Viral Medsos

Pemadam Kebakaran Malaysia Kenang saat Membantu Kebakaran Hebat Tahun 1997 di Sumatera Selatan

Pemadam kebakaran Malaysia kenang saat terjun ke Indonesia tepatnya di Sumatera Selatan untuk memadamkan api.

Penulis: Syamsul Azman | Editor: Safriadi Syahbuddin
Facebook / Jabatan Bomba & Penyelamat Malaysia (Fire & Rescue Department of Malaysia)
Pemadam kebakaran Malaysia kenang saat terjun ke Indonesia tepatnya di Sumatera Selatan untuk memadamkan api. 

Kebakaran ini membuat banyak sekolah dan aktivitas bisnis di wilayah Serawak, Malaysia misalnya, lumpuh karena terbatasnya visibilitas pandang yang tidak lebih dari panjang lengan orang dewasa.

Hal ini kemudian membuat pemerintah setempat memberikan peringatan bencana kepada penduduknya.

Arsip pemberitaan Harian Kompas, 27 Juni 1997 juga menyebutkan, jarak pandang di wilayah Sampit, Kalimantan Tengah hanya sampai satu meter. Bahkan saat itu, tingkat bahaya asap hasil kebakaran sama dengan menghirup 80 batang rokok sehari.

Kondisi ini terjadi sejak awal tahun 1997. Arsip pemberitaan Harian Kompas, 4 April 1977 menyebutkan, Dirjen Perlindungan Hutan Pelestarian Alam, Soemarsono, menyatakan pada awal tahun tahun terjadi kebakaran hutan seluas 90 hektar.

Baca juga: Kebakaran Rumah, Ibu dan Anak 6 Tahun Tewas Terbakar Dalam Kondisi Berpelukan, Jasad Keduanya Hangus

Dari luas tersebut, kebakaran terjadi di beberapa wilayah dengan rincian 56 hektar di Sulawesi Tengah, 10 hektar di Kalimantan Timurn pada Januari 1997, dan 24 hektar di Kalimantan Selatan pada Februari 1997.

"Kebakaran di Sulteng pada kawasan reboisasi Lore Utara, di Kaltim pada alang-alang di Bukit Soeharto dan di Kalsel kawasan HTI Akasia," ujar Soemarsono.

Kemudian pada bulan Juli, menurut Harian Kompas 3 Juli 1997, sebanyak 100 hektar lahan kebun karet di Muaraenim, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan ikut terbakar.

Tak hanya kebakaran lahan, bencana ini pun diperparah dengan kepulan asap yang menyerang beberapa wilayah.

Harian Kompas 4 Agustus 1997 menceritakan, pada bulan Mei 1997, kabut asap mulai mengganggu aktivitas masyarakat di Riau.

Kondisi ini kemudian semakin memburuk. Penyebabnya tak lain karena pembakaran untuk perkebunan dan embusan angin yang cukup kencang.
Selain itu, di Palangkaraya, serbuan kabut asap membuat suasana kota menjadi gelap.

Hal ini membuat aktivitas di Bandara Tjilik Riwut yang merupakan bandara terbesar pada masa itu ditutup, termasuk penerbangan perintis dengan jenis pesawat baling-baling yang menghubungkan beberapa kabupaten di provinsi tersebut.

Baca juga: Kebakaran Rumah, Ibu dan Anak 6 Tahun Tewas Terbakar Dalam Kondisi Berpelukan, Jasad Keduanya Hangus

Kondisi ini terus berlanjut. Bahkan pada Agustus 1997, satelit penginderaan jarak jauh milik Amerika Serikat (AS), yakni National oceanic Atmospheric Administration (NOAA) berhasil memantau 600 titik kebakaran di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.

Area kebakaran semakin bertambah, saat hutan di Timor Timur atau yang saat ini dikenal dengan Timor Leste juga terbakar. Menurut Harian Kompas 21 Agustus 1997, lahan yang terbakar mencapai 80.000 hektar.

Harian Kompas 20 Januari 1998 menyebutkan, Hutan dan lahan yang paling luas terbakar terjadi di Sumatera Selatan yakni 39.647,99 hektar, Riau 26.037,02 hektar, disusul Lampung 23.157,15 hektar, dan Jambi 10.993,70 hektar.

Kebakaran hutan maupun lahan di provinsi lain di Sumatera seperti di Sumut, Aceh, Sumbar, dan Bengkulu, di bawah 800 hektar.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved