Fahri Sebut Penanganan Covid-19 Membingungkan, Menkes Kesulitan Prediksi Kapan Pandemi Berakhir

Ia juga berharap agar pemerintah bisa lebih menitikberatkan fokus utamananya saat ini untuk penanganan Covid-19.

Twitter/@EricHermansyah
Foto Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta tampak menyala semua lampunya, viral setelah dibagikan akun Twitter pada (9/9/2020). 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah mengkritik kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 yang dinilai masih membingungkan.

Fahri mendasari hingga saat ini terjadi lonjakan kasus tanpa bisa diantisipasi dan dicegah.

Pernyataan Fahri sekaligus menyinggung soal kebijakan pemerintah mengenai larangan mudik beberapa waktu lalu dan penerapan pemberitahuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro tanpa implementasi dan pengawasn protokol kesehatan, sehingga masyarakat abai.

"Orang pusat ini yang paling berat bikin bingungnya itu loh. Coba agak tertib sedikit omongan dan kebijakannya," kata Fahri Hamzah, Jumat (25/6).

Fahri juga mengkritik langkah atau kebijakan pemerintah pusat dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia, yang belum bisa menunjukan penurunan kasus Corona."Pemerintah selama ini, kerap kali membingungkan," katanya.

Baca juga: Sudan Jual Deposit Emas di Valutas Asing, Tingkatkan Cadangan Mata Uang Asing

Baca juga: Ketakutan Mengintai Warga Kota Afghanistan Utara, Taliban Mengepung dari Seluruh Penjuru

Baca juga: Wakil Menlu Arab Saudi Tegaskan Kerajaan Siap Atasi Dampak Pandemi Covid-19 Dalam Negeri dan Dunia

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini mengaku tidak heran, bila kemudian terdapat masyarakat yang tak patuh dengan kebijakan dari pemerintah terkait Covid-19 ini.

"Rakyat pasti mau ikut kalau jelas. Kalau nggak jelas ya orang demo," kata Fahri.

Ia juga berharap agar pemerintah bisa lebih menitikberatkan fokus utamananya saat ini untuk penanganan Covid-19.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui sulit menjawab pertanyaan dari sejumlah pihak terkait kepastian berakhirnya pandemi Covid-19 ini.

"Sulit menjawab dengan pasti kapan berakhirnya pandemi ini," ujar Menkes Budi dalam konferensi virtual kemarin.

Mantan wakil menteri BUMN ini melanjutkan, perlu ada kerjasama komprehensif dan solid dari berbagai pihak agar situasi seperti ini segera terkendali. Baik dari masyarakat, petugas kesehatan, maupun pemerintah.

"Setelah saya melihat pola pandemi ini, semuanya bergantung pada kita, semakin kita bisa disiplin menerapkan protokol kesehatan memakai masker, menjaga jarak, jangan berkerumun, rajin mencuci tangan ,pandemi ini akan makin cepat berakhir," ujarnya.

Baca juga: Luar Biasa, Arab Saudi Dinobatkan Sebagai Negara Tertinggi Pemberi Tanggapan Pandemi Covid-19

Baca juga: Upaya Preventif Secara Kolektif Menjadi Solusi Atasi Pandemi Covid-19

Baca juga: Gedung Tinggi Champlain Towers South di California Runtuh, Hampir 100 Orang Dinyatakan Masih Hilang

Ia pun menyerukan agar masyarakat mengurangi mobilitas di luar rumah sebagai cara menekan laju penularan virus corona. kondisi tidak mendesak.

"Berapa lama pandemi akan terus ada? Ya itu tergantung kepada kita. Berapa banyak kasus naik tergantung kita, berapa banyak orang yang masuk RS tergantung kita juga. Begitu juga dengan tenaga kesehatan yang masuk rumah sakit. Mari kita tinggal di rumah di masa-masa ini bukan hanya kita melindungi diri kita tapi kita melindungi keluarga kita dan orang lain," pesan Budi.

Hal itu disampaikan para peneliti Belanda pada Kamis (24/6) waktu setempat, seperti dilansir AFP dan Straits Times kemarin mengungkap Virus corona dapat menginfeksi sel-sel otak, memicu reaksi yang memicu keluhan neurologis dan psikologis.

"Meskipun penyebaran virus corona dengan cepat berhenti, yang menyebabkan kerusakan terbatas setelah memasuki otak melalui hidung, itu memicu sitokin, protein kecil yang bertindak sebagai utusan dalam sistem kekebalan tubuh," kata penelitian yang diterbitkan dalam jurnal mikrobiologi mSphere yang berbasis di AS.

"Ini dapat memainkan peran dalam infeksi lokal ... yang mungkin berkontribusi pada keluhan neurologis dan psikologis di antara banyak (mantan) pasien," kata penelitian, yang dilakukan oleh Pusat Medis Universitas Erasmus di Rotterdam.

"Apa yang kami lihat mirip dengan fakta bahwa infeksi oleh SARS-CoV-2 jarang menyebabkan ensefalitis serius di mana virus menyebar tak terkendali melalui otak," kata Debby van Riel, ahli virologi di Universitas Erasmus.

"Tetapi fakta bahwa SARS-CoV-2 mungkin dapat memasuki otak melalui saraf penciuman dan sel-sel yang menginfeksi secara lokal, yang mengarah pada respons peradangan, tentu dapat berkontribusi pada gangguan neurologis," katanya dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Menko Airlangga: Kepatuhan Menerapkan Protkes Jadi Kunci Dalam Menangani Pandemi Ini

Sejak pandemi virus corona dimulai, pasien di seluruh dunia telah melaporkan gangguan neurologis dan kejiwaan seperti masalah memori, sakit kepala, psikoses langka dan dalam beberapa kasus ensefalitis.

Satu dari tiga orang yang terjangkit Covid-19 didiagnosis dengan gangguan ini dalam waktu enam bulan setelah terinfeksi, kata sebuah studi besar yang diterbitkan pada bulan April lalu di jurnal spesialis The Lancet Psychiatry.

Data yang berkembang telah menunjukkan bahwa virus dapat memasuki otak melalui saraf penciuman, studi Erasmus menambahkan. "Namun, apa yang terjadi ketika virus memasuki otak tetap masih kurang dipahami," katanya.(tribun network/mal/rinAFP/Straits Times)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved