan Islam, Aceh mencapai puncak kejayaan pada abad ke-17 yaitu pada masa Sultan Iskandar Muda.
Tapi sebelumnya, Aceh sudah menjalin hubungan kerja sama luar negeri dengan Turki dan jaringan dengan dunia luar termasuk Eropa.
Jadi ketika bangsa-bangsa asing datang ke Aceh, mereka harus menukar uang di sini.
Jadi di Aceh terdapat banyak tempat penukaran uang.
Baca juga: Terkait Sertifikat Vaksin Jadi Syarat Buat SIM, Polda Aceh: Itu Hoaks
“Transaksi perdagangan yang terjadi bukan saja hanya barter, tetapi juga membeli dengan uang yang dipakai saat itu. Nah, di Aceh sebagai sebuah kerajaan yang besar sudah menggunakan mata uang emas atau dirham. Mata uang itu sudah digunakan di kerajaan Aceh dan itu menunjukkan sebuah lambang kebesaran dari kerajaan Aceh,” paparnya.
Oleh karena itu juga, di Aceh banyak ditemukan mata uang asing seperti pada tahun 2013 di Kuala Krueng Doy, Gampong Merduati, Banda Aceh.
Kawasan itu dulunya masuk dalam wilayah Gampong Pande yang merupakan salah satu pusat kerajaan di Aceh.
Lalu dengan historis Aceh sebagai jalur rempah penting di dunia, maka DR Husaini mengatakan sebenarnya orang Aceh harus kembali yaitu, kembali kepada dasar apa yang menjadi potensi daerah.
“Daerah kita adalah daerah pertanian jadi kembali ke daerah pertanian, perkebunan. Itu sebenarnya yang harus dikembangkan. Kemudian menyangkut ekspor lada, ini dulu menjadi semacam primadona dan ini menjadi daerah yang ramai di jalur maritim. Ini juga sebenarnya harus dikembangkan, jadi Pelabuhan-pelabuhan itu dihidupkan kembali dan tanaman lada harus diaktifkan kembali, petani juga harus diberi subsidi dan sebagainya,” jelasnya.
Menurut DR Husaini, ini memiliki potensi yang hebat tapi sekarang karena dipengaruhi oleh berbagai tantangan sehingga dianggap itu tidak menghasilkan.
“Banyak orang meninggalkan hal-hal kegiatan seperti itu, karena juga suatu waktu dulu pernah harga rempah itu anjlok, jadi masyarakat meninggalkannya,” sebutnya.
Menurutnya, budaya itu harus dibiasakan lagi apa yang menjadi potensi di daerah maka harus dikembangkan.
“Ini sangat tergantung kepada kondisi daerah, dan apabila Pemerintah sekarang sudah ingin menghidupkan kembali jalur rempah, ini sudah harus dipertahankan dan mendapatkan bantuan,” tambahnya.
Kemudian apa yang menjadi potensi daerah itu harus dikembangkan.
Orang Aceh sekarang memiliki tanah, jadi tanah itu harus dipertahankan.
“Jadi tanah itu jangan dibiarkan terbengkalai begitu saja, jadi harus dimanfaatkan semaksimum mungki,” kata DR Husaini Ibrahim. (*)
Baca juga: Busyro Sebut Jokowi Harapan Terakhir 75 Pegawai KPK Tak Lolos TWK, Presiden Pernah Bilang Begini