Wawancara Khusus
‘Saya Mau Bantu Mualem’
GENDERANG pesta demokrasi di Aceh masih lama ditabuh, yaitu tahun 2024. Akan tetapi beberapa tokoh sudah mulai muncul kepermukaan
GENDERANG pesta demokrasi di Aceh masih lama ditabuh, yaitu tahun 2024. Akan tetapi beberapa tokoh sudah mulai muncul kepermukaan. Salah satunya dari pantai barat selatan Aceh, Ramli MS.
Bupati Aceh Barat ini mengaku siap mendampingi Ketua Dewan Pengurus Aceh (DPA) Partai Aceh, Muzakir Manaf alias Mualem pada Pilkada Gubernur 2024. Berikut petikan wawancara Masrizal Bin Zairi, wartawan Serambi Indonesia dengan Ramli MS di Kantor Harian Serambi Indonesia, Jalan Raya Lambaro, Km 4,5 Desa Meunasah Manyang, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Selasa (29/6/2021).
Nama Anda disebut-sebut sebagai pendamping Mualem pada Pilkada 2024?
Dari kalangan KPA/PA, ada benarnya. Dan saya pun mau membantu Mualem. Walaupun sebagai kandidat wakil atau membantu keikhlasan, walaupun kita tidak dipilih sebagai wakil.
Apa mau saya? Saya ingin mendorong wakil gubernur itu tidak ada kepentingan apa-apa. Artinya mendorong gubernur itu sukses, karena saya sudah dua kali menjabat bupati (Aceh Barat). Kalau wakil kita berseberangan, itu sangat sulit (membangun daerah). Jadi, saya inginnya ke depan, siapapun gubernur dan wakil gubernur, harus benar-benar mendorong visi misi, jangan ada kepentingan. Jangan merasa saya seperti orang terpilih.
Apalagi saya merasakan saat konflik di Aceh sangat sulit untuk mewujudkan lapangan kerja. Kita kan ada dana sekian triliun, tidak salahnya, tanah masih banyak di Aceh, kita ambil satu triliun saja untuk kita bagikan kebun ke masyarakat, apa kebun karet kah, sawit kah, bukan kita bagi bibit. Apakah tahun ini seribu hektare, tahun depan seribu hektare, lima tahun kan lima ribu hektare. Kalau dibagi per KK satu hektare sudah ada 5 ribu KK (yang dapat).
Kami dulu naik ke gunung itu kan berkorban untuk rakyat. Kalau setia orang-orang kami ini, daripada anjing setia kami. Setia anjing kepada tuannya dikasih nasi, setia kami tidak dikasih apa-apa, kami mau berkorban, tinggalkan anak istri demi kesejahteraan rakyat.
Yang belum dirasakan masyarakat saat ini bagimana membangkitkan lapangan kerja jangka panjang, salah satunya bagi-bagi kebun. Karena 70 persen Aceh pedalaman, hutan. Itulah yang harus kita berdayakan mayarakat. Dengan adanya lapangan pekerjaan, alhamdulillah ekonomi masyarakat bangkit.
Bagaimana kondisi sekarang?
Sekarang sedih kita lihat, Aceh masih daerah termiskin di Sumatera, sedangkan uang begitu besar. Hari ini mungkin Aceh perlu melihat Aceh Barat. Bagaimana Aceh Barat memimpin rakyat, walaupun ada kelemahan di sana sini, tapi boleh lihat di sana bagaimana kebun yang sudah kita bagi ke masyarakat. Bukan hanya sekedar bagi bibit, tapi kita kawal mereka.
Apakah Mualem pernah berkomunikasi intens dengan Anda?
Sejauh ini belum. Cuma perasaan hati itu ada, perasaan kesamaan itu ada. Kita pun mengharapkan jangan sia-sia perjuangan yang ada ini. Bagaimana kita meyakinkan Jakarta bahwa orang Aceh bukan bagaimana yang dibacakan oleh mereka, yaitu mereka yang benci kepada orang Aceh. Orang Aceh itu adalah orang-orang yang nasionalis.
Maksudnya?
Contoh hari ini, Prabowo itu dalam kacamata kita orang Aceh, orang yang membunuh orang Aceh, tapi hari ini Probowo menang di Aceh, mengapa? Orang Aceh kalau sudah damai ya damai, tidak mengingkari perdamaian itu. Itulah kita ingin meyakinkan, membantu Mualem, meyakinkan Jakarta bahwa boleh percaya orang Aceh. Sangat sayang orang Aceh, sangat setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kami pun merasa diri kami tidak maulah berpisah dengan Indonesia.
Kami sudah duduk dengan Wali Nanggroe, dengan Mualem, bincang-bincang. Bagaimana agar Pemerintah Pusat merealisasi MoU Helsinki. Kalaupun tidak sampai 70 persen, kenapa tidak 5 persen dulu kasih sekarang, baru masyarakat tenang. Salah satu cara kita menenangkan rakyat dengan memberikan lapangan kerja. Apalagi dengan keadaan pandemi ini.
Apakah Mualem pernah mengutus orang lain untuk membicarakan masalah Pilkada?
Saya rasa tidak perlu, kami (Ramli) kan siap ditempatkan dimana saja oleh jamaah, oleh partai. Kita siap. Dalam suasana kapanpun kita siap.
Kapan perasaan kecocokan antara Anda dengan Mualem muncul?
Begini, banyak dari Muna (Majelis Ulama Nanggroe Aceh), dari ulama Aceh Timur, Aceh Barat mengundang saya ke sana. Mungkin beliau di sana mau melihat sosok saya siapa. Kemudian daerah Aceh Selatan, Abdya (Aceh Barat Daya), Simeulue, sering kami duduk. Mereka tidak pernah ngomong apa-apa dengan saya. Tapi mengundang itu menjadi sebuah perhatian.
Kadang-kadang sering ketemu ulama di Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie, tapi tidak pernah ngomong masalah politik. Mungkin ada sebuah rasa. Kemudian pernah ada satu bisikan Mualem di Takengon, kami jabat tangan, "Bang, boeh beuraya bak koran (Bang, tempel (gambar kita) yang besar di koran)." Mungkin itu sebuah isyarat-isyarat.
Lalu?
Kemudian ditanya oleh seorang wartawan, apakah bapak bersedia mendampingi Mualem? Saya bilang bersedia, siap mendukung Mualem, artinya mendukung program-program.
Bagaimana Anda melihat arah pembangunan Aceh saat ini?
Inilah semangat saya ke depan untuk mendorong semua isi butir-butir MoU itu, karena salah satu pintu kemakmuran rakyat Aceh hari ini kan di MoU. Kita bisa gratis sekolah dan sebagainya.
Hari ini masyarakat Aceh marah kepada kita. Seolah-olah kita hari ini tidak mampu mensejahterakan rakyat. (Dana) begitu besar. Mungkin di sini ada yang salah, masyarakat tidak minta uang. Apa juga? Mereka minta program, minta pancing. Begitu luas tanah di seluruh Aceh, sawah ladang, tapi kita lihat tidak berfungsi.
Masyarakat tidak mampu membangun kebun walalupun setengah hektare. Kalau tidak ada kebun pasti dia akan lapar. Berarti disini lah perlu kehadiran pemerintah untuk membimbing langsung mereka. Apakah berkebun atau beternak.
Kalau ditanya apakah sudah tepat pembangunan Aceh hari ini? Kalau sesuai dengan harapan kami, itu belum tepat. Masih perlu ada perbaikan-perbaikan. Sumatera Utara, Padang, dan provinsi lain sangat iri dengan Aceh, ada partai lokal, ada otsus, tapi yang herannya, pengangguran lebih banyak dan kemiskinan masih tinggi. Ini harus kita jawab dengan program-program.(*)