Internasional

Kaum Wanita Lebanon Krisis Pembalut, Popok Bayi dan Kain Lap Jadi Pengganti

Krisis ekonomi Lebanon telah mempengaruhi kebutuhan kaum wanita, terutama pembalut saat haid atau datang bulan.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Sherine, seorang ibu muda Lebanon memanfaatkan handuk sebagai pengganti pembalut wanita saat datang haid. 

“Dia berhenti keluar rumah saat haid,” kata Izdihar.

Aktivis berusaha untuk menghasilkan alternatif yang layak untuk pembalut sekali pakai.

Di kamp pengungsi Palestina Shatila di Beirut, LSM internasional Days For Girls dan mitra lokal WingWoman Lebanon melatih wanita pengungsi untuk menjahit pembalut.

Sehingga dapat digunakan kembali dari kain berwarna-warni.

Masing-masing memiliki pelindung pelindung dan lapisan penyerap, dan dapat dicuci dan digunakan kembali hingga tiga tahun.

Proyek tersebut telah mendistribusikannya ke komunitas paling rentan di Lebanon, termasuk di kamp-kamp pengungsi Suriah.

Baca juga: Ledakan Bom Guncang Kantor Pengacara Carlos Ghosn di Lebanon, Tidak Ada Korban Jiwa

Rima Ali, ibu enam anak Suriah, termasuk di antara puluhan orang yang belajar membuat pembalut.

Pria berusia 45 tahun, yang melarikan diri dari perang di Suriah sembilan tahun lalu, mengatakan bahwa dia biasanya hanya membeli pembalut termurah untuk dirinya dan ketiga putrinya, tetapi harganya menjadi sangat mahal.

Dengan keluarganya yang menghabiskan sekitar enam paket sebulan, pembalut yang dapat digunakan kembali sepertinya pilihan yang jauh lebih baik.

“Kembali ke Suriah, ada hari-hari sulit ketika kami bahkan tidak mampu membeli roti,” katanya.

“Kami biasa memotong bahan untuk digunakan sebagai ganti pembalut," ujarnya.

"Saya tidak pernah berpikir kita harus menghidupkannya lagi," tuturnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved